~7~

2.1K 182 8
                                    

Hari ini Jeno pulang terlambat. Dia baru saja pulang setelah makan malam bersama pacarnya. Yah, memang alasan apa selain karena wanita itu. Jeno jarang sekali lembur sampai malam. Seandainya ada pekerjaan pun dia akan lebih memilih membawanya pulang dan mengerjakannya di rumah. Jeno pulang terlambat dan dia tidak mengabari Jaemin sama sekali. Dia sengaja mematikan ponselnya atas saran sang pacar yang katanya sedang ingin menikmati waktu berdua tanpa gangguan apapun. Alhasil Jeno tidak sempat lebih tepatnya tidak ingat untuk mengabari Jaemin. Tidak tahu saja kalau dia menyalakan ponselnya sekarang ada ratusan panggilan yang masuk dari beberapa orang.

Jeno mengernyitkan dahinya kala tidak mendapati siapa-siapa di rumah. Dia juga tidak melihat mobil Jaemin di garasi. Ia pun menuju kamar Jaemin untuk memeriksanya. Kosong. Jeno kembali turun dan menuju dapur. Kosong juga. Jeno juga tidak menemukan note apapun. Biasanya jika Jaemin akan lembur dia akan meninggalkan pesan atau malah biasanya akan menyempatkan diri untuk pulang dan memasak lalu kembali lagi ke kantornya. Tidak mau ambil pusing, Jeno memilih mandi. Lagi pula dia juga sudah makan tadi.

Beberapa menit Jeno gunakan untuk mandi. Setelahnya ia kembali turun. Niatnya untuk membuat teh atau kopi lalu bersantai dengan menonton film. Tapi belum juga ia memasuki dapur, suara deru mobil mampu menghentikan langkahnya. Jeno membelokkan tubuhnya dan berjalan ke arah pintu depan. Seingatnya suara itu bukan suara yang sama seperti suara mobil milik Jaemin yang biasa digunakannya.

"Eomma! Appa!" Jeno terkejut kala mendapati kedua orangtuanya berdiri disana. Terkejut juga karena keduanya hadir dengan memapah Jaemin yang terlihat lemas.

"Dasar anak nakal! Kau kemana saja! Apa gunanya ponsel kalau tidak bisa dihubungi! Buang saja sekalian!" semprot Taeyong, ibu Jeno, dengan nada marah.

"Kau kemana saja Jeno? Kami semua menghubungimu tapi tidak ada yang kau angkat. Pesan pun tidak kau balas. Bahkan Jaemin juga menelepon puluhan kali dan masih belum kau tanggapi" ucap Jaehyun.

"Jangan memarahinya eomma, appa. Dia mungkin sedang sibuk makanya tidak sempat membuka ponselnya" ucap Jaemin menenangkan. Suaranya terdengar lirih.

"Tunggu apa lagi! Bawa istrimu ke kamar bodoh! Tidak lihat dia selemas ini!" semprot Taeyong lagi.

Jeno tergagap. Dia pun akhirnya mengambil alih untuk memapah Jaemin. Dapat ia rasakan tubuh Jaemin yang bersuhu tinggi. Sedikit tidak tega, akhirnya Jeno memilih menggendongnya. Jaemin pasrah saja karena rasanya ia akan pingsan jika dipaksa melangkah menaiki tangga.

Jeno membaringkan tubuh Jaemin di kamarnya. Kamarnya, bukan kamar Jaemin. Kedua orangtuanya masih mengikuti mereka sampai kamar. Mereka akan curiga jika Jeno membawa Jaemin ke kamar yang selama ini dia pakai. Taeyong menyelimuti Jaemin sebatas pinggang. Ia duduk di sisi ranjang dan mengelus lembut pucuk kepala menantunya.

"Obatnya aku taruh disini ya. Jangan lupa meminumnya. Ingat kata dokter tadi. Beristirahatlah dan semoga cepat sembuh" ucap Taeyong dengan sedikit peringatan.

"Ne. Terimakasih eomma, appa. Maaf merepotkan kalian" ucap Jaemin dengan nada lirih. Ia masih bisa menyematkan senyum tipis saat berbicara dengan mertuanya.

"Kwencana. Kami keluar ya. Selamat beristirahat" ucap Taeyong. Jaemin mengangguk lalu memejamkan matanya.

"Kau! Ikut kami ke bawah" ucap Taeyong tegas dan menunjuk tepat di wajah Jeno. Jeno menurut dan ikut keluar dari kamarnya.

Jeno dibawa ke ruang santai. Duduk berhadapan dengan orangtuanya yang sudah memasang wajah garang. Jeno sebenarnya sedikit takut karena Taeyong apalagi Jaehyun jarang sekali marah padanya.

"Kau kemana saja seharian?" tanya Taeyong dengan tatapan mengintimidasi.

"Tentu saja di kantor eomma. Memangnya dimana lagi? Aku bahkan baru saja pulang dan baru selesai mandi" ucap Jeno mencoba santai walau dalam hati sudah ketar-ketir akan ketahuan kalau dia punya pacar. Taeyong terlihat menghela nafa berat.

Tanpa RASA ~ [Nomin] ~ \\END//Where stories live. Discover now