~17~

2.5K 173 1
                                    

Semenjak sidang perceraian itu, Jeno mulai kembali menetap di kediaman orangtuanya. Rumah yang sebelumnya ia tempati bersama Jaemin kini ia percayakan pada 2 orang pekerjanya. Jeno enggan kesana. Terlalu banyak memori tentang Jaemin juga perlakuan buruknya pada Jaemin di rumah itu membuat Jeno merasa sesak setiap berada disana. Rasa penyesalannya juga semakin bertambah setiap dia berkunjung kesana. Tapi Jeno juga enggan untuk menjualnya. Terlalu banyak memori yang terkenang disana walau kebanyakan bukan memori baik.

Hari perceraian itu adalah hari terakhir bagi Jeno bertemu dengan Jaemin. Jaemin benar-benar hilang seolah ditelan bumi. Bahkan pegawai di kantornya juga tidak ada yang pernah bertemu dengannya. Posisi Jaemin dibiarkan kosong dengan semua berjalan dibawah tanggung jawab dan persetujuan dari orangtua Jaemin. Jeno tidak menyerah untuk mencari Jaemin sampai hari ini. Dia bahkan sampai mendatangi orangtua Jaemin di Jepang dan kembali mendapatkan hadiah bogeman. Tapi disana pun Jeno masih tidak menemukan keberadaan Jaemin. Jeno sudah menyewa orang untuk mencarinya. Tapi hasilnya masih sama. Nihil. Jaemin tidak ditemukan dimana-mana.

"Kau dimana sebenarnya?" tanya Jeno pada sang rembulan. Dia saat ini sedang ada di Jeju untuk melakukan suatu pekerjaan disini. Jeno memang masih mencari Jaemin tapi ia tetap tdiak bisa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai CEO disini. Oleh karena itu pencarian Jeno tidak begitu maksimal karena ada hal lain yang juga harus ia urus.

Tok~ Tok~ Tok~

"Sajangnim, tuan Shin sudah menunggu anda di restoran bawah" suara Mark menginterupsi renungan Jeno. Jeno pun mengangguk dan mengikuti Mark yang menunjukkan jalannya. Pertemuannya dengan kolega kali ini dilakukan di restoran hotel di Jeju karena kebetulan koleganya sedang ada keperluan disana dan Jeno yang memang sedang mengejar waktu memilih mendatanginya kesini.

Seorang pria paruh baya terlihat duduk dengan seorang lagi yang lebih muda. Jeno yakin dia adalah sekretarisnya. Jeno bersama Mark pun mendekati mereka.

"Selamat pagi tuan Shin" ucap Jeno menyapa dengan ramah walau ia hanya menyunggingkan senyum tipis. Jeno menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Selamat pagi tuan Lee. Anda terlihat semakin tampan saja" ucap Tuan Shin menyapa balik dan membalas jabatan tangan dari Jeno.

"Bagaimana kabar anda? Kuharap itu baik" tanya Jeno.

"Yah, aku baik. Sepertinya kau yang sedang tidak baik sekarang. Kau terlihat jauh lebih kurus dari terakhir kali kita bertemu. Benarkan?" ucap tuan Shin sambil menepuk-nepuk lengan Jeno.

"Berat badanku memang sedikit turun tapi aku baik-baik saja. Silahkan kembali duduk dan mari kita mulai pertemuan hari ini" ucap Jeno.

Pertemuan kerja Jeno dengan Tuan Shin berakhir baik. Jeno mendapatkan apa yang sesuai dengan rencananya sejak awal. Saat ini Jeno masih disana. Hanya berdua bersama Mark karena tuan Shin dan sekretarisnya sudah pamit untuk jalan-jalan. Yah, berada di tempat sebagus ini akan sayang jika disia-siakan begitu saja.

"Kau tidak mau ikut berkeliling juga? Suasananya cukup bagus. Sayang kalau dilewatkan begitu saja" ucap Mark.

"Mungkin itu juga bisa membantu sedikit mencerahkan pikiranmu yang sedang kacau" tambah Mark.

"Tapi aku harus mencari Jaemin" ucap Jeno menolak.

"Mencari kemana lagi? Kau sudah berkeliling Korea bahkan sampai ke Jepang dan masih belum menemukannya. Kau juga sudah membayar banyak orang untuk mencari informasi keberadaan Jaemin. Mereka sedang mencarinya. Mereka tetap akan bekerja walau kau tidak ikut turun ke lapangan. Jeno, sedikit merilekskan diri tidak akan membuang waktumu dalam mencari Jaemin. Justru itu bisa menjernihkan pikiranmu untuk menyusun rencana yang lebih baik dalam mencari Jaemin. Jangan terlalu memaksakan diri. Semuanya justru akan semakin buruk jika kau sendiri tidak dalam kondisi baik" ucap Mark.

Tanpa RASA ~ [Nomin] ~ \\END//Where stories live. Discover now