17. Ghost, Thank You

1.3K 194 32
                                    

Happy reading ....

Menciptakan kenangan baru yang menyenangkan,
agaknya terasa lebih baik dari pada selalu
menunggu tanpa sebuah kepastian.



—  L O S E  —



.





.



.





.




.




Berbanding terbalik dengan suasana pagi hari yang cerah ini. Vino justru dilanda kesal yang luar biasa. Bagaimana tidak? Pagi-pagi sekali Skala sudah ada di rumahnya membangunkan dirinya secara paksa dan terakhir, mengajaknya ke tempat penuh dengan anak kecil ini dan sangat berisik.

Taman bermain. Ya, di sinilah mereka berada sekarang. Sialnya ini hari minggu dan pengunjung tentu lebih banyak dari pada hari-hari biasanya.

“Udahlah, Vin. Jangan kusut gitu mukanya. Lagian, lo udah kaya anak cewek aja ngambekan,” ucap Skala tak tahu diri.

“Gue masih ngantuk Skala, mau tidur. Lo nggak peka banget jadi sahabat malah nyeret gue ke tempat ini lagi,” gerutunya.

Mendengar kekesalan Vino Skala hanya bisa menyengir lebar. “Ya sorry, sekali-kali lah gue paksa lo. Gue ‘kan butuh bantuan lo, Vin.”

Cowok itu menguap lebar dengan punggung yang bersandar ke kursi di belakangnya. “Lo mau ngapain juga pasti gue bantu Kala. Tapi nggak dengan bawa gue ke sini juga kali.”

“Masalahnya, gue bawa lo ke sini supaya bantuin gue cari Angkasa.”

“Hah?” Mendadak otak Vino jadi loading.

“Angkasa ke tempat ini, tapi ‘kan lo tahu sendiri tempat ini seluas apa. Makanya lo bantuin gue cari Angkasa sekarang.”

“Ngomong dong dari tadi.”

“Ini apa kalau gue nggak lagi ngomong,” kesal Skala.

Untuk selanjutnya mereka beranjak, berkeliling ke tempat ini. Sungguh melelahkan sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi Angkasa hanya tinggal beberapa hari lagi berada di sini dan Skala  masih belum bisa mengembalikan ingatan adiknya.

Maka dari itu, Skala tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, sekecil apa pun yang ada.

Sudah berpuluh-puluh menit mereka lewati dan belum kunjung menemukan Angkasa di tempat ini. Skala sedikit kecewa, namun sepertinya dewi fortuna masih berpihak padanya.

Dari kejauhan Skala melihat keberadaan adiknya yang tengah duduk santai di atas ayunan persis seperti anak kecil. Cowok itu terlihat tengah menertawakan Nata juga Kean yang tengah berebut minuman. Konyol memang, padahal mereka masih bisa membelinya lagi bukan?

“Sen, lo ada di sini?” sapa Skala sambil tersenyum lebar.

Sena menoleh ke samping, membalas senyuman Skala kemudian. “Lo juga ada di sini.”

“Kalau lo bisa lihat gue, ya berarti gue ada di sini,” jawabnya asal yang justru menimbulkan tawa nyaring dari Sena.

“Lo udah kaya cenayang sumpah. Di mana-mana selalu nongol.”

“Kebetulan banget kalian ada di sini,” timpal Kean.

“Gue sama Vino lagi jalan-jalan aja awalnya dan nggak tahu malah jadi nyasar sampai sini,” ungkap Skala.

L O S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang