Happy reading .....
Karena rasa sayang itu, tak perlu di
ucapkan. Tapi cukup dibuktikan.— L O S E —
.
.
.
.
Angkasa mengerjapkan matanya lambat. Menyesuaikan cahaya yang masuk. Sayup-sayup ia mendengar suara seseorang yang seperti tengah berbincang. Ia lantas menoleh ke samping. Kehadiran Galen serta Cio yang ia lihat di sini.
Cowok itu bangkit dan bersandar pada kepala ranjang. Masih ada rasa pusing yang tersisa. Walau keadaanya sudah jauh lebih baik sekarang.
“Lo udah bangun, Sa?” Galen yang lebih dulu mendekat.
“Hm.”
“Udah jauh lebih baik? Kalau enggak gue disuruh Skala buat nyeret Lo ke rumah sakit.” Lagi, ucap Galen. Ia sedikit terkekeh kala melihat raut masam Angkasa.
“Lihat sendiri, Len. Orang Angkasa belum marah-marah. Udah pasti dia belum baik.” Cio ikut menimpali. Cowok itu masih duduk nyaman di sofa kecil yang ada di sudut kamar Angkasa.
“Gue belum ngomong apa-apa karena nyawa gue belum kekumpul, anjir!” balas Angkasa ngegas.
Hal itu tentu membuat Cio tertawa puas. “Nah kalau udah gini. Yakin deh Len kalau sahabat kita udah baikan.”
Galen pun juga ikut tertawa. Cowok itu lalu ikut duduk di ranjang yang Angkasa tempati. “Gimana bisa lo keracunan, Sa?”
“Skala di mana? Lo berdua juga kenapa bisa pagi-pagi udah ke sini?”
Menghiraukan pertanyaan dari Galen, Angkasa justru bertanya hal lain. Karena bisanya, saat pagi hari Skala selalu membangunkannya. Tapi pagi ini Skala justru tak terlihat.
Tidak mungkin juga Skala berangkat ke kampus. Karena ini hari libur. “Malah bengong. Woy gue nanya sama Lo berdua di mana Skala? Panggilin ke sini cepat,” kesalnya.
“Kamu nanyeakkk?” jawab Galen. Bahkan sambil menirukan aksen kata-kata viral itu.
Bugh!
Lemparan bantal tentu saja langsung mendarat pada muka Galen. Yang membuat cowok itu mendengkus kesal. Dan pelakunya tentu Angkasa.
“Skala lagi keluar sebentar. Ini makanya lo dititipin ke kita. Om Diki sama Tante Dita juga udah berangkat kerja.”
Mengerti dengan ucapan Cio, tapi Angkasa masih tak puas dengan penjelasan singkat sahabatnya itu. Terlebih, ke mana Angkasa sekarang? Kenapa tak membangunkannya atau memberitahunya lebih dulu?
“Skala ke mana?” tanya Angkasa lagi.
Menghela napas pelan, Cio lantas bangkit dari duduknya dan mendekat ke ranjang. “Lo tanya aja nanti kalau orangnya udah pulang. Gue habis pesan makanan, katanya udah datang di depan. Yok turun, lo nggak perlu gue gendong, ‘kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
L O S E
FanfictionSEQUEL STORY "NOT YOU || BROTHERSHIP" Disarankan membaca story NOT YOU terlebih dahulu, agar tahu jalan cerita (story) ini. *** Mereka hanya setitik cahaya yang menginginkan bahagia. Mereka juga setumpuk luka yang ingin menemukan obatnya. *** "Lih...