Without Lavid

9.7K 783 5
                                    

Kebersamaan tanpa Lavid itu rasanya seperti gelas tanpa air, kosong dan tidak berguna. Itu bukan ungkapan dari seluruh penghuni bumi, tapi dari dua makhluk pribumi bernama Agus dan Gavriel.

Mereka yang biasanya berbuat onar, kini hanya berjalan luntang-lantung tidak jelas seperti anak durhaka yang baru saja diusir dari rumah. Tidak memiliki semangat hidup sama sekali.

"Tuh bocah dapat hukuman apa sampe nggak masuk sekolah," gumam Agus.

"Hidup ini begitu sepi tanpanya, bagaikan taman tak berbunga, hei—"

"Goblok!"

Gavriel nyengir, sesaat kemudian cengiran itu lenyap digantikan wajah kusut. Mereka tanpa Lavid benar-benar bukanlah apa-apa.

"Nyamper kerumahnya aja gimana?" Usul Gavriel.

"Sori, gue nggak mau jadi sasaran goroknya Bang Havid." Balas Agus tidak minat.

Ia mengingat momen saat dirinya dan Lavid ketahuan ikut balapan liar. Cowok berusia 20 tahun itu dengan kejamnya menunjuk Agus dengan gorok yang sedang ia gunakan untuk memotong kayu pagar.

Yang membuat Agus trauma, Havid menunjuknya dengan ujung gorok yang nyaris menggores lehernya,ditambah ancaman pedas andalannya.

Itu mengerikan dan ia tak mau mengulang hal yang deja vu itu. Belum lagi jika dirinya mendapat hal yang bukan lagi deja vu, tetapi jamais vu yang lebih parah.

"Terus gimana? Buat onar ke Pak Tangguh kalo nggak ada Lavid itu hambar, Mabro."

Agus menggeleng tidak tahu.

Keduanya bersamaan menghela nafas panjang, memasuki kelas dengan langkah yang tidak pasti.

Teman-teman sekelas mereka menatap heran pada keduanya. Sesolid itukah persahabatan mereka hingga jika salah satunya absen sisanya jadi seperti makhluk tanpa gairah hidup? Luar biasa.

Tapi setidaknya banyak di antara mereka yang bersyukur tidak harus mendengarkan bacotan ketiga manusia itu saat berbuat onar. Suasana sekolah akan terasa adem ayem.

Lavid And His Brothers (END)Where stories live. Discover now