Gavriel dan Abriel

7.2K 686 7
                                    

Bagaimanakah visualisasi seorang Gavriel Treyo Asgard itu? Anak yang dikenal suka berbuat onar di sekolah bersama kedua sahabatnya, Agus dan Lavid.

Gavriel adalah seorang remaja SMA dengan tinggi hanya mecapai 167 cm, lebih pendek dari Agus dan Lavid, serta murid cowok yang paling pendek diangkatannya.

Wajah Gavriel cenderung ke arah imut dengan sedikit aksen tegasnya. Kulitnya cerah dengan rona pink alami di pipinya. Matanya belo dengan bulu mata letik yang agak panjang, hidung mancung, serta bentuk rahang yang agak lonjong.

Sekilas dilihat, Gavriel nampak cantik untuk ukuran cowok. Tak jarang Gavriel menjadi bahan godaan cowok-cowok 'belok' atau sasaran bullying karena dianggap 'cowok lembek' oleh sebagian anak cowok yang merasa 'jantan'.

Karena itulah, Abriel begitu awas dan protektif kepada sang adik. Ia dulu masih biasa saja, tidak terlalu mengekang Gavriel dalam pergaulannya, tapi ada satu kejadian dimana membuatnya jadi begitu over kepada Gavriel.

Saat masih kelas satu SMP, Gavriel nyaris dilecehkan oleh gurunya sendiri di gudang sekolah. Beruntung kejadian itu berhasil digagalkan oleh staff kebersihan sekolah yang kebetulan melewati gudang dan mendengar suara teriakan Gavriel.

Staff kebersihakan itu kemudian menelepon polisi dan mengantarkan Gavriel pulang. Sejak saat itu, Gavriel pindah sekolah dan ayah Gavriel memerintahkan dua bodyguad khusus untuk menjaga Gavriel.

Abriel sudah sendiri mengamuk hingga memecahkan semua guci mahal di rumahnya saat tahu kejadian itu. Tentu ia tak terima jika adiknya pendapat perlakukan seperti itu.

Menjelang kelulusan kelas 9, Gavriel sudah tidak lagi dijaga oleh bodyguard atas kemauannya sendiri. Ia berhasil mengatasi traumanya meski masih was-was setiap ada sesama jenis yang menatapnya begitu mendamba.

Awal masuk SMA, Abriel begitu ketat menjaga Gavriel, membuat beberapa maba sama seperti Gavriel enggan untuk mendekatinya, segan sekaligus takut dengan tatapan Abriel. Hingga akhirnya ada dua anak cowok yang memberanikan diri mendekatinya, tak lain adalah Lavid dan Agus.

Abriel tidak mudah percaya pada siapapun—terutama cowok—untuk berteman dekat dengan sang adik. Bahkan butuh waktu hingga 6 bulan untuk Abriel untuk percaya pada ketulusan Agus dan Lavid untuk berteman dengan Gavriel. Atas paksaan dan permohonan Gavriel jugalah Abriel mengalah dan membiarkan mereka bertiga berteman dekat.

Sekian waktu berlalu, Abriel merasa puas dan tidak salah memberikan izin pada Lavid dan Agus untuk berteman dengan Gavriel. Meski adiknya berubah nakal, setidaknya Lavid dan Agus benar-benar menjaga Gavriel. Mereka akan menjadi orang pertama yang pasang badan saat ada mata jelalatan atau mulut-mulut kotor orang lain yang menyasar Gavriel.

•••

"Kakak," panggil Gavriel ragu.

Abriel tidak menjawab. Dirinya masih marah dengan kejadian dua hari yang lalu. Tentu saja, kakak macam apa yang tidak marah jika adiknya mencoba hal yang buruk?

Jangankan minuman beralkohol, untuk meminum teh manis saja Abriel membatasinya, takut sang adik diabetes. Tapi ini apa? Adiknya itu malah diam-diam mencoba cocktail yang bahkan dirinya pun belum pernah sekedar memegang botolnya.

Mata Gavriel berkaca-kaca. Jika bisa memilih, ia lebih baik seharian penuh dimarahi oleh Abriel daripada didiamkan seperti ini. Gavriel tidak suka!

"Hiks..."

Abriel menghela nafas berat. Diletakkannya ponsel di tangannya ke meja, menarik tangan sang adik agar duduk di sebelahnya.

"Kakak tidak ada masalah jika kau memecahkan jendela ruang guru, Gaa. Tapi Kakak benar-benar tidak suka jika kau mencoba minum-minum ataupun merokok."

Gavriel semakin terisak. Ie meremas jari-jari tangannya, menunduk menatap lantai marmer di bawahnya.

Merasa tak mendapatkan tanggapan, Abriel beranjak dari duduknya. Berniat pergi sebelum tangan Gavriel menahannya, mendongak menatap Abriel dengan wajah sedihnya.

"Maaf, hiks... Janji nggak gitu lagi hiks... Maaf." Gavriel memeluk erat pinggang Gavriel.

Abriel mengusap rambut Gavriel yang agak panjang, "Kakak pegang janjimu. Sekarang tidurlah, sudah malam."

Gavriel menggeleng, "M-mau tidur sama Kakak."

Abriel tersenyum kecil, mengangkat tubuh yang lebih kecil dengan koala style, melangkah menuju kamar tidurnya.

Lavid And His Brothers (END)Where stories live. Discover now