Bab 07

52 3 5
                                    

Bab 07:: Syukur

Seharusnya, sepulang sekolah seperti biasa Anna pergi ke Mari Ngopi untuk terjun meracik kopi, menguleni adonan kue, atau sekedar mencatati pesanan pengunjung dan bantu-bantu kak Yuna menyapu lantai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seharusnya, sepulang sekolah seperti biasa Anna pergi ke Mari Ngopi untuk terjun meracik kopi, menguleni adonan kue, atau sekedar mencatati pesanan pengunjung dan bantu-bantu kak Yuna menyapu lantai. Tetapi hari ini, gadis itu diberitahukan oleh kak Yuna melalui chat kalau Mari Ngopi akan tutup selama tiga hari karena keluarga besar Dyah akan mengadakan acara jamuan besar-besaran disana. Itung-itung buat acara sukuran karena cabang kafe milik orang tua Dyah lagi-lagi sukses besar. Mereka hanya perlu para pekerja senior untuk bantu-bantu mempersiapkan acara, salah satunya kak Yuna.

Di siang menjelang sore hari ini. Anna menggoes sepedanya menelusuri jalanan Jakarta yang ramai dengan suara bising klakson. Wajah gadis itu tampak tak memiliki gairah hidup. Lesuh, dan lelah. Mungkin kakinya sudah pegal. Anna hanya ingin segera tiba di rumah, mandi bersih, lalu istirahat sebentar. Kemudian saat malam tiba bantu ibu masak makan malam, terus ngerjain beberapa tugas yang sudah mulai bermunculan.

Anna bersama sepedanya berbelok melewati gapura batas perkampungan. Helaan napas keluar dari mulut gadis itu. Dalam hati ia bersyukur karena akhirnya tiba juga di rumah. Anna disapa oleh beberapa warga yang tak sengaja berpapasan dengan-nya. Senang hati ia balas sapaan mereka satu-persatu. Ketika melewati rumah bibi Lusi---tetangga-nya, Anna tak sengaja saling tatap dengan ibu dari tiga anak tak bersuami itu. Anna tersenyum pada-nya, tapi bibi Lusi justru buang muka dan langsung masuk ke dalam rumah.

Geleng kepala, Anna maklum. Bibi Lusi memang begitu orang-nya.

Anna memarkirkan sepeda-nya di samping rumah---di dekat motor butut ayah. Setelah memastikan sepedanya aman, Anna bergegas menuju pintu utama rumah. Mengetuknya tiga kali, kemudian mengucap salam yang langsung dibalas orang dalam.

Dibuka-nya pintu rumah dengan lebar. Di depan, Padmasari sudah berdiri sambil tersenyum pada Anna.

"Gimana sekolah kamu hari ini, dek?" tanya Padmasari, suaranya lembut membuat Anna candu.

Anna membalas senyuman Padmasari. Ia melangkah masuk ke dalam, kemudian membalas pertanyaan sang ibu. "Sama aja kayak kemarin-kemarin kok Bu. Baru sehari sekolah udah aktif, tugasnya mulai banyak," adu nya sambil membuka sepatu dan kaos kaki---lalu disimpan ke dalam rak sepatu yang diletakan di dekat pintu.

Padmasari mengelus kepala Anna dengan sayang. "Dikerjain kalau gitu, namanya juga sekolah ya pasti ada tugas. Makan dulu tapi ya... ganti baju sana." Anna mengangguk, mematuhi ibu.

Gadis itu langsung berlalu melangkah 'kan kaki masuk ke rumah lebih dalam lagi. Melewati ruang tamu, di sebelah kanan terdapat pintu yang dicat dengan warna coklat. Di pintu-nya ada pula hiasan gantungan huruf A. Anna membuka kenop pintu tersebut, sosoknya pun langsung menghilang di balik pintu coklat.

Padmasari melihat putrinya sudah masuk ke dalam kamar. Ia pun tampak merapikan letak sepatu Anna yang tadi disusun anak itu asal-asalan. Wanita yang saat ini mengenakan daster rumahan, bercorak batik, bewarna biru langit---menutup rapat pintu rumah. Setelah itu Padmasari berjalan dengan langkah perlahan menuju dapur untuk menyiapkan makanan buat dimakan Anna nanti.

Make Dreams Beyond The SkyWhere stories live. Discover now