Bab 01

259 32 23
                                    

Bab 01:: Perkenalan

______________________________________________

Jalan ramai, bunyi klakson yang saling sahut-bersahutan. Asap kendaraan yang perlahan mulai mencemari udara. Gerobak-gerobak penjual kaki lima menjajakan barang dagangan. Anak-anak jalanan yang menawarkan koran, adalah suasana pagi di hari Senin.

Di trotoar---tempat nya para pejalan kaki. Anna Avanti Bahar---berlari sekencang-kencang nya dengan deru nafas yang tak lagi normal. Keringat sebesar biji jagung membasahi bagian punggung nya hingga merembas ke seragam. Pagi yang sial, ban sepeda bocor di tengah jalan, sulit mendapat angkot karena banyak dipenuhi penumpang---membuat Anna terpaksa mengambil langkah nekat, lari.

Tas biru navy digendong-nya di pundak, seluruh isi nya berguncang. Rambut hitam yang panjang-nya mencapai punggung milik Anna tampak menari-nari. Ia melirik jam tangan yang melingkari pergelangan-nya sekilas, lalu menambah kecepatan kaki-kakinya. Nafas gadis itu tinggal satu-dua, Anna memberi semangat pada dirinya. Ia tak peduli dengan pegal di kaki, tak peduli dengan nafasnya yang sudah mau habis. Fokus Anna kini adalah: harus sampai ke sekolah sebelum gerbang ditutup rapat-rapat.

Meskipun presentase keberhasilan nya sangat kecil. Gedung sekolah tempat Anna menimba ilmu, mulai terlihat. Senyum gadis enam belas tahun itu terbit.

"Ayoo dikit lagi!"

Musibah selalu datang tiba-tiba, dan Anna kesal jika musibah itu datang di waktu yang tidak tepat. Sedikit lagi, sedikit lagi ia sampai. Dalam hati gadis itu menghitung...

Satu

Dua

Ti---

"PAK, PAKKKKK!! JANGANNNNN!!!" Anna berteriak dramatis. Ia mengaduh kesakitan, kaki kanan-nya cenat-cenut karena terjepit. Entah jurus apa yang Anna punya, gadis itu bisa mencuri beberapa detik untuk menyelipkan kakinya.

"Pagi Pak," sapa Anna pada pak Abas ketika ia menangkap tatapan horror pak Abas saat menatapnya seraya menarik kaki nya yang tadi ia selipkan untuk menahan gerbang.

"Kok telat kamu?"

Anna menggaruk kepalanya yang gatal, ia menyengir seperti orang bodoh. "Anu, pak—"

"Kamu masuk nya nanti aja pas upacara udah selesai, sekarang tunggu di luar aja." Pak Abas memotong kalimat Anna, ia tidak mau repot-repot mendengarkan penjelasan gadis itu.

"Yah pak jangan lah, saya berjuang keras banget buat bisa sampe kesini..." Anna menjeda kalimat nya---gadis itu mengalami  sesak nafas dadakan. "... lagian saya baru sekali ini telat, kasih dispen lah, Pak," lanjutnya lagi setelah menepuk-nepuk dada kencang.

"Enggak ada dispen-dispen-an." Pak Abas mengunci gerbang dengan gembok. "Nanti juga kamu ada teman-nya," sambung pak  Abas kemudian berlalu pergi meninggalkan Anna yang berteriak memanggili nama nya.

Anna berdecak sebal. Menatap punggung pak Abas yang semakin mengecil dengan sedih. Pandangan nya lalu turun ke kaki kanan nya yang sekarang masih cenat-cenut di balik sepatu. Lengan gadis itu bertengger di pinggang, nafas nya masih ngos-ngosan. Dari tempat Anna berdiri, ia mendengar suara musik---instrumen dari lagu Indonesia Raya---yang berbunyi nyaring. Berasal dari lapangan sekolah yang jaraknya tak begitu jauh dari gerbang utama sekolah.

Sepeda sialan! Begitu batin nya. Dengan perasaan yang dongkol sekalii, Anna menendang kerikil kecil di jalan.

Tinn

Tinnn!!

Suara klakson yang nyaring tiba-tiba menyapa rongga telinga Anna. Dahi yang masih dipenuhi dengan keringat itu mengerut. Ia menoleh, mobil BMW hitam melaju mendekat sambil terus menghidupkan klakson, membuat Anna semakin dongkol karena si mobil berisik.

Make Dreams Beyond The SkyWhere stories live. Discover now