Bab 11

39 3 1
                                    

Bab 11:: Murid Baru, si Castor.

Sialan, Chandra ditinggal.

Tadi ketika usai merapikan kekacuan di kamarnya. Chandra turun menyusul keluarganya yang sedang sarapan pagi di ruang makan. Tapi anjritnya, disana ia hanya menemukan si mbak—asisten rumah tangganya mami—lagi beres-beres piring kotor untuk dibawa ke wastafel.

Kepala Chandra celingak-celinguk. "Lho? Mami, Papi, sama yang lain. Mana mbak?"

Ditanyain sama si anak majikan, gerakan tangan mbak Dea yang lagi mengelap meja sontak berhenti. "Tuan muda lama banget. Ibu, bapak, mas Fikri sama ndok Pia udah berangkat lima menit yang lalu."

Chandra tercengang. Tega-teganya mereka semua.

Tanpa sarapan, tanpa berpamitan dengan mbak Dea seperti biasanya. Chandra langsung lari keluar rumah menuju garasi. Memakai mobil yang tersisa di sana, Chandra langsung ngebut ke KI HAJAR DEWANTARA--ia tiba di sekolah pas-pasan dengan waktu bel masuk berbunyi.

Suara langkah kaki anak-anak KHD terdengar bergema di koridor. Mereka semua kayaknya semangat banget mau belajar. Buktinya yang tadi lagi asik ngegosip di lapangan, yang lagi sarapan pagi di kantin, atau yang lagi tebar-tebar pesona ke gebetan—langsung ngacir masuk ke dalam kelas. Chandra mah santai aja, yang penting udah masuk gerbang. Pelajaran pertama juga bikin males banget, tugas dia belum selesai pula. Kalau begitu mending terlambat saja tadi, biar dihukum, supaya enggak masuk kelas.

"Bogan aja apa ya di UKS," Chandra bergumam dengan kaki yang terus melangkah di koridor.

Bogan yang dia maksud itu,bobo ganteng.

Kepalanya berpikir lagi. Kalau dia bolos ke UKS, nanti ketahuan lagi sama pak Husein gimana? Bisa gawat kan! Bapak-bapak yang satu itu rajin banget keliling KHD cuman buat memastikan semua muridnya tidak ada yang berkeliaran di jam pelajaran. Kalau jadi Chandra sih, mending nonton film action di kantor yang di dalemnya ada AC itu. Pasti nyaman banget.

"Karena gue belum sarapan, jadi makan aja dulu!" Anak itu kembali bergumam, sambil tersenyum sumringah Chandra mengarahkan kedua kakinya ke jalan dimana kantin berada.

"Bahasa Indonesia kamu lancar banget ya."

Chandra menghentikan kaki nya sejenak. Kening anak laki-laki itu mengerut, suara yang baru saja lewat di kuping kanan-nya terdengar begitu familiar.

Sontak dia menengok ke sumber suara.

"Mama saya kalau di rumah ngomong pakai bahasa Indonesia. Jadi saya bisa."

"Si adek Elsa sama siapa tuh?" monolog Chandra.

Kedua matanya sekarang tidak lepas memandang dua orang makhluk hidup berbeda jenis kelamin itu--yang sedang berjalan menaiki anak tangga menuju lantai atas. Tidak tahu mau ke lantai berapa.

"Kayak bule yang di sebelah nye." Ketika Anna dan sosok asing di sebelahnya menghilang dimakan jarak, Chandra mengangkat kedua bahunya lalu kembali berjalan ke kantin.

Pemilik suara yang suaranya didengar oleh Chandra beberapa detik lalu, ialah milik Anna.

Anna--si adik Elsa--bersama seorang anak laki-laki yang wujudnya belum pernah Chandra lihat.

"Makan apa ya enaknya."

****

Tidak seperti biasa, yang selalu tenang walaupun tidak ada guru yang mengajar. Hari ini kelas IPA Unggulan tampak ricuh akibat kedatangan sosok asing di kelas mereka.

Anna duduk di bangku-nya dengan santai, tidak peduli dengan tatapan heran kawan sekelasnya yang tertuju padanya--karena datang membawa orang asing ke dalam kelas. Kaluna dan Dyah saling pandang, reflek langsung beringsut mendekat.

Make Dreams Beyond The SkyWhere stories live. Discover now