Bab 02

154 18 10
                                    

Bab 02:: Ayah dan dua pria asing

______________________________________________

ANNA menyedot ingus yang sejak tadi terus keluar dari hidung. Dia pergi keluar dari aula meninggalkan Chandra seorang diri, gadis itu sangat kesal. Sangking kesal nya Anna sampai nangis. Berjalan dengan langkah yang lebar, kedua kakinya membawa Anna pada jalan menuju kantin sekolah. Ada banyak pasang mata yang memperhatikan Anna, mungkin mereka bingung melihat mata Anna yang merah dan sembab atau bingung melihat Anna yang ngomong sendiri sambil terus meneteskan air mata.

Sepanjang berjalan menelusuri koridor banyak wajah-wajah baru yang Anna jumpai. Ia sempat bertanya-tanya dalam hati, namun kala otaknya mengingat sesuatu, Anna spontan menepuk jidat. Gadis itu baru ingat, sekolah nya sekarang sudah memasuki tahun ajaran baru. Ini gara-gara insiden sepeda bocor, lari-larian sampai bengek membuat Anna jadi pikun. Bell istirahat berbunyi lebih cepat dari biasanya.

Setibanya di kantin, Anna mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin sekolah yang luas dan ramai. Ada banyak manusia dengan segala macam rupa. Anna kembali menyedot ingus, kemudian berjalan perlahan masuk ke dalam kantin dengan netra yang menelisik setiap sudut, mencari kawan. Kantin hampir dipadati para manusia. Anna mendesah pelan, malas sekali dia kesini. Tapi apalah daya, Anna kepengin makan soto sekarang.

Anna menyipitkan kedua matanya saat tak sengaja menangkap sosok para kumpulan gadis yang familiar tengah duduk bercengkerama di meja kantin sambil memakan makanan masing-masing. Kontan hal tersebut langsung membuat kakinya tergerak melangkah mendatangi mereka.

"Oh, jadi gini. Temen-nya hampir encok nyapuin aula kalian enak-enak gosip sambil makan. Ini namanya temen?" Anna memasang raut wajah kecewa yang dibuat-buat.

"Emang---LHO?!? MUKA LO KENAPA?"

Anna tersentak mendengar seruan dari salah satu teman-nya.

"Muka ku emang kenapa?"

Gadis bernama Armatika, salah satu teman karib Anna memicingkan mata---menatap Anna penuh selidik. "Lo habis nangis, ya?" tebak Armatika.

Anna menghembus napas panjang---melirik pada sebuah bangku kosong tidak berpenghuni gadis itu langsung mendudukan bokongnya, menggeletak 'kan kepala ke atas meja dengan tangan yang dilipat dia jadikan sebagai bantalan.

"Duh, jangan ditanyain kenapa. Aku ini lagi marah sebenarnya!" gumam Anna membuat para teman-temannya saling bertukar pandang.

"Lo kenapa, An?" tanya gadis berambut blonde pendek yang berada di sebelah kanan Anna. Kaluna.

"Aku lagi kesal sama orang!"

"Orang nya nyebelin banget! Belagu banget!" Anna menghentak-hentakan kedua kaki nya di lantai. Hal tersebut menimbulkan tanda tanya yang lebih besar lagi di kepala para teman-temannya.

"Ya kesel, tapi kesel kenapa? Elo kesel sama siapa?" tanya Ereline kepo. Ia bahkan sampai mengabaikan makanan-nya.

"Kalian tau gak sih?!" Anna mengangkat kepala, menegak 'kan posisi duduknya. Sedangkan para teman-teman Anna dengan polos menggeleng.

"Elo belum cerita, ya kita gak tau!" balas Rulyasa sembari mengunyah makanan.

Anna memejamkan mata sejenak. Menghembuskan napas sedalam-dalamnya. Kemudian ia menceritakan beberapa kejadian yang menimpa nya dari pagi. Dimulai ban sepeda bocor, susah dapet angkot, lari-lari sampai ke sekolah. Enggak dibukain gerbang sama pak Abas, dan...

"CUMAN KARENA DIA ANAK NYA YAYASAN! PAK ABAS HARUS DILAPORIN! AKU ENGGAK TERIMA BANGET!"

Dan kejadian si anak yayasan yang dibiarkan masuk begitu saja. Bahkan disambut dengan sangat ramah. Tidak seperti Anna yang dipelototin oleh pak Abas.

Make Dreams Beyond The SkyWhere stories live. Discover now