Bab 12

46 4 1
                                    

Bab 12:: Hari Pertama Menjadi Guru Les.


Matahari siang ini nampaknya berniat ingin menggosongkan seluruh isi Jakarta.

Anna menghela napas panjang, merasa lelah akibat menggoes sepeda panas-panas. Keringat mengalir di kening dan di leher. Anna juga merasa bagian belakang seragam sekolahnya basah akibat keringat. Gadis cantik itu baru saja pulang sekolah, di tangan kirinya, tampak ia sedang menggenggam secarik kertas yang agak kusut--berisi alamat rumah keluarga Sandjoyo.

Seperti yang sudah dibicarakan oleh dirinya dan bu Herna. Anna akan menjadi guru les untuk Chandra, si manusia aneh. Ini hari pertamanya mengajar.

Lama ia berjuang di bawah terik matahari. Kini tibalah Anna di perumahan orang-orang elit.

Ketika masuk, Anna disambut oleh satpam penjaga. Di sepanjang pinggir jalan perumahan, terdapat pohon-pohon rimbun yang menghalangi sinar matahari. Hawa sejuk menyambut Anna. Ia menghembuskan napas legah karena merasa adem.

Anna membaca sekilas alamat rumah bu Herna di kertas yang ia genggam sedari tadi.

"Blok C ... rumah yang catnya warna hitam abu ..." Anna bergumam sembari terus menggoes ke arah yang diberitahukan bu Herna melalui tulisannya.

Ada banyak rumah-rumah mewah yang Anna lewati. Ia berdecak kagum. 'Kapan aku bisa tinggal di rumah keren kayak gini.' begitu pikirnya saat menatap satu persatu rumah-rumah disana. Ketika menemukan sebuah rumah yang Anna sukai, gadis itu langsung membuat skenario di kepalanya. Membayangkan ialah pemilik rumah itu.

Untuk mewujudkan-nya menjadi nyata, Anna harus siap banting tulang ngumpulin uang supaya bisa tinggal di rumah keren.

"Ya Allah sampe juga akhirnya. Nanti boleh minta sirup dingin enggak sih sama bu Herna? Haus banget aku!" Anna menghentikan laju sepedanya tepat di depan gerbang yang menjulang tinggi, bewarna hitam.

Di dinding dekat gerbang, Anna dapat melihat nama si tuan rumah yang ditulis dengan apik.

"Mau cari siapa neng?" Anna tersentak. Ia reflek menoleh ke sumber suara yang dimana asalnya dari pos jaga di balik gerbang.

"Eh, itu Pak. Saya Anna, siswanya bu Herna. Saya kemari karena ada urusan dengan beliau," balas Anna. Tidak lupa ia tersenyum.

Pria paruh baya yang menegur Anna tadi membentuk mulutnya menyerupai huruf O. Kemudian ia membuka kunci gerbang, mempersilahkan Anna dan Bomba masuk. Setelah menutup kembali pintu gerbang, si pria yang mengenakan seragam satpam berjalan di depan Anna--menuntunnya menuju rumah bertingkat tiga yang luar biasa besarnya.

"Kamu tunggu disini sebentar ya. Saya panggil ibu dulu," ucap si bapak yang langsung Anna angguki.

Usai menyagak si Bomba, Anna mendaratkan bokongnya ke lantai putih teras rumah bu Herna. Menselonjorkan kaki, Anna menggunakan telapak tangannya untuk mengipasi wajahnya yang berkeringat.

"Anna? Akhirnya sampai juga." Anna tersentak, reflek ia segera bangkit dari duduknya.

Lewat ekor mata, Anna melihat bapak-bapak tadi melewatinya. Anna tersenyum pada bu Herna.

"Ayo masuk, sepedanya parkir ke garasi aja ya." Bu Herna menyambut Anna dengan sangat ramah. Anna hanya mengangguk mengiyakan saja, setelah itu ia mendorong Bomba masuk ke dalam garasi mobil bu Herna yang berada di samping rumah--lebarnya seperti ruang tamu rumah Anna.

"Chandra ada di kamarnya, anak itu pasti sekarang lagi ngegame. Otaknya itu hp teruss, pusing saya. Anak zaman sekarang udah pada kecanduan gadget. Nanti habis itu ngeluh kepala pusing." Bu Herna mengomel sepanjang dirinya membawa Anna ke ruang tengah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Make Dreams Beyond The SkyWhere stories live. Discover now