Bab 53

71 3 0
                                    

Usai meninggalkan seujung senyum, Nola kembali ke depan, tidak lupa menyimpan kertas catatan pesanan Tory dan Moira dalam saku jin. Menyambut ramah pelanggan berikutnya yang baru masuk. Untungnya beberapa meja yang sempat penuh terisi, kembali lengang.

Sempat beberapa kali bolak balik menempelkan kertas pesanan ke dinding, akhirnya satu per satu pesanan sudah tersaji di atas nampan yang berada di meja khusus pesanan yang sudah siap. Tanpa perlu menekan bel meja, Kavi yang melihat Nola masih menempel kertas pada dinding pesanan, langsung saja memberitahukan.

Dengan sigap Nola mengangkat satu per satu dari nampan tersebut, begitu juga dengan satu pramusaji lainnya. Salah satu hal yang membuat pelanggan merasa nyaman, selain dekor kafe yang unik, juga keramahan para karyawan kafe. Mereka yang bekerja di kafe ini dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Termasuk Nola. Ia senantiasa berwajah ramah sepanjang jam bekerja, walau lelah tidak bisa ditepis.

"Dua nasi goreng spesial, jus melon, teh hangat, wedang jahe," ucap Nola seraya meletakkan piring dan gelas ke atas meja.

Sebelum pamit pergi, Nola mengulangi pesanan sesuai dengan catatannya. Tory dan Moira kompak meng-oke-kan. Mereka tampak tidak sabar hendak menyantap.

"Selamat menikmati." Ucapan Nola sekaligus membawa langkahnya menyingkir.

Duduk di salah satu kursi dapur. Keringat dingin mengucur tanpa aba-aba. Telunjuk mengetuk-ngetuk meja selaras dengan goyangnya kaki kanan.

Gak mungkin salah!

Harusnya Kavi membuatkan persis seperti yang diucapkan Nola. Nasi goreng ceker itu rencananya akan diberikan kepada Moira. Sebab gadis itu mendengar sendiri jika Moira merasa geli sekaligus jijik bila melihat kaki ayam tersaji di atas piring.

"Hei, menu untuk Tory sama Moira gak salah, kan?" tiba-tiba Kavi datang mengejutkan.

Meninggalkan kompor yang masih menyala-nyala dan blender yang masih menghaluskan buah alpukat.


Nola sontak berdiri. Mengangguk seraya tersenyum kaku, lalu mengambil langkah cepat menjauhi Kavi. Namun, tangannya lebih dulu dicengkeram.

"Tanpa ceker, kan?" tanya Kavi yang lagi-lagi hanya mendapat anggukan dari Nola.

"Huh, untung masih ingat."

"Ingat apa?" Kali ini Nola yang menghalangi Kavi untuk melangkah.

Dosen itu mematung sejenak dengan kening mengernyit. Sedang Nola bagaikan tersengat setrum. Ingin sekali rasanya mengulang waktu, membatalkan perkataan barusan.

Tanpa menunggu lagi, Nola segera melarikan diri. Membawa langkah ke teras kafe. Menyambut beberapa pelanggan yang baru masuk.

Nola! Moira kan mantannya Kavi!

Dadanya mulai bergemuruh. Sebuah perasaan asing mulai berkerumun. Tidak bisa ditepis, hanya bisa digantikan dengan senyum tipis yang mengundang pipi merona.

***

Matahari hangat menyapa. Dinginnya pagi tidak lagi terasa. Meski suasana seperti ini banyak yang mengeluhkan, karena membuat pakaian yang dikenakan harus dialiri titik-titik peluh, tetapi tidak bagi Nola. Gadis itu menikmati hangat dan terangnya pagi.

Sambil mengendarai motor, ia menyanyikan lagu-lagu yang didengarkan dari earphone. Sedang Tory yang dibonceng hanya ingin memejamkan mata. Sapuan angin hampir berhasil menidurkan laki-laki itu. Jika Nola tidak mengerem mendadak, mungkin Tory sudah berada di alam mimpi.

Bukannya menghapus banyak pertanyaan Tory, Nola justru meneruskan bernyanyi. Lanjut mengarungi aspal. Hingga tiba di kampus.

Banyak motor yang datang bersamaan. Teman satu jurusan saling menyapa. Namun, tidak berlaku bagi Tory. Si supel di kampus Ganas. Sama seperti satpam yang menyambut kedatangan mahasiswa di gerbang, Tory senantiasa di sapa oleh siapa saja.

Usai memarkir, Nola dan Tory berpisah di tempat parkir. Tory ingin menyeruput kopi sebelum masuk ke kelas. Sedang Nola ingin mencicipi satu novel terlebih dahulu. Gadis itu merasa waktu yang dimiliki berkurang, ia tiba di rumah saat tubuh sudah mengibarkan bendera putih. Tidak ada yang bisa diperbuat selain istirahat untuk menyiapkan hari esok.

Baru saja mengambil sebuah novel, gawai menjerit kencang dalam ransel. Untungnya Nola satu-satunya pengunjung di pagi ini. Buru-buru mematikan nada dering, mengubah menjadi getar saja.

Rupanya pesan terusan dari kating, sebuah tugas dari dosen aneh yang harus dikumpul pukul sembilan pagi ini. Tugas esai berjumlah sepuluh soal.

Satu jam lagi dong! Gila nih dosen!

Nola mengembalikan novel ke rak. Mengambil laptop dalam ransel lalu mulai mengerjakan tugas. Baru membaca satu soal, otak Nola tiba-tiba memikirkan makanan yang manis. Tetap memaksa, mencoba mencari jawaban. Namun, makanan atau minuman manis masih merajai pikiran.

Dengan mengentak meja, gadis itu berdiri. Memasukkan kembali laptop ke dalam ransel. Buru-buru menuju kantin.

Suasana di luar kampus mulai ramai. Banyak mahasiswa yang berjalan menghampiri bangku taman, juga kantin. Cerahnya langit biru dan sejuknya angin sekitar, gagal meneduhkan emosi Nola. Gadis itu setengah berlari sambil misuh-misuh.

Begitu membuka pintu kantin, mata Nola langsung menyapu isi ruangan. Menemukan Tory dan Moira yang tengah sarapan. Setelah memesan cokelat hangat dan roti bakar cokelat, Nola ikut duduk di meja mereka.

"Argh!" teriak Nola yang membuat Tory dan Moira terkejut.

"Woi, masih pagi juga," seru Moira.

"Kavi?" tebak Tory.

Nola enggan menjawab. Ia menunggu pesanan datang sembari mencoba mengerjakan tugas. Tory yang duduk di sisi pun langsung membawa Moira lanjut pada percakapan mereka sebelumnya.

Sayangnya, satu soal pun tidak ada yang berhasil ditemukan jawabannya. Membuat Nola mengacak-acak rambut frustrasi. Begitu pesanan datang, ia langsung mengalihkan aliran emosi dengan mengunyah makanan manis.

Menikmati baluran selai cokelat crunchy di sekujur roti. Sambil memejamkan mata, berharap bisa meredam sedikit rasa ingin gila dalam jiwa. Lalu menyeruput cokelat hangat dalam cangkir setelah menghidu aromanya.

"Kamu kenapa sih?" Akhirnya Moira tidak tahan lagi menahan pertanyaan terlalu lama.

Sejak tadi sebenarnya gelisah dengan sifat kepo yang tidak bisa menyingkir. Matanya enggan beralih dari Nola, meski Tory berkali-kali meminta untuk membiarkan saja.

"Tugas Kavi," jawab Nola setelah selesai mengunyah satu gigitan yang sudah dialiri cokelat hangat.

Moira mulai mengingat-ingat apakah hari ini ia satu kelas dengan Nola. Seakan mendengar pertanyaan yang terucap, Nola segera mengiyakan kalau pagi ini mereka akan berada di kelas yang sama.

Mata Moira memelotot, mengingat tadi malam ia tidak mengerjakan tugas apa pun. Secepat kilat perempuan itu mengambil gawainya yang tergeletak di atas meja. Membaca chat WA satu per satu dengan saksama.

"Tugas yang mana?" tanyanya kemudian.

Tawa Tory meledak seketika. Hingga tersedak kopi yang baru saja diseruput. Baik Moira atau Nola, tidak ada yang mau menepuk-nepuk punggung laki-laki itu. Mereka sibuk memperdebatkan tugas.

Nola pun menunjukkan chat dari kating pada Moira. Melihatnya, Moira tidak mau kalah. Ia juga menunjukkan gawainya yang tidak memuat chat apa pun dari kating. Di grup kelas pun tidak ada.


Dosa Nola di Kampus Ganas [TAMAT]Where stories live. Discover now