sepuluh

871 148 5
                                    

Sesuai dengan perkataan Sunoo kemarin, ia hari ini akan berangkat menuju ibu kota Korea Selatan, Seoul bersama ayah dan ibunya. 

setelah kelulusan Sunoo sorenya mereka akan berangkat menuju Seoul menggunakan kendaraan peninggalan sang kakek. 

Sunghoonnya datang saat kelulusan dan ia memberikan sebuket bunga besar dan etapa bahagianya Sunoo melihat kekasihnya datang menemui dan mengucapkan selamat diakhiri dengan kecupan hangat di kening dan di kedua pipinya. 

Setiap mengingat kejadian yang baru saja terjadi di pagi hari membuat pipi Sunoo dengan sendirinya memerah.

Koper besar yang berada di tangannya ditariknya pelan menuju ke arah sang ayah yang sibuk memasukkan beberapa barang yang akan dibawa seperlunya nanti selama ia dan kedua orang tua tinggal di Seoul. 

Sunoo membalikkan badannya saat merasakan tepukan pelan, seketika mata Sunoo berair menatap sosok di depannya kini. 

"Sunghoon..." lirihnya kemudian tersenyum sendu meraba wajah tampan yang akan selalu ia rindukan pada saat sampai di Seoul. 

"Apa kau sudah makan siang?" tanya Sunoo dengan pelan pada sang kekasih yang sedari tadi hanya berdiam diri sambil menatapnya, terlihat amat sangat jelas bahwa mata yang biasnya menujukkan binar indah kini redup dan sendu, tidak ada lagi binar di mata indahnya. 

"Hmm?" tanya Sunoo lagi saat tidak mendapat respon dari pertanyaannya. 

Sunghoon menganggukkan kepalanya pelan kemudian dengan tiba - tiba ia memeluk erat sang kekasih seakan mengisyaratkan jangan pergi Sunoo.

pecah sudah pertahanan mereka berdua, menangis dengan tersendu - sendu yang bahkan mereka tidak menghiraukan tiga orang dewasa yang menatap sedih ke arah kedua putra mereka. 

"Sung- Hiks... Sung-Sunghoon!! Aku benar - benar mencintaimu!! Hiks... sangat... amat..hiks,.. mencintai Park Sunghoon..." Sunghoon semakin mengertakan pelukannya pada tubuh sang kekasih menyampaikan bahwa ia juga sangat amat mencintainya. 

"Ku mohon..hiks...tunggu..hiks..tunggu aku..." Sunoo kembali berucap tersengal dan Sunghoon yang mengangguk di ceruk leher Sunoo.

Sunghoon semakin menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang kekasih, membaui harum yang akan ia rindukan untuk terakhir kali. 

"Kau..hiks...berjanjikan..hiks.. akan.. selalu...hiks...menungguku kan.." Tanya Sunoo setelah melepaskan pelukan mereka dan menangkup wajh tampan sang kekasih.

Anggukan kembali ia dapat dari kekasihya, senyum manis terbit di bibir Sunoo ia mengusap pelan air mata yang jatuh di pipi Sunghoon

Dalam hati Sunghoon yang terus menerus menyebut nama Sunoo dan ia juga bertanya - tanya apakah ia masih bisa menepati janji sang kekasih untuk tetap menunggunya.

Ingin, sangat ingin sekali Sunghoon... Jika bisa ia akan selalu menunggu sang tercinta meskipun harus menunggu sangat lama sekalipun, tapi keadaan yang sangat tidak memungkinkan.

"Sunoo.." Dua orang yang masih berpandangan itu menatap kearah ayah Sunoo yang berdiri di samping mobil. 

"Kita harus berangkat sekarang nak.." Ucap sang ayah

Sunoo diam, ia mengalihkan perhatiannya dari sang ayah menuju kekasihnya, senyum manis yang ia paksakan pada bibirnya saat menatap pujaan hatinya.

"Aku..akan sering menghubungimu.. dan akan pulang jika libur tiba, pasti!!" ucapnya penuh keyakinan dan dihadiahi senyum tipis Sunghoon, ia mengangguk kepada sang kekasih.

"Tunggu aku.. Aku mencintaimu Park Sunghoon" 

"Aku juga

Melihat bibir Sunghoon yang berucap membalas perkataannya air mata kembali turun di pipinya, ia memluk Sunghoon lagi untuk terakhir kalinya kemudian mengucup seluruh wajah sang kekasih hingga yang terakhir tepat pada bibirnya. 

Jimin dan ibunya melambaikan tangan ke arah Sunghoon dan ibunya yang menatap kepergian mereka.

Mobil Sunoo yang perlahan mulai hilang dari pandangan Sunghoon dan seketika dilanda panik, ia berlari ke arah jalanan dengan air mata yang kembali menuruni pipinya, menghiraukan sang ibu yang mengejar dan teruk memanggil nama Sunghoon.

Cintanya pergi, dunianya pergi, semangatnya pergi, hidupnya pergi, Sunoo nya pergi meninggalkannya sendirian... 

Sunghoon duduk terjatuh di pinggir jalan, ia ingin berteriak kepada Tuhan bahwa ini tidak adil untuknya. Tidak bisakah Tuhan memberinya kebahagiansebelum ia benar - benar pergi? 

Bukankah Tuhan akan memberikan ujian pada makhluknya saat dirasa bahwa ia memapu untuk melaluinya dan tidak akan diluar batas kemampuan makhluknya? Tapi bukankah Tuhan terlalu berat memberinya cobaan? Apakah Tuhan tidak menyayanginya? 

tbc......

Love for You || SUNSUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang