🐻✨[1.Berubah]✨🐻

75.9K 5K 127
                                    

Shaka memandang hamparan kota yang terlihat indah dengan kemerlap lampu, ia tersenyum tipis sebelum akhirnya membuang nafasnya perlahan. Kakinya ia langkahkan hingga terasa semua angin menabrak tubuhnya. Rasa sakit menyergap dirinya, darah mengucur dari kepala, hidung, dan mulutnya, hingga semuanya gelap menyergapnya.

"Selamat tinggal,"

_

Shakala mengerjapkan matanya, membukanya perlahan hingga mata itu terbuka sempurna, dan hal yang pertama kali ia lihat adalah ruangan bernuansa putih, dan sosok laki-laki yang begitu fokus pada layar laptop didepannya.

"Akh!"pekikan dari Shaka membuat laki-laki yang sedari tadi fokus pada laptopnya mendekat ke arahnya. Merasa ada yang salah pada Shaka, lantas ia segera menekan tombol gawat darurat yang berada diatas brankar yang ditempati Shaka.

Dokter datang dan menyuruh laki-laki itu mundur agar memberikan ruang untuk dirinya memeriksa Shaka.

"Shaka masih dengar dokter? Jika masih, anggukan kepalanya,"Shaka menuruti apa yang dikatakan oleh dokter itu menganggukan kepalanya walau samar.

"Dari skala satu sampai sepuluh, berapa yang Shakala rasakan?"Shaka membuka mulutnya menggumamkan kata delapan tanpa suara.

Setelah mendapat jawaban dari Shaka, dokter tersebut menyuntik Shaka agar meredakan rasa sakit yang mendera diarea kepalanya.

Beberapa menit setelahnya Shaka merasa kepalanya sudah mulai membaik walau masih terasa sedikit sakit.

Shaka kembali membuka matanya, hal yang ia lihat masih sama dengan apa yang pertama kali ia lihat, dan memori dari seseorang masuk kedalam ingatannya.

Sebuah ingatan dimana, sosok itu menjadi sasaran kambing hitam oleh tokoh antagonis sehingga dirinya dituduh merencanakan pembunuhan pada si protagonis, dan pada akhirnya ia memilih untuk bunuh diri.

Shaka mengerutkan dahinya, ia merasa pernah membaca alur yang diberikan oleh raga yang ditempatinya ini.

IT'S ME!

Akhirnya Shaka ingat, dan sepertinya dirinya menjadi tokoh figuran yang sialnya, nama tokoh tersebut sama persis dengan namanya. Dimana ia dijadikan kambing hitam oleh tokoh antagonis tersebut, jadi jika sudah mencapai bagian tersebut, Shaka harus melanjutkan alur cerita dari tokoh figuran ini yang seharusnya mati karena bunuh diri.

"Shaka masih ingat apa yang telah terjadi?"tanya dokter itu.

Shaka menggeleng, sepertinya berpura-pura akan menjadi lebih baik.

"Apa yang Shaka ingat?"

"Nama Shaka, Shakala Hergio Travisc,"ujarnya setelah terdiam cukup lama.

Dokter itu mengangguk dan menyuruh Shaka agar beristirahat cukup dan jangan terlalu banyak pikiran, itu akan membuatnya terkena stres dan akan mempengaruhi imunnya.

Setelah beberapa menit ia sendiri, laki-laki yang entah dari kapan menjaganya kembali masuk, menatap Shaka yang hanya dibalas tatapan polos miliknya.

"Um...,"Shaka mengulum bibirnya, merasa risih dengan apa yang dilakukan laki-laki itu.

"Butuh sesuatu?"tanya laki-laki itu setelah beberapa saat terdiam.

"Minum,"gumamnya.

Dengan sigap laki-laki itu memberikan minum untuk Shaka, membantu Shaka untuk duduk, agar memudahkannya minum.

WHY ME [TERBIT]Där berättelser lever. Upptäck nu