🐻✨[18. Rumah Sakit]✨🐻

21.8K 2.6K 118
                                    

Shaga masuk ke dalam mobil, mereka segera melaju kencang menuju rumah sakit, Shaka sudah pingsan karena terlalu banyak menegluarkan darah walau ada beberapa yang sudah mengering.

Shaga menyandarkan tubunya, bajunya sudah berlumuran darah Shaka. Sampai dirumah sakit Shaka segera dilarikan ke ICU, Shaga yang melihat tubuh Shaka merasa lemas, hanya kata andaikan yang mampu ia ucap, Zero yang melihat Shaga menyuruhnya untuk mengganti bajunya.

"Jangan sampai kau sakit,"Shaga hanya diam tak merespon.

"Shaka!"

Shaga berteriak, untuk pertama kalinya air mata Shaga meluruh setelah sekian lama, dia tak sanggup melihat Shaka yang tak berdaya, Zero segera mendekap tubuh Shaga yang bergetar, dia juga merasakan apa yang Shaga rasakan.

Suara dokter dari ruangan Shaka membuat Shaga semakin panik, dengan langkah gontai Shaka mengintip dari sela-sela tirai. Tubuhnya melorot ke lantai, dadanya ia remat karena merasakan denyut yang begitu cepat.

Didalam sana dokter terus menambahkan tegangan listrik dari alat biventricular pacimaker Shaga semakin terisak yang langsung Zero hampiri.

"Kau harus istirahat!"

Sedangkan disisi lain Clay, Galdys, Hergana, dan Jeff sedang berada dikantor polisi, mereka akan menjadi saksi. Setelah itu polisi menyuruh mereka masuk dan memulai introgasi mereka.

"Apa motif darimu sehingga membuli Shaka?"tanya salah satu polisi.

"Aku hanya ingin membuat Shaka kembali pada ingatannya, karena hanya dia yang mempunyai semua jawaban!"jawab Clay dengan tenang walau matanya berkaca-kaca.

"Dengan membulinya?"ujar polisi itu lagi.

"Aku tidak berpikir sejauh itu!"jawab Clay dengan lantang.

"Dan kenapa kau tidak melaporkannya langsung ke polisi!"tanya detektif yang tadi hanya diam.

"Aku tidak mau jika Calvin menjadi sasaran kekejaman Arjuna dan Ibu! Dia juga akan membongkar rahasia besarku pada Calvin, dan mengeluarkanku dari sekolah!"jawab Clayya.

"Maksudmu surat kedua?"Clayya menggangguk.

"Maksudmu?"tanya sang detektif.

"Arjuna menyukai Shaka, dia yang membunuh Syela karena menyukai laki-laki itu, sebelum kejadian itu aku melihat Shaka yang disiksa oleh Arjuna, dan ibu yang memang memiliki keterbelakangan mental meracuni Shaka dengan kata-katanya agar Shaka berpikiran jika Shaka hanya butuh ibu, itu juga karena anaknya meninggal, dia berpikir jika semua anak laki-laki adalah miliknya membuatnya terobesesi pada Shaka, ia juga mengatakan jika dunia luar itu jahat dan tidak baik untuknya, Shaka yang pada saat itu masih syok dengan mudahnya percaya, belum puas setelah itu Arjuna dengan santai membunuh Syela dihadapan Shaka,"

"Lalu aku yang juga melihatnya ingin menarik Shaka, tapi aku tidak bisa karena ancaman Arjuna menggunakan adikku, karena itu aku membuat sebuah kebohongan bahwa Calvin agar menjadi tersangka dan ayah akan membawanya keluar negri!"

"Aku ingin semua kejahatan kakakku terungakap dan mencoba mengingatkan Shaka pada memorinya!"

"Tapi kau bisa membunuhnya!"ujar sang polisi.

"Karena kau telah menutupi kejahatan itu-"

"Jangan hukum dia! Aku yang akan menanggung semuanya! Satu triliyun cukup untuk menebus gadis ini?"

Polisi itu agak tercengang, setelahnya menganggukan kepalanya. Clay membungkukan kepalanya sebagai tanda terimakasih, Galdys mencegah Clay yang akan pergi.

"Jadi surat-surat itu darimu?"Clay mengangguk.

"Mengapa menggunakan darah?"

"Supaya sidik jariku tidak terlalu terlihat!"

"Terimakasih, dan aku mempunyai hadiah untukmu,"Clay mengangkat alisnya sebelah.

"Clayya,"tubuh Clay meremang, menoleh ke belakang dan melihat Calvin dihadapannya.

Keduanya berpelukan karena sudah lama tak bertemu, mereka menguraikan rasa rindu mereka, keduanya membungku sebagai tanda terimakasih.

_

Keluarga Travisc berkumpul, cucu Hergana juga sedang berkumpul dipojok ruangan. Mereka sedang meluruskan tentang surat-surat dari Clay.

"Berarti sang singa adalah Arjuna dan kelinci itu Clayya, jika Clayya menolak berarti rumus aritmatika yang hasilnya -3 itu tentang Calvin, rahasia Clayya dan mengeluarkannya dari sekolah, dan yang rumus logaritma dengan hasil 0 itu berarti membunuh Clayya!"ucap Alister.

"Berarti petani itu Syela menanam cintanya pada Shaka, dan Arjuna sebagai pembeli, jika menolak berarti mati seperti kata kak Zero, dan tanah itu yang dimaksudkan adalah Shaka, karena dia yang dituduh hingga bunuh diri!"cucu-cucu Hergana menatap kesal pada Karel dengan gamblang.

"Lalu selama ini Shaka terpengaruh oleh kata-kata ibu Arjuna, dan membuat Shaka berteriak waktu itu!"mereka semua mengangguk.

Masalah Shaka dan Syela sudah selesai, kini tinggal menuggu Shaka siuman, karena mereka juga tak tega pada Shaga yang hanya diam duduk menatap Shaka yang masih terlelap.

"Ayo Shaga makan dulu,"ujar Reyna.

Shaga menggeleng seperti dua menit yang lalu, Xavier menghela nafas, menarik Shaga dan mendudukannya disalah satu sofa.

"Makan atau kububar-"

Shaga segera mengambil piring ditangan Reyna memakannya dengan lahap, dan Eagle juga penting untuknya setelah Shaka.

Shaka membuka matanya, ada sebuah ruangan putih yang ada Shaka asli disana, dia tersenyum lalu mendekat ke arah Shaka.

"Terimakasih, aku akan memberikan tubuh ini untukmu, aku sudah bahagia jika melihat keluargaku juga senang, Shaga juga, dan untuk perasaan yang kau rasakan bukan dari perasaanmu yang asli, itu perasaanku tentang tekanan itu, kau pasti tau, jadi jaga tubuhku baik-baik ya, aku pamit,"

Dua Shaka itu saling berpelukan, Shaka asli melambaikan tangannya ke arah Shaka, lalu pandangan Shaka kembali ke dunia awal.

"Mommy,"

"Sha-"

Shaka yang melihat Shaga mendekat segera memundurkan tubuhnya, bayangan dimana Arjuna menyayat tubuhnya terngiang, Shaga yang melihat Shaka takut mundur dia tak mau Shaka benci padanya.

_

Udah puas?

WHY ME [TERBIT]Where stories live. Discover now