🐻✨[23. Kekuatan]✨🐻

20.5K 2.3K 73
                                    

Shaka sudah dilarikan ke rumah sakit, anggota Eagle yang akan menjaga anak itu, sedangkan keluarga Trvisc akan menyrbarkan berita besar ini, tidak mungkin keluarga Travisc akan diam saja jika tahta keluarga mereka hampir hancur karena satu wanita itu.

Shaka masuk ke ruangan intensif, disaat seperti itu sempat-sempatnya Shaka masih membuka suaranya meminta kartun kesukaannya ada dikamarnya. Dokter Sandy hanya mampu menuruti dengan mengganti semua sprei dan sarung bantal rumah sakit tersebut.

"Shaga tungguin Shaka ya,"ucapnya sebelum benar-benar masuk ke dalam ruangannya.

Shaga mengangguk lalu duduk ditempatnya, dia senang karena Shaka mampu melawan rasa takutnya. Anggota Eagle diam-diam ikut tersenyum melihat ketua mereka yang terlihat bahagia.

"Boss maafin kita ya soal Arjuna,"

Shaga berdiri lalu menpuk pundak Kennet, dia menggeleng mengatakan itu bukan salah Arjuna tetapi salah wanita medusa itu, rasanya Shaga ingin memasukan bubuk cabai kedalam mata, hidung, dan telinga wanita medusa itu.

Shaka sudah dipindahkan keruangan lain, anak itu sudah terlelap dengan pacifier yang berada dimulutnya, ditangannya juga ada boneka pororo yang sedang dipeluknya erat.

"Eagle punya bayi!"seru Nishi dengan kencang yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari anggota Eagle.

Nishi hanya tersenyum kikuk lalu duduk disamping Karel, Nishi mengamati wajah Karel dengan serius, anak itu juga menatap tanpa kedip.

"Lo tau?"ucapan Karel yang tiba-tiba membuat Nishi tersentak.

"Padahal gue cuma asal ceplos sama Shaka waktu itu, ngomong hati-hati juga buat pas dia naik mobil, eh tante Reynanjing malah nyiksa Shaka, mana lonte lagi, kan bangsat sekali wanita bajingan itu!"

Shaga terkekeh, untuk saat ini dia setuju dengan perkataan Karel, akhirnya dia membiarkan mereka bercerita, dia akan fokus pada Shaka yang masih terlelap.

Shaga heran Shaka suka sekali tertidur, padahal sebelum koma dia jarang sekali tidur, mencium pipi dan kening Shaka lalu menyusupkan botol dot yang dipegangnya.

"Shaka lucu kaya meong!"gemas Nishi.

Kadang anggota Eagle heran dengan Nishi, anak laki-laki itu akan terlihat sangar didepan para musuh, tetapi jika bersama anggota Eagle akan seperti kucing yang ingin dimanja.

Mereka semua saling bercanda, Shaga dan Abizer hanya duduk melihat anggota-anggotanya, jam juga sudah menunjukan pukul dua siang, niatnya mereka akan mengunjungi museum jogja karena ingin liburan sebelum ujian tengah semester.

"Kita jadi ke museum?"tanya Kennet.

"Jadi,"jawab Shaga.

"Gue boleh ikut?"

"Lo masih kecil!"

Karel mendengus mendengar ucapan Vano, laki-laki ketus itu sangat menyebalkan menurut Karel, awas saja nanti kakeknya yang akan maju.

_

Xavier sudah puas dengan tubuh Reyna, dia segera membersihkan diri dan menuju rumah sakit untuk menemui anak-anaknya, sebelum itu dia menyuruh Maddy untuk mengurus perceraian antara dirinya dan Reyna.

Rasanya sangat menjijikan mencintai wanita pelacur seperti Reyna. Xavier pergi ke toko kue, sepertinya dia harus membeli toko itu khusus untuk Shaka, dan membangun sirkuit untuk Shaga, karena anak itu diam-diam balapan liar bersama anggotanya.

Setelah sampai dirumah sakit, Xavier segera menuju ruangan Shaka, sedikit terkejut karena Shaka tidak ada dikamarnya, beruntung ada dokter yang mengatakan jika anak kembar Xavier sedang ada dirooftop rumah sakit

_

Shaka membuka matanya, melepas pacifier yang ada didalam mulutnya lalu duduk mencari keberadaan sang kembaran, Shaga menepuk pundak Shaka agar tidak mengucek matanya.

"Ayo kerooftop!"ajak Shaka.

Shaga mengangguk, membantu Shaka membawakan infus anak itu, setelahnya dua anak kembar itu berjalan menunu rooftop.

Shaka duduk dipinggiran rooftop sehingga kakinya tergantung bebas, Shaka menyenderkan kepalanya dibahu Shaga, Shaka terkekeh mengingat saat dirinya bunuh diri diatas gedung didepannya lalu menoleh ke arah Shaga.

"Lo tau, rasanya kaya dejavu,"ujar Shaka, sepertinya sifat anak itu mulai meluap.

Shaga terkekeh mendengar cara bicara Shaka, yang biasa memanggil dirinya dengan sebutan nama."Shaka nggak ngomong pake namanya sendiri,"ujar Shaga yang membuat Shaka terkekeh.

"Nggak kok, Shaka masih ngomong kaya gini, lucu ya,"ujar Shaka.

"Gue akting selama ini nggak ada yang tau kecuali lo, ternyata lo tetep jadi kembaran gue yang terbaik!"ujar Shaka.

"Tapi gue khawatir sama lo waktu tau lo loncat dari gedung, untung aja lo masih hidup! Rasanya juga gue nggak percaya kalau lo amnesia, eh ternyata beneran,"kekeh Shaga.

"Gedung didepan cuma dua lantai,"ujar Shaka dengan sinis.

Keduanya tertawa, Shaka memandang sunset yang semakin menghilangkan karena tertutup oleh gedung-gedung tinggi.

"Gue seneng lo bisa ngejalanin semua ini, dan lawan rasa takut lo, kadang gue pengen ngakak kalau denger mereka ngatain lo punya alter ego, padahal itu diri lo yang lain,"

Shaka hanya menganggapi seadaanya."Tenang aja setelah ini gue janji nggak bakal ninggalin lo lagi!"Shaka berujar.

Shaga hanya tersenyum tipis."Dengan Shaka si baby boy atau bad boy?".

"Tergantung situasi,"

Keduanya tertawa dengan pikiran masing-masing, memang tidak ada yang bisa tau jalan pikiran masing-masing orang, Shaka beruntung ada Shaga yang mau membantu dirinya saat rasa takut yang menguasai dirinya, dan merasa senang rasa takut itu hilang karena kekuatan.

_

Makasih banyak buat yang udah baca, apalagi sama yang vote sama komen, maaf kalau ada typo karena saya manusia yang kadang ada salah, buat kalian lope banyak banyak karena udah mau nungguin cerita absurd, aneh, prik, dan lain-lain, niatnya mau sad ending tapi aku bukan tipe orang yang suka sedih sedih, ntar takut jatuhnya prik.

See you next time

WHY ME [TERBIT]Where stories live. Discover now