🐻✨[2. Shakala & Shagara]✨🐻

48K 4.2K 32
                                    

Sudah terhitung lima hari Shaka dirawat, dan selama itu juga laki-laki berwajah lucu ini mengalami perubahan, walau kakinya masih sulit di gerakan karena hampir enam bulan Shaka koma.

Dan sekarang ia sedang ditemani Shaga untuk membantunya berlatih berjalan, dengan perlahan ia jalan sambil memegangi pundak Shaga.

"Sshh,"suara ringisan itu membuat Shaga merasa iba, ia menuntun Shaka agar duduk terlebih dahulu di salah satu bangku.

"Kenapa?"tanya Shaga.

"Nyeri,"ucapnya lirih, tanpa sadar tangannya meremat bahu Shaga yang berada di sampingnya.

Shaga segera mengangkat tubuh kembarannya, mengangkatnya ala bridal style dan membawanya menuju ruang inapnya, mendudukan Shaka di atas ranjang karena anak itu mulai menangis.

"Lho Shaka kenapa Ga?"tanya Gryv, membuat atensi Xavier tertuju pada Shaka.

Xavier segera mendekat, menyuruh Shaga memanggilkan dokter sedangkan dirinya membantu Shaka agar tidur di brankarnya.

"Hiks jangan! Sakit hiks!"Xavier mengurungkan niatnya untuk menidurkan Shaka, ia membawa anak itu ke dalam gendongannya.

Dokter masuk ke dalam ruangan Shaka, ia menyuruh Xavier untuk menaruh Shaka, sedangkan Shaka yang mendengarnya menggeleng ribut, kakinya sakit jika mengenai benda.

"Shaka tenang ya,"karena Shaka yang memang tak mau melepaskan gendongannya, mau tak mau dokter itu memeriksa dengan keadaan Shaka yang berada di gendongan Xavier.

"Ini nggak papa, cuma kram aja, Shaka kalau mau belajar jalan jangan lama-lama, ok!"setelahnya dokter itu pamit undur diri.

Shaka sudah mulai tenang, ia juga sudah duduk di brankarnya, kini ia akan makan siang dan akan di suapi oleh Reyna.

Dengan lahap Shaka menerima suapan mommynya, karena Reyna dan Zevanya sudah datang, Gryv dan Xavier pamit untuk bekerja, sedangkan Jayden dan Lyonel mereka sedang kuliah, Zero sendiri ia bekerja di salah satu cabang perusahaan Travisc, tersisa Karel dan Shaga.

"Mommy,"Reyna tersenyum lalu menatap penuh anak bungsunya itu.

"Kenapa hm?"

"Shaka tadi malam bermimpi jika Shaka di tuduh membunuh seseorang, tapi Shaka tidak ingat selanjutnya bagaimana, karena tiba-tiba semuanya gelap,"

Reyna terdiam, ia sangat bersyukur karena Shaka tidak mengingat adegan dimana ia dicaci maki oleh seluruh orang karena tuduhan itu, dan setelah semuanya terungkap Shaka justru berniat bunuh diri.

"Jangan dipaksain ya, nanti kepala Shaka tambah sakit,"

Shaka mengangguk patuh, bohong jika dia tidak mengingatnya, malahan dia ingat betul bagaimana semua orang mencaci maki dan mengatainya dengan kata-kata kasar.

"Tidur,"Shaga berucap setelah melihat wajah Shaka yang mulai layu, tapi jawaban Shaka menggeleng.

"Nggak hoam mau!"mulutnya terbuka lebar, mata itu juga mulai menutup tapi Shaka memaksanya untuk tetap membukanya.

"Ck!"

Shaka langsung menutup tubuhnya dengan selimut setelah mendengar decakan kembarannya, ia tak suka mendengarnya, karena suara itu persis dengan suara decakan kakaknya di hidupnya yang dulu.

Shaga lalu mengusap kepala Shaka agar membuatnya mengantuk, Shaka tidak akan tidur siang jika belum di gertak, apalagi jika ia tidak tidur siang, malam-malam akan merengek tak nyaman dengan tidurnya.

"Nggak usah pura-pura depan gue"

Ucapan menusuk Shaga membuat Shaka tersentak, ia mengerti akan hal itu, Shaka dan Shaga itu kembar jadi tak mungkin ia tak mengenali kembarannya yang asli.

WHY ME [TERBIT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon