🐻✨[11. Dimana dan Dilema?]✨🐻

28.9K 2.8K 31
                                    

Shaka terbangun dari tidurnya, melepas pacifier yang menyumpal mulutnya lalu membangunkan kedua kakaknya, setelah keduanya terbangun Shaka berjalan menuju lift untuk bersiap di kamarnya, sebelum itu dia menyempatkan diri untuk pergi ke kamar Shaga yang masih terlihat gelap.

"Shaga,"

Shaga merenggangkan tubuhnya, menarik Shaka dan berbisik jika dia akan bangun lima menit kemudian. Shaka hanya mengangguk saja, diam diatas tubuh Shaga. Shaga membuka matanya, tersenyum kecil melihat kelakuan Shaka, hingga beberapa menit kemudian Shaka terbangun dan melihat Shaga masih setia memandang dirinya.

"Shaka mau siap-siap dulu, Shaga juga ya,"ucap Shaka dan segera berdiri.

Shaka bersiap dan melakukan ritual paginya, saat keluar dari kamar mandi Shaka tersenyum melihat semua perlengkapan sekolahnya sudah siapkan oleh asistennya. setelah merasa siap, Shaka kembali ke kamar Shaga mengecek apakah Shaga sudah siap apa belum.

"Shaga udah siap?"tanyanya tepat didepan kamar Shaga.

Shaga yang melihat kembarannya sudah siap mempercepat gerakannya agar Shaka tidak menunggu lama, Shaga segera menghampiri Shaka dan menggandeng tangan mungil itu untuk pergi keruang makan dimana keluarganya udah menunggu mereka.

Mereka sarapan dengan tenang sesuai peraturan keluarga Travisc, seperti biasa Shaka dan Shaga berangkat secara berpisah karena permintaan Shaka. Shaka menaiki mobilnya dan melaju ke sekolah, karena menunggu Shaga akan lama Shaka lebih dulu berjalan ke kelasnya.

Shaka melangkah menuju lokernya, niatnya dia ingin menyimpan sesuatu disana, baru membuka pintu loker dia sudah disuguhi tumpukan kotak-kotak yang ia tidak tau dari siapa, dari berapa kotak itu Shaka tertarik pada salah satu kotak.

"Ini kaya buku?"

Shaka berpikir keras sehingga tak sadar jika Shaga sudah ada di sampingnya, Shaga menepuk pundak saudaranya, Shaka tersentak karena terkejut, ia menggeram kesal karena kelakuan kembarannya.

"Ngapain?"tanya Shaga, Shaka hanya menggeleng lalu memberikan kotak yang ia temukan dilokernya pada Shaga.

"Shaka tadi nemu ini di loker Shaka, kotaknya aneh, Shaka mau buka tapi Shaka takut ntar kalau mbuka ada kalajengkingnya!"Shaga terkekeh kecil mendengar penuturan kembarannya.

 Tangannya mengambil kotak yang dipegang Shaka, Shaga begitu terkejut dengan isi yang ada didalam kotak tersebut, Shaga segera menarik Shaka menuju toilet laki-laki, Shaga memegang pundak Shaka dan menatapnya serius.

"Lo jangan jauh-jauh dari gue!"ujar Shaga penuh penekanan, melihat kotak itu dia menjadi was-was dengan keselamatan kembarannya.

"Emang isinya apa?"tanya Shaka.

Shaga hanya menggeleng, dia tak mau nanti Shaka akan drop dan merasa takut."You don't need to know,"Shaka mengangguk nurut, Shaga segera mengajak Shaka ke dalam kelasnya.

Shaka tersenyum lalu melambaikan tangan setelah keningnya dikecup kecil, Shaga mengusak kepala Shaka sebelum pergi. Shaka masuk, pipinya tiba-tiba merasa panas karena dilihat oleh teman sekelasnya.

Abizer yang baru datang segera merangkul Shaka menuju tempatnya, mendudukan Shaka dikursinya menunggu gurunya datang, Shaka menoleh ke arah Abizer yang datang lebih awal dari biasanya.

"Kok tumben Abizer berangkat pagi,"ujar Shaka sambil mengeluarkan bukunya untuk dipelajari, dia tak mau gelar siswa berprestasinya menurun.

"Pengen,"

Shaka mendengus mendengar jawaban Abizer, Shaka akhirnya acuh, dia tak suka dengan jawaban laki-laki disebelahnya ini, selalu bersikap acuh kepadanya, padahal Shaka tidak tau saja jika Abizer tak pernah menggubris perkataan orang lain.

"Abi!!!"Shaka merengek tiba-tiba membuat Abizer segera mengalihkan perhatiannya yang awalnya pada ponsel.

"Kenapa?"tanya Abizer singkat.

"Liat!"

Abizer melongok memastikan jika Shaka baik-baik aja, Abizer mengusak rambut Shaka lalu memberikan Shaka handsaplast, setelah luka Shaka yang tak seberapa itu terbalut plester luka Abizer mencium jari mungil Shaka membuat sang pemilik jari tersenyum.

"Makasih,"

Interaksi Shaka dan Abizer tak luput dari pandangan warga kelas, mereka merasa gemas dengan kelakuan mereka, apalagi Abizer yang terlihat perhatian pada Shaka.

"Selamat pagi!"guru bahasa Indonesia masuk, mereka segera bersiap untuk memulai pelajaran.

Saat ditengah-tengah pelajaran Abizer mendapat pesan dari Shaga agar tetap disisi Shaka karena anggota Eagle akan melakukan misi tentang pembunuhan Syela, Abizer hanya mengangguk tanpa menjawab pesan dari sepupunya.

"Shaka ngantuk banget, tapi pelajaran masih lama,"ucap Shaka, niatnya hanya bergumam tapi hampir seluruh kelas mendengar ucapan Shaka.

"Saya sudahi pelajaran kali ini, kalian bisa pelajari bab selanjutnya,"Shaka terkejut, tapi tak urung dia merasa senang, segera dirinya menelungkupkan wajahnya dilipatan tangan.

Shaga terkekeh melihat kelakuan Shaka, dia mengelus surai halus Shaka agar anak itu semakin lelap, Abizer memanggil salah satu bodyguard untuk mengambilkan pacifier Shaka, dia juga mengubah posisi Shaka menjadi diatas pangkuannya.

"don't look like that!"

Mereka semua segera mengalihkan pandangan mereka, mereka masih ingin hidup. Abizer segera menyumpalkan pacifier dengan bentuk kepala pororo itu kedalam mulut Shaka, dan bayi besar itu menerimanya dengan baik.

_

Shaka terbangun dari tidurnya, merenggangkan badannya sebentar lalu mendongakan kepalanya ingin melihat siapa yang memangkunya, Shaka menatap sayu netra Abizer menyenderkan kembali kepalanyam.

"Kenapa?"

"Badan Shaka pegel semua, kayaknya gara-gara kemaren habis belajar skeatboard,"

"Makan dulu,"

Abizer mengangkat Shaka, membawa anak itu ke markas Eagle sebelum itu menyuruh salah satu bodyguard membelikan Shaka spaghetti bolognese dan macaroni schotel.

Sampai dimarkas hanya ada Abizer, Shaka dan beberapa anggota Eagle lainnya, mereka berdua makan dengan tenang tinggal menunggu waktu masuk tiba. Shaga masuk kedalam, ditangannya ada botol susu milik Shaka, dia segera memberikan dot itu kepada pemiliknya.

"Sini!"

Shaga mengambil alih gendongan Shaka dari pangkuan Abizer, mendudukan Shaka dipangkuannya dan membuka ponselnya membuka aplikasi youtube, suhu badan Shaka juga mulai meninggi, sepertinya anak itu demam karena kelelahan.

Shaka menyenderkan kepalanya didada bidang sang kembaran,  sekarang tatapannya fokus pada kartun yang sedang ia toton, matanya mulai memberat dan kini dia terlelap.

"Sekarang kita harus waspada karena nyawa Shaka mulai diancam, ini tentang pembunuhan Syela, yang kita tau pembunuh itu adalah Kalio, dan sekarang ada seseorang yang memberikan pentunjuk jika pembunuh sebenarnya bukan Kalio maupun Shaka,"ucapan Vano membuatnya mereka terdiam.

"Dia bilang jika dalang dibalik semua ini ada diingatan Shaka, dia bilang jika Shaka yang mempunyai kamera kecil itu,"sambung Vano lagi.

Mereka, anggota Eagle terdiam dengan pikiran masing-masing tanpa tau jika ada seseorang yang sedang memikirkan rencananya dihari selanjutnya.

_

Jangan lupa tinggalkan jejak ☺

WHY ME [TERBIT]Where stories live. Discover now