I lope You Mr Will Bab 22 Rasa yang aneh

427 40 17
                                    

Agenda metting yang dijalani Willian sudah berlalu selama 1 jam. Pria tersebut turut mendengarkan pejelasan salah satu pegaweinya sambil sesekali melirik jam mewah yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Dirasa sudah cukup iapu menghentikan semua. Mulai berdiri diikuti sang sekertaris.

"Kirim berkas metting tadi melalui email, aku ingin mempelajarinya lebih lanjut," ucap William masih terus melajukan jalan.

"Baik, Direktur,"  jawab Delila sopan masih mengekor sang atasan. Senyum serta binar kagum tampak jelas  dimatanya ketika menatap punggung tegap yang terbalut jaz tersebut.
Sudah 3 tahun mengabdi dan menyimpan rasa ini sendiri bukannya bosan justru Delila semakin mengagumi sosok ini. Lelaki baik penuh pengertian sangat tegas dan berwibawa rasanya semua kesempurnaan ada dirinya.

Tiba-tiba Delila menghentikan laju dengan tubuh menegang saat menyadari hampir menabrak punggung lebar William. Lelaki itu berhenti mendadak lalu menoleh padanya. Pandangan menilisik memperhatikan sang sekertaris dari jarak dekat.

Iris keduanya bertemu, detak jantung Delila bersautan membuatnya gugup setengah mati. Sebisa mungkin ia menyembunyikan kegundahannya agar William tak menyadari irama jantung yang berdetak menggila di rongga dada.

"Pres-presdir."

Shiit, Delila mengumpat dalam hati, ia sudah berusaha, tapi kenapa masih juga segugup ini. Sungguh luar biasa aura William membuatnya tak bisa berkutik.

"Presdir, ada apa?" tanya Delila lebih normal. Yeah, dia bersorak dalam hati ketika suaranya kembali normal.

Dengan tenang lelaki itu memundurkan langkah memberi jarak untuknya tapi tatapan itu masih tertuju pada sang sekertaris.

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya William, ini bukan karna lelaki itu perhatian atu apa sebab sang sekertaris tak menyahut ketika ia tadi bertanya, dan sekarang ia melihat kebingungan diwajahnya.

Sontak pertanyaan William kembali membuat Delila gugup dan bingung. Ada rasa yang bergemuruh seperti letusan kembang api ketika William ternyata memperhatikannya.

"Tidak Presdir. Kenapa anda berhenti mendadak?"

Hembusan halus keluar William kembali mengulang pertanyaannya. "Apa jadwalku setelah makan siang?"

"Tidak ada agenda yang begitu penting, pertemuan dengan perusaan M di tunda menjadi besok."

Senyum tipis tersungging dari William, berarti ia bisa lambat sedikit  kembali ke kantor. Sepertinya ia harus menyeleseikan urusan yang tertunda dengan Zara. Biasanya ia takkan peduli akan kemarahan Zara tapi hari ini entah mengap ia terusik. Semarah apapun gadis itu pasti akan mereda tak ada satu jam setelah itu akan merecokinya lagi. Tapi sampai saat ini gadis itu tak membombardir dengan pesan receh yang biasa dilakukan meski ia selalu tak membalas.

Jika biasanya ia akan selalu memblokir untuk sementara nomernya setelah itu mengaktifkan kembali tapi kali ini mengapa ia berharap dia melakukan hal itu. William berdecak kecil tak mengerti akan jalan fikirannya harusnya ia senang gadis itu tak merecoki tapi kini justru resah yang menghinggapi ia takut gadis ceroboh itu membuat ulah. Ya, hanya itu tak ada lebih. Ia tak mau disalahkan sang mama jika sampai terjadi sesuatu dengan Zara.

"Presdir?" panggilan halus itu menyadarkan William dari lamunan.

" Apa ada yang masih anda butuhkan presdir?" tanya Delila memandang sang atasan karna sekarang justru Williamlah yang bengong.

Berdehem kecil William kembali melihat arloji. "Saya keluar dan mungkin akan terlambat datang. Periksa berkas yang ada diruanganku, jika merasa ada sesuatu hal yang penting hubungi saya segera."

I lope U pull Mr. WillWhere stories live. Discover now