Bagian 2

339 44 0
                                    


Seharian penuh sudah Kala lalui dengan ospek fakultas yang menguras tenaga. Berawal dari dirinya yang dihukum, Kala berakhir mendapat kesialan lagi karena anggota kelompoknya melakukan kesalahan.

Kala lelah sekali. Rasanya ingin marah tapi tidak tahu harus marah kepada siapa. Bahkan sampai ospek itu selesai pun Kala masih tetap merasa ingin marah. Begitu bubar, Kala langsung pulang tanpa ikut foto-foto dengan teman satu kelompoknya. Kala hanya ingin cepat sampai rumah lalu istirahat. Sayangnya, hal itu tidak bisa direalisasikan karena saat ia sampai di parkiran, hujan turun begitu deras.

"Astaga," keluhnya.

Mau tidak mau Kala harus menunggu hingga hujan reda untuk mencari taxi. Ingin meminta jemput pada abangnya pun Kala tidak bisa karena ponselnya mati.

"Eh, Kalandra ya dari kelompok sembilan?"

Pertanyaan yang dilontarkan seseorang membuat Kala tersentak. Ia menoleh dan menemukan seorang perempuan dengan pakaian yang mirip dengan dirinya.

"Iya, kenapa ya?"

"Aku Divya dari kelompok sembilan juga."

"Oh ya? Maaf aku nggak tahu," ucap Kala tidak enak karena tidak mengenali teman satu kelompoknya.

Perempuan itu tersenyum. "Hehehe, enggak apa-apa. Aku emang jarang bicara sih," katanya.

Sama dengan Kala kalau begitu, cenderung diam dan tidak banyak bicara. Kala hanya mengangguk dan kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Meski sedikit bingung juga dengan tujuan perempuan ini menyapa dirinya itu apa.

"Kamu bawa kendaraan, Kal?" tanya Divya.

"Eh? Enggak."

"Terus pulangnya gimana?"

"Naik taxi aja."

Divya membulatkan mulutnya lalu mengangguk mengerti. Sebenarnya, Divya tidak berniat basa basi seperti ini. Hanya saja, melihat sosok laki-laki yang ada di sampingnya ini kesal karena kelompok mereka melakukan kesalahan, Divya tiba-tiba merasa tidak enak karena kesalahan itu dilakukan olehnya.

Tidak ada percakapan apapun yang keluar dari mulut keduanya, satu-satunya suara yang ada hanya air hujan yang turun semakin deras.

Kala menghela nafas lelah, waktu semakin sore tapi hujan malah semakin besar. Padahal dirinya ingin cepat-cepat pulang karena jujur saja selain merasa lelah dan ingin marah, Kala sedikit pusing akibat kecapekan tadi.

"Boleh pinjem ponselnya?" tanya Kala pada Divya. Setelah bergulat dengan batinnya, akhirnya Kala memberanikan diri untuk meminjam ponsel guna menelepon abangnya.

Kala bisa melihat perempuan itu tersentak kecil, walau tak ayal setelahnya ponsel milik Divya sudah ada di tangan Kala. Dengan cepat Kala menuliskan nomor telepon abangnya yang sudah hafal di luar kepala dan langsung mendialnya.

"Aku izin telepon ya," ucapnya tanpa suara pada Divya dan dibalas anggukan.

Cukup lama panggilan tersebut tidak dijawab, akhirnya suara yang sangat ia kenali menyapa indera pendengarannya.

"Halo, siapa?"

"Abang ini aku, Kala. Abang sudah sampai rumah?" tanya Kala.

"Pakai ponsel siapa?"

"Temen. Abang aku mau minta tolong jemput, aku terjebak hujan di kampus."

Moreo tidak menjawab cukup lama, hal itu membuat Kala menghela nafas lelah karena sepertinya abangnya itu tidak bisa menjemput. Panggilannya akan ia akhiri, tapi ucapan abangnya di seberang sana membuat niatnya terhenti.

KALANDRAWhere stories live. Discover now