Bagian 6

344 45 3
                                    


Bertemu di hari lainnya, Kala menjalani perkuliahan seperti biasa. Meski banyak sekali keluhan yang keluar, Kala tetap berusaha menjalaninya sebisa dia.

Seperti sekarang, dosen yang mengajar baru saja keluar dari ruangan. Seluruh anak yang ada di dalam serentak menghela nafas karena sudah merasa lelah dengan materi yang diajarkan, ditambah dosen yang killer pula. Begitupun dengan Kala, kepalanya terkulai pada meja sempit yang ada di kursinya. Matanya memejam dengan helaan nafas yang terdengar berat.

"Kal, langsung pulang?" tanya Lano.

Kala membuka matanya perlahan. "Iya kayaknya, nggak ada lagi matkul lain kan?"

"Enggak ada. Mau ikut main dulu enggak?"

"Kemana?"

"Ke Cafe baru yang ada di seberang kampus."

Kala tampak menimang tawaran Lano, sepertinya enak sesudah mata kuliah yang pusing langsung refreshing dulu sebentar. Toh waktu juga masih menunjukkan pukul setengah empat, belum terlalu sore.

"Boleh deh ayo," ajaknya.

Dua laki-laki itu langsung saja berjalan keluar dari gedung fakultas. Berjalan sedikit hingga keluar kampus dan menyebrang untuk mendatangi Cafe yang dimaksud.

"Ini baru banget dibuka?" tanya Kala saat sudah duduk.

Lano mengangguk. "Katanya iya dari minggu kemarin, harganya itu loh murah-murah. Makannya aku mau coba," jawabnya.

"Hmmm, seblak itu apa?" tanya Kala saat melihat nama menu yang menurutnya sangat asing.

"Kamu enggak tahu seblak?!" Lano berujar terkejut.

Kala menggeleng polos.

"Kamu harus coba sih, makanan enak itu mana biasanya murah lagi. Lihat di sini juga murah 'kan," ujar Lano seraya menunjuk harga seblak di daftar menu.

"Bener enak?"

"Aku jamin deh. Mau enggak?"

"Emm boleh deh."

Lano mengangguk lalu menulis pesanannya di kertas yang sudah disediakan. Cafe ini seperti Cafe pada umumnya, hanya saja menu serta harga yang disediakan sangat ramah di kantong pelajar maupun mahasiswa rantau.

"Ospek jurusan tuh kapan sih Kal?" tanya Lano.

"Kalau kata Abangku sih akhir semester, pas hari libur."

"Ah males banget."

Kala mengangguk setuju, mana nginap pula. Belum lagi persyaratan-persyaratan lainnya.

"Mau ngeluh tapi masih semester satu," celetuk Lano.

"Loh memangnya mahasiswa semester satu enggak boleh ngeluh?" tanya Kala.

"Kan katanya 'ini tuh masih awal dek, belum semester-semester selanjutnya'."

Melihat temannya yang berucap seperti kakak tingkat, Kala terkekeh. "Iya enggak apa-apa dong, kan bebannya juga beda-beda. Enggak ada larangan kalau mahasiswa semester rendah nggak boleh ngeluh," ucapnya.

Iya memang, seharusnya ya sah-sah aja untuk mengeluh. Toh beban setiap semesternya pun tidak sama. Sayangnya, saat keduanya hendak mengobrol, pesanan mereka datang. Seketika Lano berbinar-binar melihat satu mangkuk seblak dengan warna merah menggoda.

Lain halnya dengan Kala yang justru terdiam melihat pelayan yang mengantarkan pesanannya.

"Kakak yang waktu di taman enggak sengaja aku tabrak ya?" tanya Kala tiba-tiba.

Pelayan perempuan itu menoleh terkejut, sempat diam sebentar sebelum tersenyum. "Loh iya, baru pertama kali ke sini ya?" tanyanya.

"Iya, Kakak kerja di sini?"

KALANDRAМесто, где живут истории. Откройте их для себя