Bagian 9

202 33 6
                                    


Ujian akhir semester di semester pertama perkuliahan Kala akan dilaksanakan di hari besok pukul sepuluh pagi. Setelah acara makan malam hari itu, Kala pulang ke rumah dan lanjut belajar. Begitu sampai malam selanjutnya, hingga malam ini.

Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, tapi Kala masih sibuk berkutat dengan buku-buku tebal. Laki-laki itu tidak sedikit pun keluar dari kamar. Kala hanya keluar saat ia mengambil minum dan juga makan malam.

"Ayo Kala pasti bisa," gumamnya saat akan mencoba menghafal.

Mulutnya mulai bergumam dengan mata yang sesekali terpejam. Sudah tidak tahu berapa kali hal seperti itu Kala lakukan, sampai akhirnya kantuk itu perlahan menyerang. Mulutnya mulai menguap dan matanya mulai terasa berat.

"Nggak boleh ngantuk," ucapnya sembari menepuk-nepuk pipinya dengan cukup keras.

Kala menggelengkan kepalanya, ia mencoba untuk fokus dan kembali menatap buku tebal di hadapannya. Namun, gangguan kembali datang. Kali ini perutnya keroncongan seakan meminta untuk segera diisi makanan.

"Ah ... nggak kuat lapar," rengeknya.

Matanya melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul dua belas malam. Otaknya berpikir cepat sampai terlintas sebuah ide. Dengan pelan Kala keluar kamar dan berlalu menuju dapur, ia berusaha untuk tidak membuat suara sekecil apapun.

Sesampainya di dapur, Kala membuka lemari tempat menyimpan makanan dengan sangat hati-hati. Matanya berbinar saat melihat deretan pop mie, ia mengambil satu cup dengan rasa pedas dan kembali menutup lemari itu.

"Biar seger," gumamnya.

Sejujurnya Kala tidak kuat memakan pedas, tubuhnya bahkan terbilang gampangan. Memakan makanan di pinggir jalan saja, ia bisa langsung sakit. Namun, karena malam ini Kala berniat bergadang, ia ingin mencoba memakan mie pedas untuk menyegarkan kepalanya.

Harum dari aroma mie itu membuat Kala batuk beberapa kali. Harumnya begitu menyengat sampai Kala harus menjauh sebentar.

"Wah ... merah banget," ucapnya saat melihat kuah dari pop mie tersebut.

Kala sempat ragu, tapi demi membuat dirinya tidak mengantuk lagi Kala memberanikan memakan pop mie itu. Di tengah malam, Kala duduk di kursi dapur sendirian sembari menikmati pop mie pedas.

"Ah pedes ...."

Air minum yang ia bawa tadi sudah hampir setengah gelas lagi di saat pop mie yang Kala makan baru saja habis tiga suap. Kala benar-benar payah dalam hal makanan pedas.

Keringat mulai mengucur dari pelipis, bahkan lehernya. Kala sudah tidak kuat, tapi ia harus memaksakan. Di balik kesengsaraannya karena kepedasan, Kala tersenyum senang sebab kantuknya perlahan mulai hilang.

Menghabiskan waktu selama tiga puluh menit, akhirnya pop mie pedas itu habis. Hanya tersisa kuahnya saja yang masih berwarna merah. Kala membuang cup pop mie itu ke dalam tong sampah, kemudian ia berjalan mendekati dispenser untuk mengisi gelasnya dengan air hangat.

Setelah itu, Kala kembali ke kamar dengan perasaan yang cukup senang. Tanpa tahu bahwa sedari tadi, setiap gerak geriknya diperhatikan.

---

Kalandra baru saja tidur di saat waktu menunjukan pukul empat pagi. Tubuhnya baru bertemu kasur dan langsung dibawa ke alam mimpi.

Namun, Kala merasa terganggu dengan pipinya yang terus ditepuk berkali-kali. Perlahan ia menggeliat dan memfokuskan pandangannya yang memburam.

"Mama?" tanyanya.

Dira menatap putra bungsunya itu dengan khawatir. Sedari kemarin Kala terus-terusan berdiam diri di kamar. "Adek, bangun ayo. Udah jam delapan," katanya.

"Aku kelas jam sepuluh, Ma. Mau tidur sebentar lagi," ucap Kala sembari menggeliat merubah posisi tidurnya.

"Nggak bisa, Sayang. Ayo bangun sekarang," titah Dira, tapi Kala tidak merespon lagi.

Jendral yang kebetulan baru saja masuk langsung mendekati Dira dan Kala. Ia bergerak menggantikan posisi istrinya dan menepuk pundak anaknya.

"Bangun, Kala. Meskipun kelasmu jam sepuluh, tapi kamu harus bangun sekarang," titahnya dengan suara yang tegas.

Kala tetap tidak merespon, laki-laki yang baru saja menginjak semester satu itu malah semakin mengeratkan pegangannya pada selimut.

"Jika dalam hitungan tiga masih tetap tidak bangun, Papa tidak akan segan-segan untuk menghukum kamu, Kalandra," tegas Jendral.

Mendengar ucapan dengan nada tegas itu Kala memaksakan untuk bangun. Ia berusaha membuka matanya yang tertutup rapat.

"Iya Pa, aku bangun," ucapnya lemas.

"Tidur jam berapa kamu?" tanya Jendral.

Kala terdiam. "Jam empat," jawabnya.

Jendral menghela napas kasar. "Belajar boleh, tapi tahu waktu Kala. Jika kamu memaksakan yang ada nanti hanya kegagalan yang kamu dapatkan," cetusnya.

"Siap-siap sekarang. Pastikan kamu melaksanakan ujian dengan benar. Ingat, Papa tidak ingin nilai yang jelek di semester pertamamu," lanjutnya sebelum keluar dari kamar Kala.

Kala hanya diam, tergugu menatap kepergian papanya. Hatinya sedikit mencelos, ia bahkan tidak ingin tidur karena takut semua materi-materi yang sudah dibaca akan lupa lagi. Namun, ucapan papanya tadi benar-benar membuat dirinya merasa tertekan.

Kala takut jika dirinya jauh dari ekspetasi yang papa harapkan.

"Padahal ... kenapa akunya enggak disemangatin aja? Atau didoain dan dikasih ketenangan. Aku juga gamau kalau misal nilai semester pertamaku jelek," gumamnya.

"Argh ...."

Kala meringis saat merasakan perutnya seperti dililit. Mulutnya tiba-tiba saja mengembung seakan ingin mengeluarkan sesuatu. Hal itu membuat Kala buru-buru berlari ke kamar mandi dan langsung memuntahkan banyak air.

Laki-laki itu terjatuh lemas setelah membersihkan mulutnya. Matanya terpejam karena merasa lelah. Masa-masa ujian ini benar-benar menguras segala hal dari dalam diri Kala. Mental, tenaga, pikiran, energi, semuanya dikuras habis hingga Kala kewalahan.

"Baru semester pertama, tapi rasanya udah mau gila. Gimana semester selanjutnya?" gumamnya.

Selain itu juga, Kala merasa sedih karena tidak ada yang dukungan yang ia terima. Papa hanya selalu berucap belajar dan jangan sampai nilai jelek, mama selalu cuek, dan abangnya ... laki-laki itu bahkan lebih memilih menemani Hilman bermain game dari pada menemui dirinya yang meminta bantuan.

Kala ... merasa terkucilkan.

---

Halooo, semoga sukaa 💗💗

Sepertinya cerita Kalandra nggak bakal banyak, mungkin partnya sama kayak Happu Birth(die) —mungkin yaa. Gimana nantii ajaa, btw makasih udah nungguin cerita iniii

Jangan lupa vote dan komennya ❤️❤️

KALANDRAWhere stories live. Discover now