Bagian 10

262 38 3
                                    


Hari ini adalah hari di mana ujian akhir semester hari terakhir dilaksanakan. Hari yang sudah Kala nantikan sejak lama sekaligus ditakuti juga. Pukul sepuluh kurang dua puluh menit Kala sudah sampai di ruangan, tapi ruangan sudah hampir diisi oleh banyak orang.

Kala tidak memperhatikan sekitar, laki-laki itu hanya menunduk membaca lagi buku-buku yang berhubungan dengan matkul ini. Juga mengingat-ingat kembali materi yang mungkin saja akan muncul di pertanyaan.

"Kamu pucat Kala," ucap Lano.

Laki-laki bermata sipit itu sudah sedari tadi memperhatikan Kala yang sibuk membaca. Lano sudah menotice jika temannya itu sedang berada dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

Jadi, setelah membiarkan Kala larut dalam bacannya, Lano mulai menegurnya.

"Oh Lano? Dari kapan di sini?" tanya Kala dengan wajah terkejutnya.

Lano tersenyum tipis. "Udah dari tadi. Habis ujian selesai, aku anter ke dokter, ya?" ucapnya pada Kala.

"Ke dokter? Ngapain?" Kala mengernyit karena tidak mengerti dengan tujuan temannya.

"Kamu sakit."

"Aku enggak kenapa-kenapa, No. Aku nggak sakit kok," sergah Kala setelah mengerti dengan maksud dari ucapan Lano.

"Ngapain ke dokter deh, orang aku sehat gini, kok," lanjutnya.

Lano hanya terdiam, rasanya tidak mungkin jika temannya itu tidak sakit. Oh lihat saja, Kala terlihat pucat sekali. Belum lagi matanya sayu dan tubuhnya bergetar pelan.

"Udah ada dosennya," ucap seseorang yang baru saja masuk ke kelas.

Kala langsung bersiap-siap, begitu pun dengan Lano yang kembali ke tempat duduknya. Tak lama, dosen yang mengajar masuk dan membacakan beberapa aturan yang harus dipatuhi ketika ujian berlangsung sebelum mulai memberikan soal.

Setelah mendapat lembar soal dan juga lembar jawaban, Kala langsung serius mengerjakannya. Matanya bergerak cepat membaca soal yang cukup panjang dan juga gambar-gambar yang sayangnya kurang jelas.

Hampir satu jam setengah berlalu, Kala bisa menjawab setiap pertanyaannya. Namun, sayang sekali di menit-menit terakhir Kala mulai terganggu.

"Ah," ringisnya.

Perutnya tiba-tiba terasa sakit, seperti diperas dengan kuat sekali. Kala mulai hilang fokus, matanya mulai bergerak tidak tentu arah. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya, mencoba untuk kembali fokus dan membaca soalnya.

"Lima menit terakhir."

Peringatan dari dosen yang mengampu mata kuliah sudah mulai terdengar. Hal itu membuat Kala panik karena rasa sakit di perutnya mulai menjadi-jadi. Keringat dingin sudah bercucuran, bahkan Kala merasa tubuhnya sudah basah karena keringat.

"Tolong sebentar lagi ...," gumamnya.

Sialnya, pusing justru datang menyerang. Kala menunduk sembari meremas kepalanya, tangannya mengepal erat memegang pulpen yang ia gunakan.

"Kala," panggil Lano dari belakang.

"Kal!"

Kala tidak mendengar, ia masih mencoba mengerjakan pertanyaan ujiannya lagi. Bahkan saat tetesan darah mulai mengucur membasahi lembar jawabannya, Kala tidak peduli. Laki-laki itu hanya fokus pada apa yang ada di pikirannya untuk ia tuliskan di lembar jawaban yang baris kosongnya tersisa sedikit lagi.

"Lima."

"Empat."

Kala semakin cepat menulis jawaban, tangannya yang bergetar tidak ia pedulikan. Pun dengan perut yang semakin terasa melilit, yang Kala utamakan hanya lembar jawabannya yang terisi penuh dan semua pertanyaan terjawab.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 05 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KALANDRAWhere stories live. Discover now