19.

1.3K 171 35
                                    

Saat Affan memutuskan untuk kembali ke kantor pada pukul tiga sore, gue akhirnya ditinggal berdua saja dengan Rayhan. Suasana seketika berubah menjadi canggung dan dipenuhi keheningan. Gue tidak memiliki petunjuk sedikitpun tentang mengapa Rayhan bisa berada di sini, dari reaksi yang Affan berikan sebelumnya, sepertinya Yiraga ikut andil dalam kehadiran Rayhan di sini sekarang.

Gue menarik napas panjang, rasa sesak perlahan menyergap memenuhi rongga dada. Sebanyak apa pun udara yang gue tarik, rasa tak menyenangkan itu tak pernah hilang. Rasa ini sama seperti saat pria di samping gue ini menghilang tanpa kabar beberapa tahun silam. Betapa ironi, setelah tahun berlalu, kehadiran orang di samping gue ini tak menyembuhkan rasa sesak yang dulu amat menyiksa, melainkan menjadi sumber rasa sesak itu sendiri, lagi.

"Brigita..." ucap Rayhan pelan, gue membalas dengan gumaman singkat, setelah mendengar respon yang gue berikan, Rayhan terlihat ragu untuk kembali angkat suara, ia hanya memandang ke arah punggung tangan gue yang terpasang infus. "Kenapa?" ucapnya parau.

Gue mengerutkan kening, menebak ke arah mana pertanyaan yang ia lontarkan. "Pola makan yang nggak bagus, stress, kombinasi yang bagus untuk sebuah penyakit bukan?"

Rayhan kembali tergugu. Meski tak paham betul dengan maksud pertanyaannya, gue hanya berasumsi ia menanyakan perihal sakit yang gue alami.

"Kamu tahu betul bukan itu maksud pertanyaanku," ujarnya frustasi.

"Aku bukan dalam mode yang baik untuk menebak-nebak apa maksud pertanyaan kamu. Kalau boleh, sekarang aku mau istirahat," ucap gue dengan sedikit jeda, bermaksud mengusirnya, gue tidak ingin terlibat dengan percakapan emosional apa pun saat ini. Takut tingkat stress meroket dan penyakit lambung ini menjadi semakin parah dan semakin lama untuk pulih.

Pintu ruangan rawat tiba-tiba terbuka, memecah atensi gue untuk menyingkirkan keberadaan Rayhan di sini. Di pintu masuk terdapat tiga orang yang amat gue kenal.

"Kakak, sakit apa?" suara polos Leo menggaungkan pertanyaan, langkah kakinya mendekati ranjang perawatan yang gue tempati, tanpa berbasa-basi ia mendudukkan dirinya di ranjang dan bergerak untuk memeluk tubuh gue. "Bang Jun ngajak Leo ke sini untuk jenguk Kakak," ucapnya dengan riang.

Berbeda dengan Leo, Jun dan Gatra yang melihat ada sosok lain di ruangan mendadak mengubah ekspresi, dari yang penuh senyuman menjadi masam. Mereka kemudian saling menatap dan memandang gue penuh tanya.

"Siapa?" tanya Gatra dengan nada tidak suka yang amat kentara, ia bahkan tidak mencoba menyembunyikannya sedikit pun ketidaksukaannya.

Gue mencoba untuk mengegakkan tubuh, dibantu oleh Leo. "Temen Kakak, sahabat Bang Aga juga," ucap gue menjelaskan. Gatra mengangguk, wajah kerasnya sedikit mengendur. Namun lain lagi dengan Jun yang menatap ke arah gue dengan kerutan alis yang semakin dalam.

"Temennya Bang Aga?" tanya Jun, ia mendekat ke arah Rayhan dan menepuk pundaknya, bersikap seolah-olah teman sebaya. Rayhan mengangguk kikuk, mengiyakan. "Nggak kerja jam segini?"

"Lagi libur," ucap Rayhan.

"Emang boleh ya jagain pacar temen di rumah sakit kayak gini? Kalau Jun jadi Bang Aga, Jun pasti nggak suka," ucap Jun polos, tanpa nada mengintimidasi sedikit pun. Namun, jika dilihat dari ekspresi terganggu yang ia keluarkan dengan jelasnya, semua orang tahu kalimat yang diutarakannya barusan adalah sebuah sindiran. Tingkat keposesifan Yiraga dan Jun memang cukup berbanding lurus jika Jun sudah benar-benar menemukan orang yang dicintai dan diincarnya secara sungguh-sungguh.

"Aga yang nyuruh Abang ke sini," balas Rayhan, membela diri dari kalimat menyudutkan yang dilemparkan Jun.

"Oh, bagus, karena kita udah di sini, Abang nggak usah repot-repot untuk tetep ada di sini," usir Jun secara terang-terangan.  Ia menarik tubuh Rayhan yang duduk untuk bangkit dan mengambil kursinya untuk ia duduki.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 16, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Nikah?Where stories live. Discover now