02. Konjungsi

518 44 5
                                    

**

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

**

Bandung, Indonesia

Restoran milik Akira terlihat sudah dipadati para pelanggan yang berada disana. Sakira resto menjadi salah satu restoran paling favorit di bandung, selain makanannya yang enak dan tempatnya yang bagus, pelayanan di sini juga sangat ramah.

"Eh, Efan udah jemput tuh!" Tunjuk Kayla pada sebuah mobil hitam yang terparkir di depan restoran Akira. Tak jarang, Kayla membantu Akira di sini. Apalagi, Kayla sekarang sudah menjadi kakak iparnya, meskipun gadis itu sedang hamil, tapi ia tak bisa jika harus duduk diam di rumah. Bosan katanya.

"Yaudah, Gue pergi dulu ya" Akira mengambil tas selempang miliknya lalu melangkah keluar.

"Have fun Ra!" Kayla melambaikan tangannya.

Akira membuka pintu mobil milik Efan, pria itu menoleh dan tersenyum ke arah Akira.

"Udah nunggu lama Pan?" Tanya Akira saat sudah berada dalam mobil dan memasang sealtbeat untuk dirinya.

"Gue udah nunggu lama, Lo aja yang gak pernah peka"

Akira mengerutkan kedua alisnya.

"Apaan sih Pan, Gue gak lagi bahas perasaan ya"

Efan terkekeh lalu melajukan mobilnya. Hari ini ia dan Akira akan pergi untuk melihat salah salah satu tempat dimana cabang restoran Akira akan di bangun, tepatnya di pusat ibukota, mungkin Akira akan sekalian mengunjungi rumah sang Ayah dan ibu tiri nya yang berada di jakarta.

Selama beberapa tahun ini, Efan lah yang selalu ada di samping Akira, Efan dulu pernah berjanji pada Aksa, saat Aksa meninggalkan Akira ia yang akan gantikan posisi Aksa, tapi kenyataannya, Efan tak pernah berhasil mengantikan posisi Aksa dalam hidup Akira sampai saat ini.

**

Zurich, Pukul 23.00 AM
Sebuah Mobil memasuki pekarangan rumah dengan pagar terbuat dari kayu itu. Aksa lantas keluar dari mobil itu dan membuka pintu lalu melangkah masuk.

Ammara terbangun dari tidurnya, sedari tadi ia sudah menunggu Aksa pulang dari kantor. Gadis itu lantas melangkah mendekati pria itu.

"Aku udah siapin air hangat buat kamu" Ucap Ammara mengikuti langkah Aksa dari belakang.

Pria itu berhenti lalu membalikkan badannya. Terlihat dari matanya, bahwa pria itu benar-benar lelah.

"Lainkali gausah tungguin Aku pulang kerja"

"Itu salah satu naluri seorang istri" Balas Ammara.

"Itu cuma bakalan ngerugiin kamu" Jawab Aksa.

"Kamu emang gak pernah ngehargain apapun yang aku lakuin ya?!" Intonasi ucapan Ammara mulai meninggi.

"Jadi selama ini kamu belum ngerasa dihargai?!"

"Belum! Sama sekali belum!" Potong Ammara cepat.

Aksa mengacak-acak rambutnya "Ammara please, jangan mancing emosi aku. Aku lagi gak mau ribut sama kamu"

"Sa, dari kita awal nikah, sampe aku ngandung Arika, Arika lahir sampe dia tumbuh besar. Kamu sama sekali gak pernah ada buat kita"

"Aku kerja tiap hari buat anak kamu—"

"Anak kita!" Sergah Ammara cepat sembari matanya yang sudah berkaca-kaca.

Aksa menghembuskan nafas kasar dan mengalihkan pandangannya dari Ammara, pria itu sedikit tersentak karena ia bisa melihat kehadiran Arika di ujung ruangan itu tepat di depan pintu kamar gadis kecil itu, sepertinya Arika terbangun karena suara ribut dari kedua orang tuanya.

"Kenapa Mama dan Papa saling berteriak?" Arika bertanya dengan wajah khawatir.

Ammara dengan cepat menoleh kearah Arika dengan wajah terkejut, Ammara melangkah mendekati Arika.

"Papa sama Mama hanya bercanda" Itu suara Aksa, pria itu ikut mendekati Arika. Gadis kecil itu mengangkat kedua tangannya pada Aksa, dan detik berikutnya Arika sudah berada di gendongan Aksa.

Arika menempelkan wajahnya di dada Aksa, sepertinya gadis kecil itu masih mengantuk. Aksa lantas membawanya kembali ke dalam kamar.

"Arika mau tidur sama Papa sama Mama"

Ammara menatap Aksa, melihat reaksi pria itu. Ya— Ammara dan Aksa tak pernah tidur satu ranjang selama mereka tinggal satu rumah di Swiss, masing-masing tidur di kamar yang berbeda. Aksa menganggukkan kepalanya.

"Baiklah" Jawab pria itu lalu Arika tersenyum sebagai respon.

"Mama Ayo"

Ammara tersenyum tipis lalu melangkah mengikuti mereka.

Ibarat setiap kata yang memiliki konjungsi atau kata hubung, mungkin Arika bisa dianggap konjungsi bagi Aksa dan Ammara. Arika itu penghubung bagi hubungan mereka berdua, Arika itu ibarat tali yang menguatkan pernikahan mereka, jika tidak ada Arika mungkin sudah sedari dulu ia berpisah dengan Aksa.

"Papa, bisahkah Papa memberikanku seorang bayi seperti milik Crishtoper?"

**

Tbc.

Jangan lupa tekan bintang dan ramaikan kolom komentar.

See you

<3

Next?

AKSARAJASA 2Where stories live. Discover now