2. Ganti Papi

39.6K 5.3K 258
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kana melangkahkan kaki memasuki gedung kantornya. Berdiri di depan lift menunggu pintu besi itu terbuka. Membiarkan beberapa pegawai lain bergabung dengannya menunggu di sana. Hatinya masih begitu kesal dengan kejadian pagi tadi mengenai pertengkarannya dengan sang Papi. Meski akhirnya keinginan Papinya agar Kana berangkat kerja dengan sopir tidak terkabul juga, keinginan Kana untuk pergi dengan kendaraan umum sama tidak terkabulnya. Kana justru diantar oleh Adam.

Laksana Adam Antana. Teman akrab kakak laki-lakinya yang sering datang ke rumah.

Adam memang bukan orang yang menyebalkan seperti Naka—kakaknya. Di motor tadi, mereka saling diam sampai Kana turun di depan kantor dan Adam pergi begitu saja. Ya, setidaknya berangkat dengan motor bersama Adam Kana bisa merasakan angin dan knalpot kendaraan.

"Pagi, Kana."

Kana menoleh saat seseorang menyapanya. Gadis itu lalu tersenyum tipis menganggukkan kepalanya menjawab sapaan itu. Membiarkan Davis—teman kantornya berdiri di sebelahnya ikut menunggu lift.

"Si princess udah dateng."

"Keajaiban banget hari ini dia berangkat kerja nggak naik alphard nya. Gue liat tadi dia naik motor sama cowok."

Kana mendengar bisikan itu. Walau dengar, dia tidak menoleh. Sudah sangat hafal siapa pemilik suara itu.

Pintu lift terbuka dan Kana masuk ke dalamnya. Berikut Davis, beberapa karyawan lain termasuk tiga orang yang berbisik-bisik itu. Hari ini sudah diawali dengan pagi yang buruk. Kana tidak mau menambah daftar buruk hariannya dengan memedulikan bisikan manusia-manusia itu lagi.

Lift berjalan ke atas kemudian berhenti di lantai 3, ruang kantornya. Kana keluar dari sana berjalan menuju kubikelnya. Meletakan tas di atas meja, mengeluarkan tumblr minumnya, lalu langsung menyalakan komputernya.

Kana bekerja di sebuah perusahaan penerbitan sebagai editor novel. Terhitung sudah satu tahun sejak lulus kuliah dia berada di sini. Jelas sudah hafal dengan tingkah pada rekan kerjanya yang berada di satu departemen dengannya.

"Princ—eh maksudnya Kana."

Kana menoleh saat seseorang memanggil namanya lagi. Dia adalah Susan yang kubikelnya berada di sebelahnya. Sama-sama seorang editor novel fiksi juga.

"Naskah yang waktu itu kamu baca, yang judulnya Bianglala, boleh buat aku aja nggak buat ngajuin naskah baru weekly meeting nanti?"

Kana terdiam sebentar. Ini waktunya sudah harus mengajukan naskah baru untuk terbit. Dia sudah ada beberapa opsi salah satunya adalah naskah Bianglala yang dimaksud oleh Susan.

"Aku udah liat detail yang kamu buat dan kayaknya lebih cocok aku yang pegang naskah itu."

"Kamu buka-buka kerjaan aku?" Kana terlihat tidak terima.

The Princess' Rush Wedding Where stories live. Discover now