10. Nggak Pakai Nangis, Kana

33.1K 5K 257
                                    

              Keluar dari kamarnya setelah membenahi semua kekacauan yang Kana buat sendiri, Kana memelankan langkahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              Keluar dari kamarnya setelah membenahi semua kekacauan yang Kana buat sendiri, Kana memelankan langkahnya. Dia tahu ini sudah sangat mepet waktu untuk berangkat ke kantornya. Namun, ada hal lain yang kana pikirkan.

"Ayo, cepat! Udah jam berapa ini?" Suara Adam menginterupsinya. Membuat Kana mencebik kesal sekali lagi pada suami yang baru sehari menikahinya itu.

Kana pun mempercepat langkahnya. Menuju rak sepatu dan mengambil sepatu kerjanya di sana. Tidak menghiraukan Adam yang berjalan menuju dapur entah sedang melakukan apa. Kana memakai sepatu kerjanya dengan gelisah. Kemudian ketika usai, dia mendapati Adam membawa satu gelas susu berjalan menujunya.

"Kamu belum sarapan," ujar Adam menyerahkan gelas susu itu.

Kana menerimanya. Menatap wajah tegas Adam yang hanya memerhatikannya entah dengan apa yang ada di dalam isi kepalanya. Kana meminum susu itu, kemudian kembali menyerahkan gelasnya pada Adam. Membiarkan Adam kembali menuju dapur dan mencuci gelas itu.

Kana memerhatikan isi apartemen minimalis milik Adam ini yang tampak begitu rapi dan bersih. Setelah dia datang, jelas sudah banyak perubahan. Kamar kosong di samping kamar Adam juga sudah berisi barang-barangnya termasuk ranjang, meja rias, lemari dan sebagainya yang Kana minta Adam untuk di belikan. Di ruang tamu juga menambah satu rak buku lagi karena kamar Kana tidak muat dimasukkan 2 rak sedang dia memiliki banyak buku.

"Ayo, berangkat. Malah bengong." Adam menginterupsinya sekali lagi. Membuat Kana kembali pada kesadarannya bahwa kini memang dia tinggal di tempat ini. Bukan lagi di rumah mewah keluarganya.

Saat ini, dia sudah menjadi istri Adam. Tinggal di sebuah apartemen yang hanya memiliki dua kamar dan satu kamar mandi. Tidak ada walk in closet di dalam kamar, tidak ada juga perpustakaan mini miliknya. Dan yang paling penting, tidak ada Mbak Rini, juga tidak ada Pak Bono—sopir pribadinya.

"Bang Adam, kita tuh beneran udah menikah, ya?"

"Iya. Kan kamu yang menyiapkan semuanya."

Adam benar. Kana yang menyiapkan semuanya. Mengurus rush wedding-nya.

"Ayo, kok masih bengong. Telat kamu nanti." Adam keluar dari unitnya lebih dulu. Meninggalkan Kana yang menghela napasnya berat.

Dia benar-benar sudah menikah.

*__*

Mendadak, Kana ragu untuk turun dari motor Adam. Bahkan ketika motor itu sudah sampai di depan stasiun dan Adam sudah menjatuhkan kakinya ke bawah, menoleh ke belakang pada istrinya yang mau tidak mau, akhirnya turun juga.

"Udah tahu jadwal keretanya, kan?" tanya Adam.

Kana mengangguk. Berdiri di depan laki-laki itu, kemudian menoleh pada suasana stasiun yang sudah tampak ramai dan padat. Apalagi berada di dalam sana, ya?

"Nanti kalau peronnya nggak ketemu, tanya sama satpamnya," kata Adam.

Kana mengangguk lagi. Adam pun berniat pergi, tetapi Kana lebih dulu menahan lengannya. Membuat atensi Adam kembali menatap pada sang istri.

The Princess' Rush Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang