4. Bawa Kana Pulang

33.4K 5.2K 323
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti yang sudah direncanakan, hari ini Adam pulang ke rumah orang tuanya. Sebenarnya tidak jauh dari apartemennya karena masih berada dalam kota yang sama. Hanya saja, Adam jarang berkunjung ke sana karena kesibukannya di bengkel.

Adam adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Semua saudaranya laki-laki. Pertama, ada kakak laki-lakinya yang bekerja di sebuah perusahaan migas yang kini telah berkeluarga. Kemudian ada adik laki-laki yang baru memasuki semester 6 di universitas.

"Dirga?" Adam memanggil adik laki-lakinya yang sedang makan di atas sofa sembari menonton TV. Dirga langsung menoleh saat namanya dipanggil. "Kok Abang salam di luar nggak ada nyahutin?"

Sebelum masuk ke dalam rumah, Adam sudah mengucap salam tetapi tidak ada yang jawab.

"Loh Abang? Kapan? Nggak denger Dirga lagi makan."

Adam menatap datar adik bungsunya itu. "Mama mana?" tanyanya.

"Nggak tahu tadi lagi keluar."

"Kamu nggak kuliah?"

"Libur."

Adam mengangguk. "Abang ke kamar dulu kalau Mama pulang bilangin Abang di kamar. Kalau Abang tidur tolong jangan dibangunin, ya."

"Kamu masih sulit tidur, Adam?"

Adam menoleh saat namanya dipanggil. Laki-laki itu membalik badannya dan mendapati Mamanya dengan kerudung panjang berwarna dongkernya berjalan mendekat.

"Ma." Adam menyalami ibunya.

"Kamu masih sulit tidur?" tanya Meutie—Ibu Adam.

"Ya gitu, Ma. Ini Adam ngantuk Adam masuk kamar dulu, ya. Nanti ngobrol-ngobrol lagi. Adam nginap di sini."

Meutia berdecak. "Kamu itu makanya. Udah Mama bilang kamu itu kebanyakan kerja, Adam. Waktu tidur kamu nggak teratur makanya sekarang jadi punya gangguan tidur begini."

Adam diam saja mendengarkan omelan ibunya. Dengan mata menahan kantuk tetapi tidak berani menyela.

"Makanya, turunin sedikit itu standar kamu. Jadi orang yang kelewat perfeksionis juga nggak baik. Kamu jadi capek sendiri. Itu pasti kamu susah tidur karena selalu mikirin kerjaan aja, Dam."

Adam masih diam.

"Coba sekali-sekali kamu dengerin Mama. Libur dulu dari pekerjaan. Kamu jalan-jalan liburan ke mana gitu, kek. Jangan di bengkel aja kerjaannya. Udah begini rugi di kamu. Lihat itu kantung mata sudah hitam begitu."

"Ma, itu Abang udah ngantuk banget. Biarin Abang istirahat dulu, Ma." Dirga menyela, membantu Adam bicara.

Meutia pun akhirnya menutup mulutnya. Sedikit kasihan melihat wajah putranya yang tampak begitu kuyu dengan mata yang sudah tidak fokus.

The Princess' Rush Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang