1. PERKARA NILAI

632 17 0
                                    

Soo haii, welcome to my story!
Ini adalah cerita baru yang Kanis publish, semoga suka yaa. Jangan lupa vote dan komen🤗💗

-

-

-

Bagaimana suasana hatimu ketika mendapatkan kabar bahwa nilai ulangan harian matematika akan segera dibagikan dalam jangka waktu dekat? Parahnya lagi pagi ini kelas XI MIPA dua akan menerima kertas dengan tinta berwarna merah itu di jam pertama, sangat mendadak.

Kegelisahan menyelimuti satu kelas, bahkan siswa yang biasanya hobi membuat keributan kini ikut diam merenungi bagaimana nasib nilai ulangannya nanti, apakah akan menampakkan emoji dengan senyuman atau titik-titik air mata dan lekukan bibir ke bawah?

"Kira-kira nilai lo bakal diatas KKM nggak?"

"Mau seberapa berusaha, kalo gue emang pada dasarnya nggak suka matematika ya pasti jelek nilainya."

"Orang zaman dulu kalo gabut bikin rumus-rumus, beda sama kita kalo gabut mabar mobile legend."

"Kapasitas otak gue emang nggak memungkinkan buat dapetin nilai diatas KKM."

Semuanya terlihat gelisah, helaan nafas yang mengeluarkan gas karbondioksida saat ini banyak dilakukan para siswa dan siswi. Namun desas-desus kegelisahan itu terpecahkan saat suara decitan pintu terbuka terdengar.

Perhatian satu kelas langsung teralihkan ke arah Pak Bandu. Guru matematika yang mengajar di kelas sebelas SMAN LENTERA, sebuah map coklat tebal yang sudah dapat ditebak isinya membuat banyak murid berbisik.

"Selamat pagi semuanya!"

"Pagi, Pak!"

"Saya yakin kalian sudah mendengar kabar dari kelas sebelah bahwa hasil ulangan matematika minggu kemarin akan dibagikan hari ini." Semuanya langsung mengangguk membenarkan ucapan Pak Bandu.

Setelah mengucapkan itu, Pak Bandu duduk di kursi kebesarannya, mengurusi kertas-kertas yang berisi nama para siswa-siswinya. Namun tak lama, seorang siswa dengan dasi yang terikat di kepala tiba-tiba mengacungkan tangan.

Hal ini sudah menjadi tradisi sejak kelas sepuluh bagi kelas MIPA dua. Perdebatan yang akan melibatkan topik soal persaingan nilai antara dua siswa yang bersahabat.

"Ada apa Zayn? Tolong benarkan dasimu itu." Pak Bandu melirik ke arah siswa tersebut namun tak lama perhatiannya kembali pada kertas-kertas yang berserakan di atas meja.

"Kamu tidak perlu khawatir, nilaimu dan Adnan selalu dipastikan aman." Pak Bandu berucap di sela aktivitasnya membuat siswa dengan name tag Zayn Emilio tersenyum kecil.

"Lo denger Zayn? Nggak perlu khawatir, nilai lo sama gue selalu aman. Tinggal liat aja apa mungkin nilai lo lebih besar dari gue atau lebih kecil dari gue." Zayn tersenyum kecut menanggapi ucapan sahabatnya.

Adnan dan Zayn merupakan dua siswa yang selalu bersaing untuk mendapatkan peringkat paralel. Setiap semester, keduanya akan belajar sekeras mungkin demi mendapatkan peringkat satu. Jika Zayn mendapatkan peringkat satu, maka Adnan mendapat peringkat dua, namun terkadang keduanya bisa saja bertukar peringkat. Mungkin hal ini akan terus terjadi hingga kelas dua belas nanti.

Baik Zayn maupun Adnan tak pernah ada yang ingin mengalah, jika sudah berurusan dengan nilai keduanya akan bersaing ketat dan tentunya secara bersih. Namun anehnya, justru persahabatan kedua pria tersebut terlihat berjalan lancar.

"Semester ini gue bakal dapetin peringkat satu, dan gue bakal bikin lo duduk diperingkat dua," sarkas Zayn cepat, ia menatap Adnan penuh rasa permusuhan. Seakan pria itu bukan sahabatnya melainkan musuhnya.

Pria yang duduk dipojokan itu tersenyum menanggapi ucapan Zayn. "Itu kalo nilai lo lebih besar dari gue, kalo lebih kecil, gue yang bakal bikin lo duduk diperingkat dua." Dengan wajah sombongnya Adnan tersenyum miring.

"Sudah, kalian jangan berdebat lagi soal nilai dan peringkat. Sekarang saya akan bagikan kertas ulangannya, Zayn kamu boleh kembali duduk." Pak Bandu menyela perdebatan sengit kedua sahabat itu.

Setelah Zayn duduk diiringi suara dengusan jengkel, Pak Bandu berdiri dan mulai mengelilingi satu kelas. Menyimpan setiap kertas yang ia bawa diatas meja para murid dengan posisi tertutup.

"Kalian diperbolehkan melihat nilai ulangan jika sudah saya perintahkan. Diingatkan kembali berapapun nilai kalian, harus tetap disyukuri karena ini adalah hasil kerja keras kalian. Kecuali bagi mereka yang suka mencontek," jelas pria berkacamata tersebut.

"Saya juga akan memberitahukan untuk materi matriks dasar telah usai, materi selanjutnya akan saya sampaikan minggu depan. Hari ini kalian akan mempunyai lebih banyak waktu untuk kesiapan pembelajaran jam kedua, karena saya akan undur diri setelah membagikan kertas nilai kalian." Mendengar ucapan gurunya, beberapa murid terlihat senang karena memiliki waktu luang untuk melakukan hal lain.

Sedangkan Adnan yang duduk dipojokan menghela nafas, dirinya terkadang sulit memahami sebuah mata pelajaran jika tidak dijelaskan oleh guru. Materi selanjutnya diyakini akan membuat tingkat kesulitan dalam pengerjaan bertambah.

Meminta bantuan pada Zayn? Sepertinya sahabat laki-lakinya itu tidak akan membantu.

"Baiklah, semua kertas sudah saya bagikan. Kalian boleh melihat nilai ujiannya, jangan putus asa karena hidup hanya sementara. Saya pamit undur diri."

"Terima kasih, Pak!"

"Makasih, Pak!"

Pak Bandu mengangguk sembari tersenyum kecil lalu meninggalkan kelas, setelah pintu tertutup kini satu kelas terlihat heboh. Semuanya terlihat sibuk menyamakan jawaban dari ulangan yang minggu lalu dikerjakan, kecuali Zayn dan Adnan tentunya.

Adnan yang melihat goresan tinta merah dengan emoji tersenyum dikertas ulangan miliknya merasa puas. Kesempatan ini harus ia gunakan untuk pamer pada Zayn, karena tidak mungkin pria itu bisa mengalahkannya dalam ulangan kali ini.

"Woy! Nilai lo berapa!" Tanpa menyebutkan nama, teriakan Adnan langsung membuat Zayn membalikkan badannya.

"Nilai gue lebih besar dari lo pokonya!" sahut Zayn yang duduk dibangku pojok sebelah kiri Adnan.

"Yakin?" Adnan bangkit dari duduknya menghampiri Zayn, siap menyombongkan nilai matematika yang kini kertas ulangan ada di genggamannya.

Tatapan permusuhan kembali diberikan Zayn pada Adnan saat pria itu berdiri di sampingnya dengan wajah menyebalkan. Secara bersamaan keduanya memperlihatkan nilai ulangan.

"What?" Adnan membulatkan matanya. Goresan tinta merah yang ia lihat pada lembar ulangan Zayn pasti salah, tidak mungkin jika keduanya memiliki nilai yang sama.

"Kok nilai lo sama nilai gue sama? Lo pasti nyontek sama gue, kan?"

"Enak aja! Palingan juga lo yang nyontek sama gue," sahut Adnan dengan nada bicara yang naik.

"Lo kira gue sebodoh itu sampe mau nyontek sama lo?"

"Karena bodoh makanya lo nyontek!"

"Lo yang nyon-"

Brakk!

Pintu kelas dibuka secara kasar membuat atensi semua murid kelas XI MIPA dua teralihkan. Seketika keributan yang terjadi sekarang menjadi hening.

"Berantem mulu lo berdua, daritadi kita telponin nggak diangkat, ternyata lagi sibuk debat." Baik Andnan maupun Zayn sama-sama tersenyum kikuk. Pria dengan kancing seragam terbuka yang menampakkan kaos hitam polos serta bola basket ditangannya itu sukses membuat dua manusia yang awalnya bertengkar kini diam.

-

-

-

See you💗

Einstein's gang [TERBIT]Where stories live. Discover now