13. TAK ADA LAGI ADU MULUT

63 3 0
                                    

Haii, happy reading and enjoy guys 🔥

-

-

-

"Selamat siang para peserta seleksi OSN tahun ini, calon-calon yang akan mewakili SMAN Lentera nanti,  sebelumnya kami sebagai panitia mengucapkan selamat kepada kalian karena lolos seleksi tahap satu, untuk seleksi tahap dua hari ini, saya berharap kalian memberikan yang terbaik.

"Proses eliminasi kali ini, setiap kelas yang mulanya tersisa enam orang, akan terkikis menjadi tiga orang. Tidak ada jalan kotor yang kalian ambil selama mengerjakan soal seleksi, ada pengawas yang menjaga kalian dan kamera cctv yang menyala."

56 siswa-siswi yang duduk menyimak beberapa peraturan dalam proses eliminasi kali ini semuanya mengangguk paham.

"Untuk seleksi tahap dua ini, kami membuat peraturan yang cukup menyenangkan. Setiap soal yang kalian jawab benar, akan dikalikan dua. Dan jika jawaban kalian salah, maka akan akan dikurangi tiga point."

Bisik-bisik diantara para siswa-siswi langsung terdengar, beberapa dari mereka banyak yang menolak namun tak bisa berbuat apa-apa. Razella yang duduk satu meja dengan empat pria Einstein's gang, hanya diam. Sistem penilaian seperti ini sudah pernah ia rasakan saat SMP.

Ingin menolak tak bisa, pun protes pada panitia, sebagai peserta hanya bisa menerima dengan berat hati.

Sistem ini diciptakan dengan tujuan untuk mempermudah proses eliminasi, biasanya jika jumlah peserta yang mengikuti terlalu banyak, maka sistem ini akan dikeluarkan.

"Semuanya boleh langsung ke kelasnya masing-masing."

Setelah diberi perintah, semuanya beranjak dengan tasnya masing-masing keluar kelas. Begitupun dengan meja yang diisi oleh empat pria Einstein's gang dengan tambahan Razella. Mereka beranjak tanpa mengeluarkan suara.

Yang mereka pikirkan saat ini adalah posisi, apakah mereka akan lolos ke tahap seleksi ketiga? Murid-murid yang dianggap mempunyai kemampuan biasa saja bisa jadi menjadi saingan yang kuat, mereka bisa saja bersikap diam-diam namun menghanyutkan.

"Zella."

"Hm?"

"Good luck!"

Berpisah dengan Nathan, Finn dan Adnan. Razella lagi-lagi mendengar ucapan Nathan, yang memberinya semangat kecil. Pikirannya sedikit terganggu saat mendengar nama panggilan yang diberikan Nathan untuknya, 'Zella' baginya itu cukup menggelikan.

"Lo kenapa, Astatine?" Zayn menepuk pundaknya, meminta menyingkir dari pintu karena menghalangi jalan.

"Ng-nggak, gue cuman tiba-tiba kepikiran sesuatu aja, by the way lo jangan pernah panggil gue pake nama belakang gue lagi!"

"Why?"

"Gue nggak suka," jawab Razella menekan ucapannya, kemudian menghela nafas.

Walaupun sekolah meliburkan semua murid, tapi tetap saja, tidak ada waktu untuk berleha-leha bagi Razella, tes seleksi OSN dilakukan di sebuah SMP yang jaraknya tak jauh dari SMAN Lentera.

"Lo siap buat seleksi OSN tahap ini?" Lagi-lagi Zayn berusaha mengajaknya mengobrol, padahal saat ini ia sedang tidak bersemangat.

"Kalo gue nggak siap, gue nggak akan mau disuruh dateng ke sini. Harusnya hari ini gue full rebahan di rumah!" jawab Razella dengan nada penuh kekesalan.

"Eitss, jangan marah-marah, gue nggak mau sampe adu mulut lagi sama lo, oke? Kita udah janji, nggak akan ada lagi adu mulut diantara kita." Peringat Zayn.

"Perjanjian konyol! Walaupun gue nggak ngajak adu mulut, tapi Jessica tetap bakal adu mulut sama kalian, fuck! Gue males banget bergerak hari ini!" Menempelkan dahinya pada meja, Razella berusaha menerima bahwa waktu liburnya harus terbuang.

"Udahlah, sabar aja. Gue juga terpaksa ke sini, kalo nggak penting-penting amat mungkin sekarang gue lagi rebahan di rumah," ucap Zayn memainkan rambut Razella yang terurai.

Plak!

"Aduh, lo kenapa sih, Astatine?!"

"Rambut gue berantakan goblok! Ini itu hasil catokan Mama, ini itu pake sampo mahal, pake vitamin khusus. Jadi jangan seenaknya rusak rambut yang udah rapi gini. Huh! Sial banget gue hari ini," omel Razella membuat Zayn tak bisa berkata-kata, speechless.

"Sepenting itu emangnya rambut kalo buat cewek, ya?" Dalam hatinya Zayn sungguh bertanya, ia sering melihat teman sekelas perempuannya yang selalu marah ketika rambutnya berantakan.

Rasanya Razella ingin tertawa mendengar ucapan Zayn, pria yang duduk disampingnya itu terlihat menggemaskan, membuat tangannya geram ingin menghantam sesuatu.

"Makanya, punya cewek dong! Kan lo pinter, pasti banyak yang mau 'lah," jawab Razella tertawa.

"Gitu, ya? Kalo lo mau nggak sama gue, mengakui gue pinter berarti lo juga pasti mau, kan?"

"Dih, najis! Pokoknya rambut cewek itu ibarat rumus diventri!"

"Mau adu mekanik lo?"

Razella tertawa, tanpa sengaja ia membuat Zayn terpancing. "Adu mekanik di soal seleksi, oke? Yang nilainya paling rendah traktir ke Starbucks," ucap gadis di samping Zayn menantang.

"Siapa takut!"

Beberapa menit setelah tantangan tersebut disahkan oleh kedua pihak, panitia yang membawa map berisi soal-soal seleksi datang. Saat mengerjakan 35 soal tersebut, baik Razella maupun Zaym berusaha sebaik mungkin. Keduanya sama-sama tidak ingin kalah, berakhir menjadi bahan ledekan dan menghabiskan uang untuk traktir.

Dengan teliti dan cepat keduanya menggerakkan telapak tangan dengan lihai, coretan angka-angka dan rumus-rumus penting dalam soal tersebut menodai kertas putih yang diberikan sebagai kertas corat-coret. 35 soal full essay dalam lima puluh menit? Itu bukan masalah besar bagi mereka yang sudah memahami konsep.

°°°

"Lo mau kemana, Finn? Bukannya udah ini balik ke rumah, ya?" tanya Razella menghampiri pria yang tengah sibuk memakai jaket dan helmnya.

"Gue ... gue mau ke sekolah," jawabnya terlihat ragu-ragu memberitahu rencananya pada Razella.

"Bukannya kita nggak boleh ke sana?"

Mendengar pertanyaan Razella, Finn terlihat berpikir. "Gue ... gue ... ck! Gue penasaran, Zel! Gue pengen liat TKP-nya,' jawab Finn namun kali ini tak terlihat ragu.

"Lo cosplay jadi siswa tidak patuh apa gimana? Lo nggak jaga image gitu?" Razella terlihat heran mendengar alasan Finn yang ingin berkunjung ke sekolah, padahal sudah jelas siapapun dilarang keras masuk ke sana. Sekolah mereka saat ini sudah dikelilingi garis polisi.

"Gue seriusan pengen liat TKP, Zel. Gue minta bantuan jangan kasih tau hal ini ke siapapun, termasuk Adnan, Zayn sama Nathan."

Dahi Razella berkerut. "Lo nggak ngasih tau mereka? tanyanya. "Kalo gitu gue ikut, gue nggak mau jawab pertanyaan mereka," sambung Razella menghampiri motor miliknya, ia segera memakai masker dan memasang helm.

"Tapi, Zel."

"Nggak ada tapi-tapi, lo kalo mau jadi anak nggak patuh aturan. Harus belajar dari ahlinya."

"Gue nggak mau lo kenapa-kenapa cuman karena keinginan konyol gue." Finn berusaha membujuk Razella agar tidak ikut, resiko yang ia tanggung akan sangat besar jika keduanya tertangkap basah. Terutama SMANTERA yang dipenuhi kamera cctv disetiap penjuru.

"Bodo amat, gue ikut ya harus ikut. Yuk!" Razella melajukan motornya terlebih dahulu menuju sekolahan. Finn hanya bisa pasrah dan berdoa semoga pulang dengan selamat.

-

-

-

See you again 💗

Einstein's gang [TERBIT]Where stories live. Discover now