11. ZELLA

72 4 0
                                    

Haii, happy reading and enjoy guys 💗

-

-

-

Setelah mengerjakan puluhan soal yang cukup menguji kesabaran, semua peserta diberikan waktu untuk beristirahat selagi para panitia memeriksa lembaran kertas jawaban.

Razella keluar dari kelasnya untuk menghampiri Jessica, keduanya membuat janji untuk mampir di cafe setelah pulang sekolah. Waktu menunjukkan pukul tiga sore, dua puluh menit lagi bell pulang akan berbunyi.

"Gimana, Zel? Ketemu sama mereka?" Jessica langsung menghadiahi pertanyaan saat Razella baru saja duduk di kursi depan kelas.

"Ketemu, dan lo tau apa yang tadi gue sama dia obrolin?"

Jessica menggeleng, "kalo belum dikasih tau mana mungkin gue tau lah."

"Gue ambil mata pelajaran yang ternyata, salah satu anggota Einstein's gang ada," ucap Razella terlihat senang.

"Oh ya? Bagus dong, kalo gitu lo harus bisa ngalahin dia. Buktiin kalo ada orang yang bisa jatuhin mereka, biar mereka tau diri," sahut gadis di depan Razella, keduanya memiliki tujuan yang sama, begitu juga dengan harapan keduanya.

Pertemanan yang terjalin sejak dini membuat koneksi keduanya berjalan lancar, dan hal itu berpengaruh dengan ikatan batin, ikatan batin keduanya cukup kuat.

"Gue nggak bakal bikin kesempatan emas ini sia-sia begitu aja." Jessica mengangguk, mendukung ucapan teman masa kecilnya itu.

"Gue bakal selalu dukung apapun keputusan lo."

Hati Razella menghangat. "Gue nggak menyesal balik lagi ke sini. Oh iya, ke cafe nanti jadi, kan?"

Jessica mengangguk.

"Sesuai janji, sekalian gue bakal traktir lo.'

"Serius?"

"Iya dong, itu juga kalo nama lo nggak disebut pas pengumuman eliminasi beberapa menit lagi," jawab Jessica, Razella yang mendengarnya mau tak mau harus memaklumi ucapan teman dekatnya ini.

"Ceritanya lo ngeraguin kemampuan temen dekat lo ini?" Razella berkacak pinggang dengan tatapan khas kucing.

"Nggak juga sih." Jessica tersenyum kikuk.

"Lo seriusan ikut OSN?"

Perhatian kedua gadis yang saat ini tengah duduk bersama teralihkan saat mendengar suara yang begitu familiar, dan refleks memberikan kesan buruk pada si pemilik suara dalam pikirannya masing-masing.

Nathan, Adnan, Finn dan Zayn. Keempat pria pintar Einstein's gang berada tepat disamping kanan keduanya, mereka terlihat serius dan meminta jawaban kepastian dari Razella.

"Kenapa lo nggak nanya sama temen lo yang tadi satu kelas sama gue?" sarkas Razella berdiri dari duduknya.

"Ceritanya mau pamer sama gue apa gimana nih? Selesai ngerjain soal langsung nyamperin, sori ya, gue juga punya Razella." Jessica memainkan rambutnya, sesekali mata julid itu menggerling tak suka.

Entah mengapa sejak bertemu dengan empat pria sok pintar ini, rasanya tensi darah tinggi Razella naik. Ada gemuruh kekesalan yang ingin dilampiaskan jika bertemu, apalagi saat mereka mengajak berbicara.

"Oke ... gue juga udah denger dari Zayn, kok. Lo ikut seleksi OSN fisika bareng sama dia, intinya gimana?" sahut Finn tanpa memperdulikan tatapan Jessica.

"Gue sih oke-oke aja, tapi gatau sama temen lo itu. Tadi tiba-tiba gelisah balik ke belakang mulu, padahal dibelakang dia cuman ada tembok," jawab Razella. Ia melirik Zayn yang terlihat tidak terima saat mendengar ucapannya.

"Gue balik ke belakang karena gue lagi ngitung, gue nggak perlu kertas buat corat-coret kayak kebanyakan orang!" seru Zayn.

Razella tersenyum miring, diantara keempat pria yang ada dihadapannya, Zayn adalah satu-satunya yang memiliki kesabaran setipis tisu. Hal itu membuat Razella semakin mudah untuk mengelabuhi mereka.

"Jago banget kalo gitu ya, kapan-kapan ajarin gue ngitung tanpa kertas corat-coret di dalam mimpi, ya," ucap Jessica tertawa kecil.

Melihat wajah sahabatnya yang merah padam, Nathan memutuskan untuk menyudahi pembicaraan dengan dua gadis yang sifatnya tak jauh berbeda.

"Mengalah dalam kompetisi adalah hal paling bodoh, good luck Zella." Bersamaan dengan kaki kanan Razella yang memasuki kelas, ucapan Nathan membuatnya terdiam tak melanjutkan langkah.

°°°


"Setelah memeriksa hasil kerja keras kalian, kami akan mengeliminasi beberapa murid. Setiap mata pelajaran, kami menyisakan enam murid untuk kembali mengerjakan soal lusa nanti.

Bagi yang namanya dipanggil, harap ke depan dan menerima kartu identitas masing-masing, jika ada kesalahan atau typo dalam kartu identitas. Kalian bisa langsung memberitahukan kami sekarang juga."

Keheningan tercipta, ada banyak detak jantung yang berdetak tak normal. Kegelisahan melanda semua murid, sistem eliminasi yang diterapkan jelas sangat ketat, dari puluhan siswa-siswi yang masing-masing mengisi ruangan. Hanya tersisa enam yang akan melanjutkan,

"Gue rasanya nggak bisa nafas, Zel. Ini kayak sidang internasional tau nggak!" Jessica mempererat genggaman tangannya pada Razella. Wajahnya terlihat tegang, seakan gadis itu 'lah yang mengikuti seleksi OSN ini, bukan Razella.

"Di sini gue yang harusnya gelisah, kenapa jadi lo?"

"Gue takut uang buat traktir lo nggak cukup, kan, malu kalo harus ngutang." Razella menggelengkan kepalanya.

Tak ada usaha yang akan mengkhianati hasil, ucapan itu Razella percaya seratus persen. Namun banyak diantara mereka yang tidak mempercayainya, padahal Tuhan tidak membalas usaha itu karena waktunya yang tidak tepat.

"Yang namanya saya panggil langsung saja ke depan."

Semuanya semakin merasakan tegang. Bahkan wajah keempat pria Einstein's gang juga terlihat tegang.

"Anastasya Videre, Biologi."

"Ananda Putra, Biologi."

"Berliana, Kimia."

"Adnan Rafandra , Matematika."

Nafas Razella tertahan saat mendengar nama orang yang ia kenal disebutkan, ia tau bahwa kemampuan mereka memang tidak bisa diremehkan lagi.

"Eilyn Naraya, Astronomi."

"Saffiyah Laudi, Geografi."

"Raditya Rafa, Matematika."

Perlahan semua nama murid yang disebutkan satu persatu maju ke depan, hati Razella tak tenang. Tiga pria Einstein's gang sudah terpanggil, mereka tertawa bersama di mejanya, merayakan kelolosan.

"Gue khawatir, Zel," ucap Jessica yang ada disampingnya.

"Gue juga sama, tapi gimanapun hasilnya, udah jadi keputusan juri," sahut Razella berusaha menenangkan hatinya yang gelisah.

"Zayn Emilio, Fisika."

Nafas Razella sekali lagi tertahan, nama pria yang ia anggap sebagai saingannya baru saja disebut. Matanya melirik Zayn yang terlihat dengan bangga maju ke depan mengambil kartu identitas, pria itu melirik dirinya dengan tatapan mengejek.

"Thomas Maselyn, Ekonomi."

"Razella Astatine, Fisika."

Brak!

Semua pasang mata langsung menatap ke arah Razella, Jessica baru saja menggebrak meja setelah mendengar nama teman dekatnya disebut. Efek kesenangan itu tak membuat Jessica malu karena dijadikan pusat perhatian, gadis itu justru menatap sinis setiap mata yang menatapnya.

"Aaa, lo lolos, Zel! Gue janji bakal traktir lo langsung!" Jessica memeluk erat Razella, ia terlihat lebih senang dibandingkan Razella sendiri.

"Entah kenapa gue yakin lo bakal jadi orang yang paling deket sama Einstein's gang, Zella."

-

-

-

Siapa yang ngomong tuh?
See you again 💗

Einstein's gang [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang