18. RAZELLA BITTER MEMORIES

62 3 0
                                    

Haii, happy reading and enjoy guys 🔥

-

-

-

Dor!

Timah panas itu melayang bebas, perlahan namun pasti menembus sebuah kulit manusia, dan bersarang di dalamnya. Sang empu yang menjadi sasaran perlahan ambruk ke belakang, raut wajahnya terlihat syok dengan mulut yang sedikit dibuka, dan matanya yang terbelalak.

Darah segar mengalir dari kening Cristiano, keheningan yang menyelimuti seakan mengantarkan pria itu ke pelukan Tuhan-nya.

Razella menahan napas saat melihat darah itu terus mengalir keluar, membasahi lantai dan hampir mengenai sepatunya. Mata gadis itu melirik seragam putih yang ia kenakan, ikut terkena cipratan noda merah.

Tin tin!

Brakk!

"Bunda!"

Kentalnya darah yang bercampur dengan kotornya ubin, membuat genangan merah itu terlihat memuakkan. Bau anyir memenuhi ruangan dan menusuk indra penciuman.

Bukan pertama kali bagi Razella melihat darah-darah yang mengenang ini, bukan pertama kali baju yang ia kenakan terkena cipratan darah, dan bukan pertama kali juga baginya melihat seseorang kembali ke pelukan Tuhan dengan sekejap.

"Bunda bangun, Bunda!"

"Jangan tinggalin, Zella!"

Melihat kilasan memori yang berputar diingatannya, perlahan badan Razella merosot ke bawah. Tatapannya kosong mengarah ke depan, banyak kenangan pahit yang pernah ia lalui dengan cairan merah itu, ada seseorang yang membuatnya merasakan rindu ketika melihat cairan merah tersebut.

"Apa Bunda lagi liatin gue sekarang? Zella udah besar, Zella udah kuat sendiri, tapi sekarang Zella lagi nggak baik-baik aja, Bunda."

Tetesan cairan bening yang mengenang dipelupuk mata menerobos benteng tersebut, air dengan kandungan ion garam itu turun ke kedua pipinya, membasahi dagu dan kemudian mengenai seragam.

"Maaf gue belom bisa jadi anak yang patuh."

Memeluk kedua lututnya Razella menundukkan kepalanya.

"Lo nangis?"

"Gue kira lo bukan cewek cengeng yang bakal nangis dengan mudah."

"Karena ujungnya gini, gue bakal kasih lo pilihan, lo boleh ngundurin diri dari seleksi OSN atau mati sekarang."

Tak ada sahutan yang terdengar, pria misterius itu berdecak.

"Lo nggak budeg, kan?"

"Woy cengeng!"

"Pergi."

"Apa?"

"Pergi," jawab Razella menekan ucapannya.

Razella tidak ingin siapapun mengganggu waktunya sendiri, walaupun pria misterius itu berbahaya dengan senjata apinya, namun Razella yakin, pria itu tidak akan berani meluncur timah panas pada dirinya.

"Lo berani lawan gue?"

"Pergi."

"Gue bisa bikin nyawa lo mel-"

"Lo pikir gue takut? Gue bisa bikin lo bertekuk lutut dalam sekejap, masa depan lo. Mau gue tendang?" Kekakuannya perlahan berkurang, dan keberaniannya muncul.

Razella mengangkat kepalanya, menatap si pria misterius dengan mata merahnya secara intens. Manik mata hitam yang penuh dengan kelicikan, membuatnya tiba-tiba tersenyum.

Einstein's gang [TERBIT]Where stories live. Discover now