Chap 2. Orders

1.9K 409 171
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca, 200 votes and 130 comments baru aku lanjut next chapter-nya yaa~~🍊

Jangan lupa vote sebelum baca, 200 votes and 130 comments baru aku lanjut next chapter-nya yaa~~🍊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



🍊

"Gya, ada pesanan!"

Gadis yang sedang asyik menghiasi makaron itu menoleh. Panggilan sang ibu membuatnya melangkah riang ke toko kue kecil di bagian teras rumah mereka. Gya menghias toko ini bersama ibu dan Tatiana. Bisnis pertamanya yang ia buka setelah kembali dari Australia enam bulan lalu.

"Siapa, Buk?" tanyanya. "Shanum Argema." Gya membaca nama si pemesan ketika Harnita–sang ibu–menyerahkan nota pesanan padanya.

"Itu bukannya pembeli pertama kamu, ya? Dia sering sekali, kan, pesan makaron di sini? Kayaknya hampir setiap minggu," ujar Harnita.

Gya mengangguk. "Iya, Buk. Biasanya beliau pesan via ojek online, tapi ini dia minta antar langsung ke rumahnya."

"Di mana alamatnya?"

"Jakarta Pusat."

"Lumayan jauh, Gy. Kamu yakin mau antar sendiri?" Harnita menatapnya agak khawatir.

Gadis dengan rambut kepang dua nan menggemaskan itu meraih tangan ibunya dan tersenyum sampai mata. Gya mengerti kekhawatiran Harnita, terlebih setelah dirinya harus pulang mendadak ke Indonesia saat mendapatkan kabar bahwa ibunya masuk rumah sakit dan dinyatakan menderita gerd dan maag kronis.

Ada rasa bersalah dihati Harnita, mengingat Gya harus rela meninggalkan pekerjaan part time-nya di salah satu café and resto milik mantan kontestan Masterchef Australia di Sydney demi mengurus ibunya.

Namun, bukankah sudah menjadi kewajiban bagi seorang anak untuk berbakti pada orang tua? Gya lebih memilih berada di sisi ibunya dan berusaha keras mengumpulkan tabungan dibandingkan hidup mapan, tapi hatinya cemas memikirkan Harnita.

"Ibuk, bukannya Ibuk sendiri yang bilang, kalau ada orang baik, kita harus memperlakukannya lebih baik?" Gyanna menjeda kalimatnya sebentar.

"Ibu Shanum ini sudah bantu Gya dari awal buka bisnis kecil kita, ini pertama kalinya dia minta Gya untuk mengantar pesanan ke rumahnya, karena di sana lagi ada syukuran. Beliau agak sungkan meminta ojek online untuk masuk ke wilayah rumahnya," jelasnya.

"Kok, kamu tahu?"

Gya menyengir. "Sebelumnya Bu Shanum udah chat Gya duluan, dia jelasin kondisi rumahnya sekarang. Jadi, boleh, kan, Buk?"

"Boleh." Harnita mengangguk. "Hati-hati, ya. Jangan ngebut bawa motornya."

"Siap!"

Setelah menyusun pesanan Shanum ke dalam kotak berwarna merah jambu yang bertuliskan Gygy's Cake–nama toko miliknya–, dan berganti pakaian yang lebih rapi, Gya meraih helm senada warna kotak kuenya, kemudian berpamitan pada Harnita.

HANNA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang