Chap 5. Secret Admire & First Call

1.9K 396 240
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca, 250 votes and 150 comments baru aku lanjut next chapter-nya yaa~~ ada author notes di bagian bawah, tolong dibaca sampai tuntas. Thank you!


🍊



Menyembunyikan perasaan bukanlah hal sulit untukku. Sebab, jauh sebelum kamu menyadari keberadaanku, aku sudah lebih dahulu menyukaimu. –Gyanna Bening Shafira

🍊

Gadis dengan apron putih dan motif hati itu meletakkan choco cupcakes yang baru saja selesai dipanggang ke atas meja. Ia membiarkan Tatiana yang langsung mengambil satu cup–yang tentu saja masih panas–tanpa berniat melarang. Gya sudah bosan, Tiana pasti tidak akan mendengarkan.

"Jadi, gimana?" tanya Tiana setelah berhasil meletakkan satu cupcakes ke atas piring kecil.

"Apanya?"

Gya tak menoleh, ia masih fokus mengatur temperatur panggangan. Jangan sampai salah, kalau tidak mau hasilnya hitam semua. Gagal dalam membuat kue adalah kekalahan tersendiri untuk dirinya dan Gyanna benci itu.

"Lo hutang cerita, ya, sama gue!" ujar Tiana sambil cemberut. "Off nggak bilang-bilang, tau gitu, kan, gue nggak akan mampir ke FOG!"

"Kenapa coba enggak tanya aku dari semalam?" balas Gya. Kali ini ia duduk di seberang sahabatnya. "Kan, kamu tau, kalau off, aku pasti nganterin makaron ke panti."

"Ya masalahnya, kan, gue nggak tau, Mbak Jeruk!" tukas Tatiana. Ia mendengkus saat Gyanna baru saja menyeruput jus jeruk favorit gadis itu. "Gue jadi harus ketemu sama bos nyebelin lo, kan! Apes banget hari gue," rutuknya kemudian.

"Bos aku? Siapa?" Dahi Gya mengerut. "Marjan? Bang Ghan?" tebaknya.

"Yang sinting!"

Gya memanyunkan bibirnya. "Dua-duanya, kan, sama, Tatiw."

"Oh, bener juga!" angguk Tatiana. "Yang tinggi, deh!"

"Tapi mereka tinggi semua."

"Ah, elah, ribet amat dah! Yang suka susu stroberi!" Tatiana mulai naik darah.

Gya menyengir. "Oh, Bang Ghan ternyata!"

"Cih, sok ganteng banget tau nggak bos lo!" Tiana mendengkus sebal. "Tadi dia deketin gue, udah gue usir, tapi dia malah bilang kalau itu kafe dia. Kan, emang bener! Gue jadi nggak bisa ngusir dia!!"

"Lagian kenapa kamu mau usir Bang Ghan? Dia baik, kok," ucap Gya masih dengan menyeruput jus jeruknya.

"Baik sama genit itu beda tipis, ya, Gy!" seru Tiana. "Lo masih polos, jangan mau dipepetin sama buaya kayak dia!"

"Dia nggak suka nyopet, kok, Tatiw."

Balasan Gya justru membuat Tatiana menggeram di tempat. Gadis berkhimar cokelat muda itu meremas jemarinya kala mendapat tatapan polos dari Gyanna.

"PEPET, GYANNA! PEPET! PE-E-PE PE-E-PET, PEPET BUKAN COPET!" Tatiana tidak lagi bisa menahan suaranya.

"Ish, Tatiw!" Gya menarik Tatiana untuk kembali duduk di tempat semula. "Jangan teriak-teriak," tegurnya.

"Ya abisnya lo bikin gue mau nelan lo tau nggak?! Orang bilang pepet malah jadi nyopet," omel Tatiana. "Lo tau nggak arti pepet itu apa? Kalau sampe nggak tau―"

"Enggak," potong Gya.

Tatiana melipat bibirnya untuk mencari letak kesabarannya yang sekarang entah bersembunyi di mana. Terlebih ketika Gya menyengir saat melihat ekspresi sahabatnya, ubun-ubun Tatiana mau terbakar rasanya.

HANNA [TERBIT]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें