Chap 4. Orphanage With [Ex]-Crush

1.7K 419 202
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca, 210 votes and 135 comments baru aku lanjut next chapter-nya yaa~~ ada author notes di bagian bawah, tolong dibaca sampai tuntas. Thank you!


🍊



Pandanglah sesuatu dengan sederhana, maka kamu pun akan mendapatkan arti lain dari kata bahagia. Sesederhana senyum simpul yang kau ukir setiap pagi, yang mungkin mampu membantu orang melewati hari. –Gyanna Bening Shafira

🍊

"Ibuk, hari ini ada keluhan nggak?"

Harnita menoleh saat pertanyaan itu datang dari putri tunggalnya yang sedang sibuk menyusun makaron ke dalam kotak. Seperti hari yang sudah-sudah, sejak dibukanya Gygy's Cake beberapa bulan lalu, Gyanna berjanji akan mengantarkan kue-kue buatannya ke Panti Kasih Bunda.

Panti itu merupakan tempat tinggal seorang gadis kecil yang pernah ditolong Gyanna. Sejak hari di mana Gya mengantar anak kecil bernama Lentera itu kembali ke pantinya, Gya berniat untuk memberikan setidaknya 3 kotak kue buatannya saat datang berkunjung.

She's such a good girl. Tidak heran kalau banyak orang yang sayang pada putri Harnita itu, meskipun Gya polosnya minta ampun.

"Ibuk baik-baik aja, Gy," jawab Harnita. "Hari ini jadwal di Kasih Bunda sampai jam berapa?" tanyanya lagi.

"Kata Ibu Panti, mau ada yang syukuran di sana. Jadi, mungkin Gygy pulang agak sore, ya, Buk? Nggak apa-apa, kan?" Gya menatap Harnita dengan senyum cerahnya.

"Nggak apa-apa." Harnita mengangguk. "Kalau ada yang mau syukuran, ini kamu nggak kurang bawanya cuma 3 box? Tambah satu lagi aja, Gy. Kasih icip sama mereka, siapa tahu bisa langganan sama kamu, kan?"

Netra gadis dengan pucca hair itu berbinar. "Ibuk keren!" pujinya sembari mengecup pipi Harnita. "Aku tambah satu kotak lagi kalau gitu," lanjut Gya bersemangat.

Setelah menyelesaikan persiapannya, Gya berganti pakaian. Karena hari ini sudah pasti akan bermain bersama anak panti, gadis itu lebih memilih celana jeans kodok dan kaos putih polos.

"Bawa baju ganti nggak, ya?" gumamnya saat memakai helm. "Nggak usah, deh. Nanti jangan sampai main kotor aja sama anak-anak," sambungnya, lalu berpamitan pada Harnita.

Gya tiba di Panti Kasih Bunda setelah 40 menit lebih di perjalanan. Macetnya Jakarta membuat gadis itu meniup poni di dahinya karena kegerahan. Setelah ia memarkirkan motor di tempat biasa, langkah ringan Gya harus terhenti saat rombongan mobil memasuki halaman panti yang lumayan luas.

"Rombongannya baru datang?" tanyanya pelan.

"Iya."

Gya menoleh ketika mendengar seseorang menjawab pertanyaannya. Senyum gadis itu melebar saat tahu yang berdiri di sebelahnya adalah Ibu ketua panti.

"Ibu Nisma?" Gya menyengir lucu. "Itu rombongan yang mau syukuran di sini, ya, Buk?" tanyanya.

Bu Nisma mengangguk. "Iya, Gy."

"Oh!" Gya mengerjap sekali ketika Bu Nisma menatapnya. "Kenapa, Buk?"

"Gya bawa cake tambahan nggak? Ibuk tadi mau pesan sama Gya, tapi lupa kirim pesan karena sibuk beresin panti. Ibuk takut kue-kue yang disiapin kurang," bisik Bu Nisma khawatir.

"Alhamdulillah, bawa, Buk. Tadi Ibuknya Gya yang suruh tambahin satu kotak lagi, katanya siapa tahu aja keluarga yang mau syukuran di sini suka," jawabnya jujur.

Bu Nisma merangkul bahunya. "Alhamdulillah, Ibuk khawatir banget enggak cukup. Meskipun Ibuk tahu keluarga satu ini pasti sudah punya persiapan sendiri, tapi tetap aja, menjamu tamu itu, kan, harus, ya?"

HANNA [TERBIT]Место, где живут истории. Откройте их для себя