Bab 81 - Kelelahan (1)

1.6K 201 9
                                    

Tidak ada yang paling nikmat saat ini selain tidur. Seharian melakukan perjalanan panjang. Hingga akhirnya melalukan pemberhentian di perbatasan kerajaan Huang di bagian selatan. Bukan untuk beristirahat, melainkan menjadi instruksi peperangan yang terjadi karna penyerangan kerajaan Yong.

Tidak ada satu pun korban jiwa dari pihak kerajaan Huang, korban yang luka-luka juga tidak terlalu banyak. Prajurit kerajaan Huang berhasil menekan prajurit kerajaan Yong yang pada akhirnya memilih mundur. Mereka dengan sukses menyelesaikan pertempuran dengan jangka waktu yang cepat, dan semua itu berkat strategi serta senjata yang telah di siapkan satu bulan sebelum oleh kerajaan Huang.

Kemenangan mereka tentu saja tidak lepas dari bantuan ku. Bukannya ingin bersikap sombong, hanya saja yang kulakukan saat ini adalah memuji diriku sendiri.

"Ah!" Aku mendesah saat membaringkan tubuhku di atas kasur yang telah disusun menjadi tiga tingkat.

Alih-alih tidur di penginapan, aku memilih tidur di tenda yang telah di siapkan. Tidak ada hal yang lebih kuinginkan saat ini kecuali tidur. Meski perutku sedang kosong, rasa lelah yang kurasakan begitu mendominasi sehingga bahkan untuk makan pun rasanya aku sudah tidak memiliki tenaga.

Pada akhirnya aku pun memilih tidur. Ku pejamkan mataku yang terasa mulai berat. Dan hanya dalam hitungan detik, aku pun mulai terlelap. Kesadaran ku telah menyatu dengan alam mimpi sehingga suara-suara di sekitarku pun seakan-akan tidak terdengar olehku.

Aku terbangun saat mendengar suara keributan yang makin lama terasa semakin jelas. Padahal aku merasa baru saja tertidur. Namun suara keributan di luar begitu mengganggu dan pada akhirnya aku pun bangun dengan perasaan kesal.

"Where's princess Axia?" (Dimana putri Axia?) Tanya Alan pada Feng yang saat ini tengah berjaga di depan tendaku.

"Apa yang kau katakan?" Tanya Feng tidak mengerti.

Alan yang mendapat jawaban Feng dengan bahasa Mandarin lantas mengernyit bingung, ia juga sama sekali tidak mengerti perkataan Feng. Meskipun begitu ia terus mengulang pertanyaannya mencari sosok putri Axia bahkan saat ini ia bertanya menggunakan isyarat bahasa tubuh seraya berharap Feng mengerti.

Di sisi lain Feng sama sekali tidak mengerti. Malah Feng merasa ingin pergi saja dari hadapan pemuda berambut pirang itu sebab melakukan pergerakan aneh.

"Where is the highness princess Axia?" (Dimana yang mulia putri Axia?) Tanya Alan menggunakan isyarat tubuh.

Alan dengan sabar bertanya dan menggerakkan tangannya menjelaskan sosok yang ia maksud. Meskipun saat ini pria bertubuh kekar dan berwajah sangar di hadapannya tampak kebingungan.

Aku pada akhirnya beranjak bangun dari dudukku setelah mengumpulkan semua kesadaran ku. Kepalaku rasanya pening dan kakiku terasa lemas untuk berjalan. Meskipun begitu, aku memaksakan tubuhku bergerak meski saat ini terlihat sempoyongan.

"Feng ada apa?" Tanya ketika menyibukkan pintu tenda dan keluar.

Alan yang melihat kehadiranku lantas terkejut dan menghampiri ku dengan raut wajah senang dan juga lega.

"Princess Axia, you finally came" (Tuan putri akhirnya anda datang) seru Alan nyaris menangis.

Aku yang melihat reaksi Alan tentu saja bingung bagaimana pun aku baru saja bangun dan tidak mengerti situasi yang baru saja terjadi sehingga pada akhirnya aku pun bertanya pada Feng melalui tatapan.

Feng yang mengerti kebingunganku lantas menjawab " Pemuda ini terus bertanya menggunakan bahasa asing. Namun dalam perkataannya ia sempat menyebut nama anda yang mulia".

Mendengar jawaban Feng aku lantas menatap Alan seraya bertanya "Have you been looking for me?" (Apakah kau sedang mencari ku?) Tanyaku pada Alan yang langsung mendapatkan anggukkan.

"Do you need anything?" (Apakah kamu membutuhkan sesuatu?) Tanyaku pada Alan.

"This may sound embarrassing to you, but I am looking for you because I want to ask for food. We haven't had time to eat yet." (Ini mungkin terdengar memalukan untuk anda, tetapi hamba mencari anda karna ingin meminta makana. Kami belum sempat makan) kata Alan yang membuatku lantas reflek menatap langit yang sudah sangat gelap.

"Feng apakah sekarang sudah tengah malam?" Tanyaku pada Feng.

"Menjawab yang mulia putri, benar ini sudah tengah malam" jawabnya.

"Mengapa kau tidak membangunkan ku?" Tanyaku pada Feng karna kesal.

"Karena anda tidak memberi perintah dan hamba tidak enak membangunkan anda yang tampak sangat kelelahan" jawab Feng.

"Meskipun begitu kau harus tetap membangunkan ku. Kita memiliki tamu dari negara lain dan hanya aku yang bisa berkomunikasi dengan mereka. Hari sudah tengah malam dan kalian belum memberi mereka makan, tuan rumah seperti apa kita ini?" Tanyaku pada Feng dengan kesal.

"Sudahlah. Perintahkan juru masak untuk memasakkan makanan malam untuk mereka" kataku yang lantas dengan segera dilaksanakan oleh Feng.

Sepeninggalan Feng aku lantas menatap Alan yang tampak kebingungan memperhatikan percakapanku dengan Feng. Aku pun lantas mengatakan pada Alan untuk bersabar, selain itu aku meminta maaf kepada orang karena memberikan pelayanan yang seperti ini kepada mereka yang merupakan tamu kami.

"No problem princess. You seem so exhausted that you forgot that it's time for dinner" (Tidak masalah Putri. Tampaknya Anda sangat kelelahan sehingga lupa bahwa sekarang waktunya makan malam) kata alam berusaha mengerti.

Apa yang Alan katakan benar, ia tampaknya terlalu kelelahan sehingga tanpa sadar ia lupa waktu, lupa makan, lupa akan tamunya dan lupa akan keadaan mereka pihak kerajaan Huang yang masih dalam tahap pemulihan. Aku hanya memikirkan bagaimana aku bisa tidur, hingga tanpa sadar aku melupakan segalanya.

"Thank you for your understanding. I hope not to make the same mistake in the future with my guests." (Terima kasih atas pengertiannya. Aku berharap tidak melakukan kesalahan yang sama kedepannya terhadap tamuku) balasku pada Alan.

"You're welcome Princess" (Sama-sama tuan putri) balas Alan.

"Food will be delivered to your tents. So just wait there" (Makanan akan diantarkan ke tenda kalian. Jadi tunggulah di sana) kataku pada Alan.

Alan lantas mengucap terima kasih lalu memberi hormat padaku sebelum meninggalkanku. Sepeninggalan alam aku kembali memasuki tenda dan membaringkan tubuhku. Kepalaku rasanya terasa pening, perutku terasa lapar. Tapi hal yang ingin kulakukan hanyalah kembali tidur.

Di kehidupanku sebelumnya aku jarang merasakan kelelahan. Mungkin karena kondisi tubuhku sangat sehat dan kuat terlebih kerap kali tubuhku di suntikkan suplemen vitamin dan penguat. Sehingga bekerja 24 jam sekalipun aku masih sanggup.

Padahal aku telah mencapai tingkat Ensoulment dalam kultivasi, tetapi tetap saja rasanya tingkat tersebut belum mampu mengimbangi kemampuan dan bakat yang ku miliki di kehidupanku sebelumnya. Selain itu aku belum sekalipun berlatih pedang menggunakan pedang Xue. Mungkin ketika aku kembali ke kerajaan Huang, akun akan giat berlatih menggunakan pedang Xue dan melakukan kultivasi.

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang