Bab 102 - Gagal!

1.2K 126 1
                                    

Feng pada akhirnya membantuku berjalan menuju gudang belakang. Saat aku keluar dari kamarku, aku meminta para dayang, kasim dan pelayan untuk tidak memasuki kamarku sementara selama aku ke halaman belakang. Hal ini ku lakukan mengingat saat ini Xue masih dalam bentuk manusia menggemaskan berusia 4 tahun.

Aku takut para penghuni kediamanku terkejut akan wujudnya. Selain itu untuk menghindari kabar burung yang kurang mengenakkan tentang ku. Saat ini aku masih proses pemulihan nama baik setelah sebelumnya Huang Axia yang asli di cap dengan begitu buruk oleh banyak orang.

Semua dayang, kasim dan pelayan tentu saja menuruti perintahku. Mereka tidak mendekati kamar milik setelah Feng mulai membawaku menuju gudang belakang. Gudang belakang kediamanku jaraknya cukup jauh. Feng merasa kasihan padaku akhirnya memilih jongkok di hadapanku dan menyuruhku naik ke atas punggungnya.

"Yang mulia, hamba rasa perjalanan kita ke gudang belakang akan memakan waktu yang lama. Maka dari itu hamba berniat menggendong anda hingga gudang belakang untuk menghemat waktu, juga hamba kasihan jika anda harus terpapar terik matahari yang begitu panas hari ini" kata Feng panjang lebar.

Mendengar penjelasan Feng aku pun lantas naik ke punggungnya mengingat tujuan Feng sangat baik. Selain itu aku juga merasa mulai tidak sanggup berjalan karena tubuhku terasa sangat lemas.

Feng pun mulai menggendongku di bawa terik matahari yang siang ini terasa sangat panas. Menyadari kondisiku yang tampak gelisah di balik punggungnya, Feng mulai mempercepat langkahnya. Feng berlari kencang sembari menggendongku. Iya mengabaikan banyak dayang, kasim dan pelayan yang berpapasan dengan kami untuk memberi hormat padaku.

Saat ini dalam pikiran Feng adalah bagaimana kami berdua segera sampai ke gudang belakang dengan cepat. Kondisiku yang kian menurun membuat Feng semakin khawatir terjadi apa-apa padaku.

Setelah beberapa menit, kami berdua pun sampai di gudang belakang. Gudang belakang kediamanku cukup besar. Terdapat beberapa ruangan di dalamnya yang memisahkan barang atau bahan makanan. Kamar pertama dalam gudang berisi perabotan yang biasa di ganti setiap musim, kamar kedua berisi barang berharga seperti guci, kain sutra, perhiasan dan kawan-kawannya. Kamar pertama dan kedua berada di ruangan yang sama dalam gudang. Sehingga kedua kamar tersebut tidak akan bergabung dengan ruangan yang menyimpan kayu bakar dan bahan makanan tahan lama dan bahan makanan yang difermentasikan.

Gudang belakang di jaga oleh beberapa penjaga sehubungan karena gudang berisi banyak barang berharga sehingga penjagaannya cukup ketat. Hanya orang-orang yang di tugaskan dan mendapatkan izin memasuki gudang yang dapat keluar masuk dengan leluasa.

"Tuan Feng" sapa kepala penjaga gudang istana bagian barat.

"Kepala penjaga Weng, aku datang lagi" balas Feng yang tampak begitu akrab dengan kepala penjaga gudang.

"Kali ini, apa lagi tujuan kau datang kemari?" Tanya kepala penjaga Weng yang tampaknya belum menyadari keberadaan ku yang saat ini dalam gendongan Feng dibalik punggungnya.

"Aku datang kemari membawa yang mulia putri" jawab Feng yang membuat kepala penjaga Weng dan penjaga gudang lainnya menyadari keberadaan ku dibalik punggung Feng. Mereka dengan cepat memberi hormat dan meminta maaf karena tidak menyadari keberadaan ku.

Aku tentu saja memaafkan mereka terlebih lagi aku sadar bahwa jika tampak dari depan, tubuh mungilku tidak akan terlihat mengingat tubuh Feng yang kekar sehingga menutupi seluruh tubuhku. Selain itu karena kondisiku yang kurang sehat membuat aura yang ku keluarkan sangat tipis. Jika saja Feng tidak mengatakan keberadaan ku, para penjaga gudang di kediamanku tentu saja tidak akan sadar.

"Yang mulia maafkan atas kelancangan hamba dan bawahan hamba. Kami sungguh tidak menyadari jika anda datang bersama dengan tuan Feng" kata kepala pelayan Weng mewakili bawahannya.

"Tidak masalah. Ben Gong saat ini sedang sakit sehingga aura yang Ben Gong keluarkan sangat tipis. Wajar jika kalian tidak menyadarinya, selain itu Ben Gong juga datang mendadak tanpa memberikan pemberitahuan terlebih dahulu" balasku.

"Terima kasih atas kemurahan hati anda yang mulia" kata kepala penjaga Weng bersyukur.

"Jika hamba boleh tahu. Mengapa yang mulia putri datang kemari?" Tanya kepala penjaga Weng.

"Ben Gong ingin mengecek semua wadah lemak hewan buruan yang Ben Gong bawa pulang dari perkemahan. Para pelayan mengatakan mereka menaruhnya di gudang belakang. Maka dari itu saat ini Ben Gong ingin memeriksanya" jawabku.

"Yang mulia seharusnya saat ini anda beristirahat saja di atas peraduan. Anda seharusnya cukup memerintahkan kami untuk membawa tanpa anda harus jauh-jauh kemari dalam kondisi sakit"  kata kepala penjaga Weng tampak gemes.

"Tidak masalah, Ben Gong ingin mengeceknya secara langsung. Selain itu Ben Gong sudah sangat bosan tidur di atas peraduan sehingga Ben Gong berinisiatif keluar mencari udara segar dan mengubah suasana hati" jawabku.

"Jika itu memang kemauan anda hamba tidak bisa melarang. Hanya saja mengapa yang mulia tidak menunggu hingga hari beranjak sore saja? Hamba tidak habis pikir mengapa anda begitu nekat menerobos panasnya terik matahari siang ini di saat kondisi anda sedang sakit. Hamba tidak tahu apa yang akan dikatakan yang mulia kaisar Axuan jika mengetahui kelakuan anda" balas penjaga Weng tidak habis pikir dengan jalan pikiran junjungannya.

"Ben Gong tidak ingin membuang-buang waktu. Maka dari itu Ben Gong langsung kemari tanpa menunggu sore hari" jawabku dengan suara yang semakin ke sini, semakin pelan.

"Bisakah kau mengizinkan aku dan yang mulia putri lewat saja? Saat ini kondisi yang mulia sedang sakit. Aku ingin yang mulia putri segera menuntaskan pekerjaannya sehingga aku bisa segera membawanya pulang ke kediamannya untuk beristirahat" kata Feng yang mulai kesal dengan banyaknya pertanyaan tuan Weng.

Feng tahu apa yang tuan Weng katakan pada junjungan mereka adalah bentuk kekhawatirannya. Hanya saja semakin lama mereka menahannya, semakin Feng khawatir akan kondisi junjungan yang kini tampak tidak bersemangat melihat putri Axia mulai meletakkan kepalanya pada pundak Feng. Feng berpikir jika junjungan tengah pusing atau kelelahan sehingga ia pun menidurkan kepalanya pada pundaknya.

Mendengar perkataan Feng, kepala penjaga Weng meminta maaf dan mengizinkan aku dan Feng masuk. Tanpa menunda waktu Feng berjalan menuju ruangan paling belakang gudang di mana ruangan tersebut berisi stok bahan makan, bahan-bahan yang difermentasikan, juga stok kayu bakar untuk menyambut musim dingin.

Sesampainya kami, Feng perlahan menurunkan ku dan mendudukkan ku di sebuah kursi yang ada dalam ruang tersebut. Feng lantas meminta pelayan yang bekerja di gudang untuk mengambil wadah ember yang ku gunakan untuk melakukan eksperimen membuat sabun. Para pelayan dengan cepat melaksanakan perintah Feng dan mulai membawa wadah ember yang di maksud.

Aku meminta para pelayan membuka tutup ember tersebut agar aku bisa memeriksanya sekaligus. Saat semua wadah terbuka, aku lantas terdiam saat menyadari eksperimen pertamaku dalam membuat sabun gagal. Aku tahu semua yang kulakukan dan ciptakan tidak pernah selalu berjalan dengan lancar. Namun saat mengetahui eksperimen pembuatan sabunku gagal di saat aku berhasil menciptakan meriam yang siklus pembuatannya lebih susah dan memakan banyak waktu membuatku entah mengapa rasanya ingin menangis. Aku bisa membuat hal besar, sedangkan untuk membuat benda sederhana aku malah gagal.

"Yang mulia, mengapa anda menangis?"

Assassin Reincarnated Into a Princess (On-goin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang