2. Kekesalan Mutia

1.8K 333 27
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

"Jakarta gimana, Nada?" tanya Ayah selagi mereka duduk bersantai di ruang tengah.

"Ya begitu aja, Ayah." jawab Nada dengan tak semangat.

"Hm?"

"Nada, jangan jawab gitu ke Ayah." Kirana berbisik di dekat telinganya.

"Ramai Yah, namanya juga ibukota hehehe ...." Nada meringis.

"Pernikahan temanmu bagaimana?" tanya sang ayah lagi.

"TAMUNYA ADA ORANG TERKENAL!!!" tiba-tiba Nada menjadi antusias.

"Artis kah?" sahut Mutia.

"Bukan sih, tapi lebih ke content creator gitulah, aku pernah liat di sosmed."

"Oh gitu,"

"Terus ya, suaminya tuh kayaknya udah tiga puluhan deh umurnya. Nggak nyangka aku, si Marisa demen om-om." lanjut Nada.

"Tiga puluh mana om-om sih, justru bagus tuh yang dewasa begitu. Iya kan, Yah?" cerocos Gendis.

"Terserah kalian, yang penting dia lelaki yang bertanggungjawab." sahut ayahnya acuh tak acuh.

"Heleh, sok-sok bilang bagus. Mbak Gendis sama Mas Doni aja seumuran!" dengkus Nada.

"Idih nih bocah! Kan aku nggak lagi ngomongin hubunganku! Orang aku dapet jodohnya seumuran? Misal sama yang tiga puluhan ya aku mau lah kalo nggak berjodoh sama Doni. Gimana sih?" balas Gendis kesal. "Heh, kamu kemaren bawa catokanku nggak bilang-bilang ya!" imbuh Gendis.

"Hehehehe kirain Mbak denger soalnya ngeiyain." kilah Nada.

"Sudah, sudah. Ayah mau ke kamar ya."

"Iya Yah, mau dibawakan sesuatu? Mungkin minum?" tawar Kirana.

"Nggak perlu, Ayah bisa sendiri."

"Baik, Ayah."

Sang ayah pun berlalu.

"Aku ke kamar dulu ya," pamit Mutia.

"Aku juga! Bye dayang-dayangku!" Gendis tergelak melihat raut wajah Nada yang kesal.

"Dasar nenek lampir!" balas Nada dengan sebal. "Yaudah Mbak, aku mau ke kamar ya. Mau bobo." pamitnya pada Kirana.

Kirana menahan lengannya lembut. "Nada, kamu nggak papa?"

"Eh, emang kenapa Mbak?"

"Mbak Kiran lihat, kamu sering ngelamun setelah balik dari stasiun tadi pagi."

Nada terkesiap. "Eh? Hahaha engga papa kok Mbak."

"Kalo ada apa-apa cerita aja ya," balas Kirana lembut.

"Siap bos!" Nada meringis.

"Yaudah, yuk. Katanya mau ke kamar? Mbak Kiran juga." ajaknya.

Diam-diam Nada menghembuskan nafas lega. Tidak mungkin kan dirinya bercerita ke kakaknya jika ia tertarik pada lelaki yang sudah berkeluarga?

***

"Udah senin lagi aja ya." ujar Mutia saat mereka berempat sedang menyiapkan sarapan di meja makan.

"Harusnya aku libur, tapi ada pendaftaran siswa baru jadi tetep berangkat huhu. Kalo aku nggak ditugasin jaga, sekarang aku masih di Jakarta deh ngebolang." Nada bersungut-sungut.

"Heleh, katanya seneng ketemu anak kecil." cibir Gendis. "Mbak malah nggak ada liburnya nih. Tiap hari salon buka."

"Hei, jangan adu nasib ya nenek lampir!" Nada berseru kesal.

House of MemoriesWhere stories live. Discover now