15. Pertengkaran

1.2K 294 41
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

Berbincang dengan Arkana mengenai Rinda ternyata memakan waktu yang cukup lama. Saat Mutia kembali ke rumah, mobil ayahnya sudah tak ada di garasi. Rupanya sang ayah sudah pergi ke rumah temannya.

Tungkainya baru saja menginjak lantai ruang tamu dan rungunya langsung disapa suara kakak keduanya yang cukup keras. Oh, mereka berdua sudah kembali?

"Hai–"

"Jawab Nad, tadi siapa?"

Mutia mengernyit. Wajah Gendis terlihat sangat serius saat ini.

Nada menghela nafas lelah. "Bukannya Mbak denger tadi? Dia guru juga,"

"Maksud Mbak, dia siapa bagi kamu?" todong Gendis.

"Hah? Ya temen guru aja? Apa sih pertanyaannya." Nada terlihat kesal.

"Kamu suka dia kan?" tanya Gendis langsung.

Mutia semakin kebingungan melihat ekspresi Gendis yang tak bersahabat sama sekali. Adiknya menyukai seseorang bukankah hal yang lumrah? Apa yang salah? Kenapa kakaknya terlihat tidak suka?

"E-ENGGAK!" elak Nada.

"Jujur!" tekan Gendis.

"Apa sih Mbak?!" Wajah Nada sama masamnya.

"Ini ada apa sih?" Mutia tak tahan lagi.

"Sadaro Nad, dia udah punya istri!"

Mutia membola. Apa?

"Kamu ... suka lelaki beristri, Nad?" Mutia bertanya lirih pada adiknya.

Nada mulai menangis. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan ribut. "Enggak Mbak, enggak!"

"Eh ini ... ada apa?" tanya Kirana yang baru saja datang. Ia berjalan mendekat dan bergerak memeluk Nada yang langsung menangis di dadanya.

Gendis mendengkus. "Bilangin adiknya tuh Mbak,"

"Apa? Kenapa?" balas Kirana.

"Dia suka sama suami orang. Bahkan udah punya anak juga!"

Sama seperti Mutia, reaksi Kirana pun tak jauh berbeda.

"Bener Nad?"

Tangisan Nada menjawab segalanya. Tangan Kirana bergerak mengelus punggung Nada dengan lembut.

"Asal nggak berniat merebut, kata Mbak nggak papa kok. Nada nggak mikir gitu kan?" Kirana berujar lembut.

"Nggak, dia harus move on." tekan Gendis.

"AKU TAU! AKU JUGA NGGAK MAU SUKA DIA MBAK!!" bentak Nada frustasi.

"Nada ...." tegur Mutia.

"EMANGNYA AKU BISA NGATUR BUAT SUKA SIAPA? ENGGAK!" lanjutnya tanpa mengindahkan teguran Mutia.

"Udah, udah. Kok jadi ribut? Selagi Nada cuma mengagumi kata Mbak nggak papa. Mbak Kiran percaya kalau Nada nggak akan melewati batas. Bener kan, Nada?" Kirana mengelus puncak kepala Nada dengan sayang.

Gendis berdecak. "Mbak Kiran selalu manjain dia."

"Manjain gimana? Gendis, Mbak tau kamu lagi patah hati. Tapi nggak harus pake marah-marah begini. Kamu bisa ngomongin Nada dengan baik-baik."

Mutia terbelalak. Ia melirik wajah Gendis yang semakin pias.

"Seriously? Mbak Kiran nyinggung masalahku?" Gendis terkekeh getir.

House of MemoriesWhere stories live. Discover now