13. Permintaan maaf Harsa

1.3K 302 28
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

Flashback

"Oh halo Masbro, nembe bali?" (Baru pulang?)

Langkah Harsa seketika terhenti. Pemandangan Doni si tetangga indekos yang menyeringai menghiasi penglihatannya. Dengan tak acuh, ia memilih melanjutkan langkahnya. Namun saat melewati Doni, lelaki itu menepuk bahunya cukup kencang. Mau tak mau, Harsa menoleh.

"Ada apa?"

Masih dengan seringai yang menghiasi bibir Doni menjawab. "Aku titip ini."

Harsa mengerutkan dahinya bingung. "Ini apa?"

"Surat." Jawabnya santai.

"Maksudnya, surat apa? Dan buat siapa?"

"Surat apa ya? Rahasia." Cengirannya semakin lebar. "Tolong kasih ke pacarku."

Harsa benar-benar tidak mengerti dengan lelaki aneh ini. Meski begitu, tangannya menerima surat yang disodorkan Doni.

"Ayang, kapan berangkat?" Suara dari belakang Doni terdengar.

"Sebentar lagi." jawab lelaki itu. "Tolong ya Masbro," ucapnya lagi pada Harsa.

"Ini ... maksudnya apa?" Harsa tahu ini bukan urusannya. Dia hanyalah pemeran pembantu di dalam cerita mereka. Tapi, kenapa? Kenapa Doni seperti ini?

"Bosen."

"Hah?"

"Aku bosen sama Gendis. Kami udah pacaran dari jaman kuliah." ujarnya enteng.

"Kamu ...." Harsa reflek mengepalkan tangannya. Dan Doni menyadarinya.

"Jangan berani ikut campur." katanya setengah mengancam.

Harsa menatapnya tajam.

"Udahlah, aku pergi dulu." Doni menepuk-nepuk pundak Harsa. Lantas ia berbisik pelan, "Makasih ya, karena kamu rencanaku jadi lebih mudah."

"Apa maksud kamu?"

"Karena kamu, aku sama Gendis berantem. Masalah sepele sih, tapi aku seneng karena masalah ini dia diemin aku. Jadi aku nggak perlu susah-susah lari kan?" Doni terkekeh.

Harsa tercekat.

***

"Makasih ya, karena kamu rencanaku jadi lebih mudah."

Perkataan itu terus menghantuinya dari hari ke hari. Harsa sudah tidak tahan lagi. Maka dari itu, ia memberanikan diri bertemu Gendis. Berdiri di depan pintu rumah perempuan itu dan berhadapan dengan lelaki paruh baya yang tegas dan berwibawa.

"Cari siapa?"

Harsa meneguk ludahnya. "Gendis. Saya ingin bertemu Gendis. Apa dia ada di rumah?"

"Masuk." jawabnya tegas.

Harsa mengikuti Haribawa ke dalam rumah. Ia berjalan menuju sofa ruang tamu. Baru saja pantatnya akan mendarat, suara tegas pria paruh baya itu terdengar lagi.

"Ngapain kamu?"

Harsa meneguk ludahnya susah payah. "D-duduk Pak." jawabnya polos.

"Ikut saya ke belakang!"

Meski terkejut dan sedikit takut, Harsa menurut. Ia dengan patuh berjalan di belakang Haribawa yang ternyata membawanya ke pekarangan asri yang terletak di belakang rumah.

House of MemoriesWhere stories live. Discover now