Berlogika atau tidak waras?

59 13 8
                                    

Nara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ketika laki-laki yang ada didepannya tertawa. Ia menertawakan Nara yang sangat polos mengira dirinya akan dihipnotis atau digendam oleh laki-laki tersebut.

"Kan aku berusaha menjaga diri, apalagi aku baru mengenalmu dari aplikasi itu." Nara masih mencari pembenaran.

Tawa laki-laki itu pun mulai mereda, "Terus buat apa kamu kenalan sama cowok diaplikasi itu kalo nggak mau ketemu atau serius? ha?" tanya balik laki-laki itu dengan persepsinya.

"Ya kan aku nggak bisa nilai orang semudah itu, aku harus kenal dan percaya dulu sama dia." Ucap Nara yang tidak mau kalah. Sedangkan laki-laki yang didepannya memicingkan mata, tidak habis pikir dengan perempuan itu.

"Jadi kamu masih belum percaya sama aku?" tanyanya.

"Iya lah." Jawab Nara singkat sembari melipat kedua tangannya, tingkahnya itu membuat Aylar tersenyum miring.

"Oke." Aylar yang tadinya duduk dengan santai, segera membenarkan posisi duduknya lebih serius dan tegap. Membuat Nara yang tadinya bertingkah songong, langsung ikut memperbaiki posisi duduknya.

"Perkenalkan nama saya Aylar Roshan Hoshmunt, tidak ada yang menarik dari latar belakang saya. Dan kamu harus percaya dengan saya, ini KTP, SIM, dan STNK, atau perlu BPKB juga supaya kamu percaya dengan saya?" Aylar mengeluarkan beberapa kartu identitasnya, bahkan STNK Mobilnya, yang menunjukkan bahwa mobil mewah yang dikendarainya itu benar-benar miliknya sendiri.

Kini gantian Nara yang memicingkan matanya, bukan karena melihat STNK mobil mewahnya Aylar. Tapi karena mendengar nama belakang laki-laki itu yang baru diketahui oleh Nara.

"Kamu punya nama belakang?" Tanya Nara, dia merasa familiar dengan nama itu. Namun entah dimana, ia lupa.

"Iyaa, hanya nama keluarga." Jawabnya.

"AH?"Nara terkejut karena mendapati kenyataan yang sangat-sangat tidak masuk akal.

Hoshmunt? Itu kan nama perusahaan tempat bekerjanya yang baru. Apa dia juga bagian dari perusahaan itu? atau memang hanya kebetulan?

"Apa? Ada apa?" tanya Aylar yang semakin tidak mengerti dengan tingkah perempuan itu.

"Namamu kayak perusahaan.." Ucap Nara lirih.

"Kamu bekerja di perusahaan yang bekerjasama dengan GTH juga?" tanya Aylar sangat positif thinking. "Aku salah satu direktur di perusahaan itu, perusahaan tempat kerjamu yang mana? akan aku promosikan, jangan khawatir.." Ucap Aylar sangat antusias, dia terlihat sangat humble memang.

Tapi bukan itu yang menjadi pikirannya Nara. Kini ia ingat ketika staff HRD mengatakan akan memperkenalkannya dengan direktur di perusahaannya, namanya Aylar. Tapi kenapa sejak saat itu, Nara belum sadar bahwa Aylar yang dimaksud staff HRD adalah laki-laki didepannya.

"Eh... Wauuuw, keren banget loh kamu masih muda udah jadi direktur." Nara mengalihkan pembicaraan, dia belum siap dengan pertanyaan laki-laki itu tadi.

"Biasa, orang dalem." Jawab laki-laki itu, karena memang keluarganya lah yang punya perusahaan itu. Yang sekarang dilimpahkan ke ketiga anaknya, termasuk Aylar.

"Hohohoho.." Nara sangat canggung, ia ingin mengakhiri obrolan itu dan segera pergi. Apa jadinya kalau Aylar tau bahwa Nara adalah karyawan barunya. Pasti akan sangat memalukan. "Aku sepertinya harus pulang, udah malem. Duluan ya." Perempuan itu langsung beranjak dan segera pergi ke parkiran. Kebetulan untuk minumnya sudah dibayar sendiri oleh Nara diawal, meski Aylar bersikeras ingin mentraktirnya.

"Loh eh, bentar.." Aylar mengejar perempuan itu, entah kenapa, meski sedikit absurd, tapi laki-laki itu suka ngobrol dengan Nara.

Nara mempercepat langkahnya agar tidak terkejar oleh laki-laki itu.

SEPHILEWhere stories live. Discover now