Nara menghilang

45 10 1
                                    

"Pak Atalla," Ucap Nara saat melihat siapa yang mensejajarinya saat berjalan di koridor kantor.

"Kenapa sekaget itu? saya bukan setan ya." Ucapnya ketika Nara mulai menetralisir keterkejutannya.

"Pak Atalla, belum pulang?" tanya perempuan itu, ia jadi berpikir Aylar. Jangan-jangan laki-laki itu juga belum pulang.

"Iya masih tunggu Pak Aylar, dia akan nyusul. Mau bareng sama kita?" tanya Atalla menawari Nara, laki-laki itu memang jauh berbeda dengan Aylar. Dua saudara yang berbanding terbalik wataknya.

"Eeeh, maaf saya sudah bawa motor, Pak. Saya duluan ya, Pak. Permisi." Ucap Nara sembari melarikan diri karena dilihatnya Aylar keluar dari gedung dan mulai melangkah menuju mereka.

"Kenapa tuh anak.." Ucap Atalla pada dirinya sendiri, tidak biasanya dia ditolak seperti ini.

"Kenapa?" tanya Aylar yang sudah ada disamping Atalla. "Oh dia." Ucapnya yang melihat Nara berlari kearah parkiran. Aylar pun tertawa.

"Lah kenapa lu ketawa?" tanya Atalla yang semakin heran dengan situasi itu. Nara yang tiba-tiba lari ketakutan, dan Aylar yang tertawa sinis melihat Nara.

"Dia nggak mungkin berani ketemu gua." Jawab Aylar sembari melangkah, meninggalkan Atalla yang semakin bertanya-tanya.

"Lah lu mau kemana?" tanya Atalla yang sekarang sedang menghampiri Aylar, tadinya mereka berencana untuk pulang bareng. Tapi melihat saudaranya itu pergi dengan taksi online membuatnya harus memastikan lagi.

"Gua ada urusan mendadak, lu pulang duluan aja ya. Bye." Ucapnya sembari masuk kedalam mobil, dan meminta agar driver taksi tersebut ngebut.

***

"Assalamualaikum," Nara memasuki rumahnya ketika toko disampingnya sedang ramai pembeli.

Ibunya yang sedang melayani pembeli itu pun masih sempat menjawab salam dan menyuruh perempuan itu untuk makan. "Waalaikumsalam, makan gih Raa. Udah ibu siapin di dapur." Ucapnya, sembari memberikan kembalian pada pembeli terakhirnya.

Karena tidak ada jawaban dari Nara, ibunya kembali memanggil. "Naraaa, makan." Ucapnya mengingatkan. Tapi karena masih belum ada jawaban juga, wanita itu hendak memeriksanya kedalam rumah.

"Permisi.." Suara itu membuat wanita tersebut berhenti melangkah, mengurungkan niatnya untuk menghampiri Nara didalam rumah.

"Iya, cari apa?" tanya ibu Nara setelah melihat siapa pembelinya, laki-laki dengan kemeja warna abu yang kedua lengannya sedikit dilipat keatas.

Terlihat tampan sekali untuk kalangan pembeli ditoko atau warung mereka, biasanya hanya orang-orang desa saja yang memakai sarung atau celana boxer.

"Ehh..." Laki-laki itu mengedarkan pandangannya, mencari apa yang harus dibelinya. "Air mineralnya berapa, Bu?" tanya laki-laki itu sembari mengambil dua botol air mineral dingin difreezer.

"3.500 Nak.." Jawab wanita itu.

"Beli 2 ya, Bu." Ucap laki-laki itu sembari menyodorkan uang seratus ribuan.

"Iya, Nak. Bentar ya kembaliannya." Ibu Nara menerima uang tersebut dan hendak memberikan kembaliannya.

"Nggak usah, Bu. Terima kasih ya." Dan laki-laki itu tiba-tiba pergi begitu saja, meninggalkan Ibu Nara yang masih terheran-heran.

"Ibuuk, Mbak kemana?" tanya Nara menghampiri wanita itu yang masih memperhatikan laki-laki tadi, yang kini sudah pergi dengan sebuah taksi online.

"Siapa, Buk?" tanya Nara sekilas melihat sebuah taksi online menjauh dari rumahnya.

SEPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang