Kenyataan Akara

39 9 0
                                    

Nara memasang wajah manyun dan pandangannya masih lurus kedepan, dimana terbentang jalan yang sedang ia susuri bersama Aylar.

Ha? Aylar?

Ya, kini Nara sedang berada didalam mobil bersama Aylar. Entah darimana laki-laki itu tau posisi Nara, yang pasti setelah menelepon dan menyuruh perempuan itu untuk pergi dan menjauhi Akara, laki-laki itu meminta Nara untuk menunggunya. Dan alhasil sekarang Nara dipaksa untuk ikut dengannya, setelah perdebatan kecil dengan Akara yang berusaha mencegahnya membawa Nara.

"Aku udah menduga, kamu mengenaliku selama ini." Ucap Nara yang akhirnya tau bahwa selama ia bekerja ditempatnya Aylar, laki-laki itu sudah tau keberadaannya.

Aylar hanya diam, ia tidak menjawab ucapan Nara.

"Kenapa kamu jadi pelakor?" pertanyaan Aylar membuat hati Nara mencelos, apa laki-laki itu tidak memikirkan perasaannya Nara? Ucapannya seolah menuduh perempuan itu perebut suami orang.

"Kalo aku tau dia punya istri, aku nggak akan mendekatinya! Bisa nggak, memberitahuku dengan baik-baik, bukan menuduh seperti ini!" Ucap Nara jauh lebih ketus, ia tidak terima dirinya dituduh seperti itu.

Aylar menghembuskan nafas kasar, dia mengusap wajahnya dan sedikit melirik kearah Nara. "Maaf."

Kini Nara yang tidak menanggapi ucapan Aylar, ia memilih memalingkan wajah dan menatap pinggir jalan dari kaca sebelah kirinya.

Seandainya dia tau Akara sudah menikah, Nara juga tidak akan mau menjalani hubungan lagi dengan laki-laki itu.

Seseorang yang membuatnya sedikit demi sedikit memulihkan rasa percaya, ternyata menjatuhkan kepercayaannya pada tebing yang paling dasar.

Nara menahan airmatanya untuk tidak menguar, ia tidak mau Aylar melihatnya sebagai perempuan yang lemah.

"Nangis saja, jangan ditahan." Ucap Aylar yang membuat Nara tidak bisa menahan airmatanya lagi, semakin ia dikasihani, semakin tidak tertahan airmatanya.

Perempuan itu menelungkupkan kedua tangannya menutupi wajah, menangis sejadi-jadinya disana. Ia masih tidak menyangka, orang yang selama ini disayanginya berulang kali menyakiti.

"Dia laki-laki yang pernah kamu ceritain?" tanya Aylar, sesuai dengan info yang diterima, Nara dan Akara menjalin hubungan cukup lama namun renggang beberapa bulan ini. Persis seperti yang diceritakan oleh Nara saat masih berkomunikasi dengan Aylar lewat aplikasi dating.

Namun saat renggangnya hubungan itu, ternyata Akara memilih menikahi mantan pacarnya dulu saat masih SMA. Dan entah angin apa yang membuat laki-laki itu datang lagi dikehidupan Nara dengan membawa cerita bohong.

"Jadi selama ini dia membohongimu," Ucap Aylar.

"Kamu juga!" Sahut Nara, ia merasa bodoh karena tidak tau Aylar sudah mengenalinya selama ini, sedangkan ia berusaha bersembunyi.

"Maaf.. Itu caraku biar bisa tetep dekat denganmu." Jawab Aylar. "Kamu lapar? kita mampir beli makan ya." Aylar berusaha mengalihkan pembicaraan agar perempuan itu tidak terfokus dengan rasa sedihnya.

"Iya," Jawab Nara, ia bukan perempuan yang mau berpuasa hanya karena patah hati. "Aku mau makan bebek sinjay."

"Dimana?" tanya Aylar, ia pernah mendengar makanan itu, kalau tidak salah asalnya dari Madura.

"Di angkringan arah ke petrokimia." Jawab Nara, bebek sinjay dengan sambal pedas mungkin bisa mengobati sakit hatinya.

"Angkringan?" tanya Aylar.

"Iya, kenapa?" tanya balik Nara.

"Nggak, yaudah kita kesana."

Aylar pun melajukan mobilnya sedikit lebih cepat. Ia akan melakukan apapun supaya Nara sedikit membaik, bahkan jika ia harus makan di angkringan, yang notabenenya tidak pernah ia kunjungi.

SEPHILEWhere stories live. Discover now