Kinar dan Akara dinner

23 6 0
                                    

Beberapa pelayan mengantarkan makanan dan minuman dimeja yang memang sengaja dipesan oleh Akara untuk dirinya dan Kinar makan malam.

Kinar yang melihat effort suaminya itu semakin yakin bahwa laki-laki itu sudah bisa menerima keadaan dan mau menjalani pernikahan itu dengan tulus.

"Terima kasih untuk semuanya ya, Mas.." Kinar mengucapkan itu entah untuk yang keberapa kalinya.

Dan Akara kembali tersenyum tiap perempuan itu mengatakan terima kasih. "Aku suamimu, dan sudah seharusnya aku memperlakukanmu seperti ini." Jawab laki-laki itu.

Sering mendengarkan pepatah bilang bahwa tidak ada yang tau hati seseorang kecuali dirinya sendiri. Dan hal itu terjadi pada Akara. Semua perlakuannya pada Kinar pasti memiliki sebab, dan tidak ada orang yang tau kecuali dirinya sendiri.

"Jus ini baik untuk kandungan.. Oh ya tadi saat checkup, kata dokter anak kita berjenis kelamin apa, Nar?" tanya Akara sembari menuangkan segelas jus alpukat digelas Kinar.

Kinar tersenyum, setelah sekian lama ia bisa mendengar Akara bertanya tentang janin yang dikandungnya. Hatinya tidak karuan bahagia, bahkan senyumnya tidak bisa lepas sembari menatap laki-laki itu.

"Tadi kata dokter anak kita perempuan, Mas. Dan kondisinya Alhamdulillah sehat.." Jawab Kinar sangat antusias.

"Kalo gitu kita harus cari nama buatnya," Sahut Akara juga terlihat antusias.

"Haaaah, boleeeh. Tapi aku nurut Mas aja, apapun nama anak kita pasti kamu mencari yang terbaik." Jawab Kinar, ia tidak muluk-muluk, ia tidak ingin berdebat soal nama dengan Akara. Dengan laki-laki itu mempedulikan anak mereka saja, sudah amat sangat membuat Kinar bahagia.

"Boleh aku yang memberinya nama?" tanya Akara setelah mendengar Kinar menyerahkan sepenuhnya pemilihan nama anak mereka padanya.

"Iya, Mas..." Jawab perempuan itu.

"Aku mau nama anak itu Elnara Sefa." Usul Akara tanpa basa-basi.

Kinar langsung terdiam. Nama itu.

Perempuan itu tidak bisa berkata apa-apa, tujuan suaminya mengajukan nama tersebut sudah pasti karena ingin mengingat pemilik nama itu yang sebenarnya.

Setelah senyuman yang tak ada hentinya, kini sedikitpun Kinar tidak bisa mengembangkan senyum itu lagi.

"Oke ya?" Akara kembali meminta persetujuan Kinar, seolah tidak memikirkan bagaimana perasaan istrinya tersebut ketika ia menyebutkan nama perempuan lain.

***

Hari demi hari berjalan tanpa ada kendala sedikitpun, termasuk persiapan lamaran Nara dan Aylar. Begitupun dengan perasaan ragu perempuan itu, kini lenyap sudah setelah Aylar benar-benar meyakinkannya.

Laki-laki itu tidak pernah berhenti menunjukkan keseriusannya.

Dan dipenghujung waktu, saat yang ditunggu akhirnya tiba. Lamaran yang selama ini diimpikan oleh Nara; bersama seseorang yang dicintai dan mencintainya ternyata sudah ia lewati.

Tanggal pernikahan pun sudah mereka dapatkan dan hanya menunggu dua bulan saja mereka akan sah menjadi suami istri.

Nara yang realistis juga bisa berkhayal kehidupannya seperti perempuan dicerita-cerita wattpad. Dan ternyata khayalannya itu terjadi tanpa pernah ia duga sama sekali.

Ia tidak mampu menjangkau takdir Tuhan, sampai Tuhan sendirilah yang mengirim takdir itu untuknya.

"Tidak ada yang tau sampai mana batas keimanan seseorang, tapi jika kita sudah madep mantep, haqqul yaqin.. Insya Allah tidak ada yang tidak mungkin. Dan kamu membuktikannya sekarang, Ra.." Ucap Khair, kakak ipar Nara. Laki-laki itu juga berperan cukup banyak atas kesehatan mental Nara selama ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 26, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SEPHILEWhere stories live. Discover now