waktu indonesia bagian naren kepo

49 32 0
                                    

"naha sekelompok lagi??"

udah dua pelajaran berturut-turut di hari itu yang butuh kelompok buat ngerjain sesuatu, dan di dua pelajaran itu juga aku nemuin naren duduk di sebelah aku.

"biasa aja mukanya, kayak yang gak suka gitu," kayak biasa, naren jail. 

"bukan gituu," aku ngegaruk kepala yang sebenernya gak gatel-gatel amat. "emang kamu gak bosen sekelompok sama aku?"

"engga tuh," naren ngangkat bahunya. "rame-rame aja."

"dih?"

"ohh kamu yang bosen???"

"iya." kataku cepet. ngeliat itu, naren langsung ketawa.

"kan kita kombinasi yang kece, kal," kali ini naren ngasih sebelah tangannya ke depan muka aku. "salaman dulu dong, kita baikan."

"yaa." aku akhirnya nyambut tangan dia, trus salaman.

tangan naren bener-bener kurus, aku bahkan bisa ngerasain tulang jarinya nyentuh tulang jari di tangan aku. 

dalem hati, aku ketawa kecil setelahnya. emangnya sejak kapan kami berantem??

"gimana ini pembagiannya, kal?" sela satria yang dari tadi udah duduk rapi di kursinya. "aku harus nyari apa?"

saking fokusnya sama obrolan bareng naren, aku sampe lupa buat baca-baca materi yang harus kami diskusiin.

"kamu bagian pertama aja, aku kedua, naren ketiga. oke?" aku ngecek respons temen sekelompokku. "padahal ini dikit loh bagiannya, kenapa gak bilang aja kamu mau bagian yang mana?"

"gaa, kan kamu yang biasa bagi-bagi, kal," lanjut satria. "yang pertama, ya?"

seketika semua orang di kelompok aku diem, sibuk baca bagian masing-masing. karena aku biasa banyak baca, keliatannya aku yang paling cepet buat beresin bagianku.

aku ngambil kertas yang disimpen guru tadi di atas meja yang ada di depan satria, trus nulis nama-nama orang di kelompok aku―kebiasaan.

"sut!"

aku noleh, tau kalo suara itu asalnya dari mulut naren, "apa?"

naren ngegeleng setelahnya, "gapapa,"

"apasih??" aku mulai dibuat kesel.

"sensi banget, bang." dia ketawa, mau gak mau bikin aku harus narik napas biar lebih sabar.

"tangan kamu kecil, kal," kata naren setelah itu, kayak biasanya nyomot topik sembarangan. "berat badan kamu berapa?"

"padahal aku naik 2 kilo loh?? dulu dari 44 tapi naik jadi 46," sekarang bagian aku yang ketawa. "tapi kalo tangan mah punya aku emang kecil."

"liat coba."

























sedetik setelahnya, naren ngelingkarin dua jarinya di pergelangan tangan kiri aku, "tuhh liat, kecil banget!"

"tangan kamu juga kecil, renn," aku bales ngelingkarin jari aku di tangannya. "tuh, gak beda jauh."

naren ketawa lagi buat kesekian kalinya, "padahal aku juga udah naik 2 kilo. kamu masih inget gaa dulu aku berapa beratnya??"

"54 kan?" iya, naren pernah ngasih tau aku dulu.

"iyaa! sekarang naik jadi 56," naren senyum lebar. "bangga banget bisa naikin berat badan."

"tapi gak keliatan gendutan ah,"

"dihh," senyum naren agak hilang, ganti sama muka julidnya. "ngaca!" 

























"haloo, bacanya udah beres??" satria lagi-lagi nyela obrolan aku sama naren, mungkin dia agak keganggu sama suara ketawanya kami. "aku udah soalnya. lu udah belum, ren?"

naren cengengesan dibuatnya, "belum, bro. tungguin―"

"yaa ngobrolnya nanti lagi yaa, bro."

aku noleh lagi ke naren, cekikikan setelah liat dia dimarahin sama satria.

bisa kalian tebak, naren yang orangnya super santai walaupun abis dimarahin cuma balik cekikikan sambil ngeliat ke arah aku.

























ya, temen-temen. kami emang kombinasi yang kece!

 kami emang kombinasi yang kece!

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
you give me butterflies, you know? | jaemin, lia ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin