Eps. 2 : Bertemu dengan Akhi

39 2 0
                                    

~Sejuta lelaki yang menghampiri, punya rasa untuk memiliki. Tapi, semenjak bertemu denganmu, akhi...kau terlalu indah untuk dimiliki~

***

Gus Faris perlahan mendekat ke arah Alan. Ia mematung. Sementara Sonya masih saja berbicara. Dia masih ngotot memberi perhitungan pada Gus Faris. Gus Faris tidak memedulikan gadis yang menelpon Alan. Dia hanya kecewa karena janji Alan.

Gus Faris terpaksa merebut ponsel Alan. "A'udzubillahi minasy syaitonir rojiim..." ucap Gus Faris pada Alan. Alan hanya bisa menundukkan kepala. Sonya yang masih mendengar suaranya, mengerutkan kening heran. Ia jadi penasaran kenapa Alan mau tinggal bersama pria sombong itu.

"Sejak kapan kau menyimpan ponsel ini?" tanya Gus Faris menunjukkan ponselnya. Sadar kalau telepon Sonya masih terhubung, Gus Faris langsung menutup teleponnya. Sonya tersentak.

"Maafkan saya Gus," ucap Alan masih tertunduk.

"Kau harus tau. Orang tuamu menitipkanmu padaku. Apakah begini sikapmu padaku?" kedua mata Gus Faris menyorotkan tatapan penuh perhatian. Alan hanya bisa menjawabnya dengan diam dan tertunduk.

"Mulai sekarang, ponsel ini aku yang simpan. Kalau niatmu datang kesini hanya karena terpaksa, lebih baik pulanglah. Kalau kau kesini masih ada tujuan, maka turutilah peraturan pesantren."

Gus Faris menyimpan ponsel Alan di sakunya. Ia kembali lagi ke teras. Duduk di kursi dan mulai membuka kitab fathul muinnya. Alan masih bingung harus bersikap bagaimana terhadap Gus Faris. Sedari tadi, dia mematung di halaman.

"Buatkan aku kopi saja. Biar temanmu saja yang menyapu halaman," pinta Gus Faris tak sampai hati menatap Alan diam ketakutan di halaman.

"Enjeh, Gus." Alan menganggukkan kepala sambil menunduk. Ia pun berjalan ke dapur untuk menuruti perintah Gus Faris.

Gus Faris hanya membuka kitabnya halaman per halaman. Ia tidak konsentrasi belajar untuk nanti malam. Ia masih kepikiran bagaimana caranya agar Alan bisa berubah. Mengingat pesan orang tuanya kalau Alan berbeda dengan anak yang lain. Alan memiliki kelebihan dengan melihat yang tidak bisa manusia lihat umumnya. Ya. Alan adalah anak indigo.

Dia bisa melihat makhluk ghaib dari kecil. Bahkan dia punya teman ghaib. Gadis berumur 11 tahun yang meninggal karena korban pelecehan saat belanda menyerang. Namanya adalah Lily.

Sonya membanting ponselnya ke ranjang dengan penuh amarah. Dia pikir teman indigo yang dimaksud Anna akan bisa merubah keadaan. Tapi, gara-gara pria sombong itu, ia jadi tidak bisa menghubungi Alan.

"Anna, sebenarnya pria itu siapanya Alan?" tanya Sonya penasaran.

"Dia gusnya. Maksudku, Alan kan dipaksa orang tuanya ke pesantren. Mereka menitipkan Alan pada Gus itu."

"Bentar. Gus itu apa? Terus apa kehebatan Gus?"

"Gus itu anak kiyai, Sonya. Bisa dibilang, lebih mulia dari ustadz."

Sonya sontak membelalakkan matanya. Dia menutup mulutnya. Wajahnya mendadak malu karena sudah berbicara kasar pada atasannya Ustadz. Apalagi dia sampai mengutuk jadi suaminya dan akan mematahkan hatinya. Dia langsung menepuk jidatnya.

"Kenapa Sonya?" Anna memerhatikan ekspresi Sonya yang berubah jadi aneh.

"Tidak apa-apa." Sonya menghela napas panjang. Ia kemudian berdiri dari tempat tidurnya.

GUS 24 KARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang