Eps. 6 : kedatangan tamu

19 1 0
                                    

~Jika dengan menutup kepala, membuat hati tenang, maka berikan waktu yang tepat. Jika dengan menutup mata, membuat bayang-bayangmu hadir, maka berikan dia sebagai pasangan yang tepat~

***

Sonya terpaku menatap wajahnya di cermin. Penutup kepala berwarna biru sungguh menyihir wajahnya. Namun, kegelapan itu tiba-tiba datang di belakangnya. Sosok hitam besar hendak menerkamnya. Ia langsung membuang hijab milik Bu nyai Hamidah di depan cermin.

"Kenapa, Sonya?" tanya Bu nyai Hamidah melihat raut wajah Sonya yang sangat ketakutan.

"Dia datang lagi, tante. Aku tidak mau pakai kerudung itu. Dia akan datang lagi," ucap Sonya dengan bibir bergetar. Bu nyai Hamidah mencoba menerawang apa yang terjadi dengan Sonya. Memang ada banyak makhluk ghaib yang mengikutinya.

"Aku mau pulang saja, tante. Aku tidak mau di sini." Sonya berkata lagi.

Bu nyai Hamidah meraih tangannya. Menggenggam erat tangannya sembari berkata, "Allah memang adil. Dia mengirimmu datang kesini untuk selalu mengingat-Nya. Maka, tinggalah disini Sonya."

Sonya terperangah menatap pada Bu nyai Hamidah. Ia tak bisa membayangkan jika tinggal di pesantren. Boro-boro hafal Al-quran. Hafal surah Al-ikhlas saja orang yang menyimak harus sabar dan ikhlas menghadapinya. Boro-boro bisa baca, huruf hijaiyah saja belum bisa membedakan.

"Aku tidak bisa apa-apa, Tante. Aku malu," kata Sonya merendah.

"Sonya, namanya juga berusaha. Ini juga demi hidupmu. Saya yakin, kau bisa melewati semua ini. Allah tidak akan memberi masalah manusia di luar kemampuannya. Percayalah." Bu nyai Hamidah mengingatkan.

Sonya masih terpaku menatap Bu nyai Hamidah. Ia tak bisa menjanjikan itu semua.

"Kalau kau masih tidak terbiasa dengan suasana tempat di pesantren, kau bisa tidur di kamar tamu. Semua butuh proses."

Sonya terpekur. Ia masih tidak yakin bisa melewati semua ini. Sesekali dia menatap wajah Gus Faris yang terpajang di dinding. Senyuman sangat mahal yang belum bisa ia dapatkan. Ya. Demi mendapatkan senyuman Gus Faris, Sonya jadi membuat khayalan sendiri.

Sonya berjalan berpapasan dengan Gus Faris. Dia berhenti di depan Sonya. Ia menatap terpaku wajahnya. Seketika, jantung Sonya dibuat cepat oleh tangan Gus Faris yang mendadak menyentuh kepalanya. Ia kemudian tersenyum mendengus.

"Kalau belum bisa memakai kerudung segiempat, pakai kerudung biasa saja," ucapnya dengan lembut sambil membenahi kerudungnya yang miring. Apalagi jarum pentulnya tidak terpasang dengan rapi. Ia pun memakaikan jarum pentulnya di bawah dagunya. Mungkin karena groginya, jari telunjuk Gus Faris tertusuk jarum pentul itu. Sonya sungguh panik. Apalagi sampai jarinya berdarah. Ia pun dengan sigap mengecup jarinya. Menghisap darahnya. Gus Faris menatapnya terpana. Gadis yang ia kira hobi menggoda, ternyata memiliki rasa penuh perhatian.

Bu nyai Hamidah melambaikan tangan di hadapan Sonya yang tiba-tiba melamun. Beliau sampai takut kalau-kalau Sonya kerasukan. Di tambah perilaku aneh Sonya menyucup jarinya sendiri sambil senyum-senyum.

Tok...tok...

Suara ketukan pintu dari luar kamar Bu nyai Hamidah membuat lamunan Sonya terbangun. Bu nyai Hamidah segera membukakan pintunya. Beliau pikir siapa, ternyata Sania yang datang.

GUS 24 KARATNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ