Eps. 8 : Imam salat subuhku

13 1 0
                                    

~Dinginmu tak mengubah rasa kagumku yang akan selalu menghangatimu~

***

Sonya benar-benar dipatahkan oleh perkataannya. Ia tak bisa berkutik selain menatap Gus Faris tercengang. Merasa ditatap seperti itu, Gus Faris melipat sajadahnya. Lalu, pergi meninggalkan Sonya sendirian di balkon. Sudah menjadi kebiasaan Gus Faris tidak mau berlama-lama ketika berhadapan dengan Sonya. Dia sungguh pria mahal!

Gus Faris meletakkan sajadahnya di almari. Ia menatap Haris yang tertidur pulas. Selimutnya tersungkur ke bawah. Ia pun penuh kasih sayang menutup tubuhnya dengan selimut. Duduk di sampingnya dengan tersenyum.

"Haris, kakak tidak akan pernah berubah dari kamu kok. Jangan mencemaskan kakak," ucapnya sembari membelai lembut rambutnya.

Sonya kembali ke kamar tamu. Kali ini, rencananya gagal untuk mendapat perhatian dari Gus Faris. Tapi, lain kali dia tidak akan menyerah sampai Gus Faris bisa tersenyum untuknya.

***

Subuh-subuh, Pesantren Al-Husna digegerkan oleh sikap Sonya yang susah dibangunkan. Mbak-mbak yang sedang tidak salat ditugaskan membangunkan mbak-mbak yang belum bangun saat azan subuh. Sampai qomat-pun, Sonya masih susah sekali dibangunkan.

"Sonya! Kalau kau tidak bangun juga, mau aku siram sama air?" teriak Sania menggoyak tubuhnya. Dia bak batu yang keras sekali untuk dilunakkan. Ini pasti akibat Sonya yang hobi tidur sore. Di dalam kitab adab, orang yang sering tidur sore, membuat hatinya keras.

"Atau aku siram sama api?" sahut Rahma di samping Sania ikut membangunkan.

"Sudahlah San. Aku tidak kuat." Rahma sudah menyerah.

"Jangan begitu Rahma. Kasihan kalau dia tidak dibangunkan. Kita sebagai temannya alangkah baiknya mengajak dia ke jalan yang benar. Kalau kita biarkan, apa kau tidak kasihan nanti dia di akhirat?" Sania menuturkan.

Sania dan Rahma tidak akan menyerah untuk membangunkan Sonya. Di tengah mereka yang memikirkan cara untuk membangunkannya, tiba-tiba terdengar suara dari ndalem. Suara itu tak lain adalah Gus Faris. Dia menyalakan mikrofon khusus memanggil mbak-mbak jika ada keperluan.

"Mbak-mbak, adakah yang belum salat subuh?" tanya Gus Faris. Sania dan Rahma langsung terbelalak sambil mengarahkan kedua matanya pada Sonya. Mengapa kebetulan sekali di saat Sonya belum salat?

Sania segera mengambil mikrofon di dinding kamar tamu. "Ada Gus," jawabnya setelah mikrofon itu terhubung.

"Baiklah, segera ke ndalem. Sebelum matahari terbit."

"Injeh Gus."

Sania menghela napas. Ia harus membangunkan Sonya lagi.

"Sonya, cepat bangun. Kau diajak Gus Faris salat jamaah."sambil menepuk lengannya.

Sonya awalnya tidak terlalu kedengaran. Saat Sania menyebut nama Gus Faris, sontak sonya terbangun. Ia mengucek kedua matanya. Ia lihat siapa yang ada di depannya. Ternyata Sania dan Rahma.

"Ada apa ya?" tanya Sonya seperti tidak punya kewajiban salat lima waktu.

"Kau tanya ada apa? Kau tidak punya rasa tanggung jawab sama Allah ya? Kau salat apa tidak?" Rahma tersulut emosi.

GUS 24 KARATOù les histoires vivent. Découvrez maintenant