Eps. 7 : Memanfaatkan kesempatan

17 1 0
                                    

~Jika dia memutuskan untuk tidak memilih, apakah dia hanya menunggu waktu sampai tiba mana yang tepat untuknya?~

***

Gus Faris tak bisa memilih secepat itu. Ia butuh waktu untuk memilih pasangan hidup. Ia bahkan tidak tau kriteria bagaimana yang ia inginkan. Bu nyai Hamidah hanya bisa menghela napas atas keputusan itu. Padahal, harapan beliau Gus Faris akan segera menikah. Meneruskan generasi keluarga Bani Mahbub.

"Oh, baik Gus. Tidak masalah. Kami sekeluarga juga tidak memaksa Gus Faris," ucap Bu Husnul menerima jawabannya.

Sonya yang ada di balik almari melambungkan tangannya sambil mengucapkan 'yes'. Masih ada peluang dia untuk menaklukan hati Gus Faris. Minimal melihat dia tersenyum untuknya.

Sementara Alan yang juga ikut melihat di balik dinding, dia merasa kecewa. Ning Zahra adalah anak Kiyai pengasuh pesantren terkenal. Mengapa Gus Faris malah menolaknya? Kriteria istri seperti apa yang Gus Faris inginkan? Kan sudah jelas Ning Zahra sangat menghormatinya? Gumam Alan tidak terima.

"Mungkin kriterianya yang kalem gitu," sahut Sonya sambil senyum-senyum. Alan terperangah. Seperti ada seseorang yang berkata tapi tidak berwujud. Akhirnya Sonya memunculkan diri di hadapan Alan.

Alan membelalakkan mata. "Kau? Yang pingsan di pasar itu kan?"

Sonya berhenti di hadapannya. "Menurutmu, apakah seorang Gus harus menikah dengan seorang Ning?"

"Tidak harus selalu sih. Tapi, itu memang sudah tradisi."

"Meskipun tidak saling mencintai?"

"Tidak sih. Memangnya kenapa kau bertanya seperti itu? Kau baru saja disini sudah songong ya?" ketus Alan.

"Kau Alan yang ditelepon sama cewek di depan Gus Faris kan?" tanya Sonya tersenyum licik.

Alan mengernyitkan dahi heran. "Kok tau?"

"Cewek itu adalah aku," jawab Sonya dengan santai.

Kedua mata Alan membola dengan sempurna. Ia tak menyangka cewek yang menelponnya waktu itu adalah Sonya. Ia juga teringat perkataan Sonya yang merendahkan Gus Faris.

"Kk...kau?" Alan menatap wajah Sonya masih tak menyangka sembari menunjuknya.

"Dan Tuhan memang baik. Aku dipertemukan disini."

Setelah keluarga Ning Zahra mendapat jawaban dari Gus Faris, keluarga Bu nyai Husnul pamit undur. Bu nyai Hamidah mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya karena menolak perjodohan ini. Bu nyai Husnul pun tidak merasa kecewa karena beliau tau Gus Faris punya pandangan calon sendiri.

Beberapa saat keluarga Ning Zahra sudah pergi, Bu nyai Hamidah ingin berbicara empat mata pada Gus Faris. Namun, dia tidak menghiraukannya. Dia langsung masuk ke dalam. Bu nyai Hamidah hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Gus Faris sudah berusia 25 tahun, tapi masih belum kepikiran untuk menikah.

Gus Faris masuk ke dalam. Langkahnya terhenti kala melihat Sonya dan Alan berbicara. Mereka sontak menoleh pada Gus Faris.

"Gus, kenapa kau menolaknya?" Alan langsung melontarkan pertanyaan. Ia merasa kecewa.

GUS 24 KARATحيث تعيش القصص. اكتشف الآن