🍊 15. Dia belum mati

52 36 8
                                    

Happy reading !

Setelah kejadian mengenaskan antara orang tua dan anak, bukannya pulang, Reihan malah pergi ke suatu tempat yang jarang dan sangat jauh dari villa

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Setelah kejadian mengenaskan antara orang tua dan anak, bukannya pulang, Reihan malah pergi ke suatu tempat yang jarang dan sangat jauh dari villa. Reihan menginjak gas mobil mengakibatkan mobil melaju sangat cepat. Ia sengaja melaju cepat karena kebetulan tidak banyak kendaraan lain yang lewat pada tengah malam begini.

Reihan membelakangi rambutnya yang terkena mata karena itu mengganggu dia mengendara.

"Sialan! Kesha sialan, lo! Mati kek, lo!" Dari tadi pemuda itu mengucapkan sumpah serapah kepada temannya—Kesha. Tidak, sepertinya Reihan sudah tidak menganggap Kesha adalah temannya lagi sekarang, karena merasa ia dipermainkan oleh Kesha.

"Awas aja lo, Kesha!"

Sehabis nya, ia laju-kan mobilnya lebih cepat dari sebelumnya. Kali ini, ia akan pergi ke Semarang dengan mobil hitamnya malam ini juga. Reihan tidak peduli dengan acara yang sedang dilaksanakan sekolah sekarang. Tidak peduli jika yang lain mencarinya, syukur-syukur jika itu tidak terjadi.

Disisi lain, terlihat pria paruh baya yang juga sedang melajukan mobil putihnya di jalan raya. Ia mengetuk-ngetuk kan roda kemudi dengan telunjuknya. Alih-alih tangannya membuka layar ponsel dan berniat ingin menghubungi seseorang.

Tapi, sambungan itu tidak berhasil terhubung ke seberang sana. Alhasil, pria tersebut kesal tetapi masih fokus pada kendara nya.

Ternyata yang dihubungi oleh orang tua tersebut adalah Reihan. Lelaki itu sengaja membiarkan telepon Barra sampai sambungan mati sendiri.

"Om Barra, om Barra. Mau aja dibodohin." Salah satu sudut bibir Reihan tertarik keatas.

•••

6 jam pun berlalu, langit juga sudah cerah, matahari menyinari ibu kota Jawa tengah.

Reihan turun dari mobil sembari meregangkan otot-otot nya yang hampir remuk akibat kelamaan duduk dan menyetir sendirian. Kakinya melangkah kearah bangunan kecil yang tampaknya masih layak untuk dihuni.

"Udah berapa lama gue gak kesini?" Kepalanya celingak-celinguk, melihat setiap sudut rumah bergiliran. Plafonnya berdebu banyak sawang, juga dengan meja yang ada disana pun sama.

Sebenarnya rumah ini kosong, hanya ada beberapa interior rumah seperti meja, kursi, lemari, kasur busa, selainnya tidak ada. Entah untuk apa Reihan membeli rumah ini.

Alun-alun Reihan pergi menuju pintu yang ada didepan sana, ia buka pintunya dengan kunci lalu membuka nya dengan perlahan. Bukan kamar ataupun dapur, melainkan ruang bawah tanah yang sangat gelap, pastinya juga kotor.

ORANGE [END] ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora